35 Efisiensi operasional berhubungan dengan penanganan aktivitas-aktivitas
yang dapat meningkatkan rasio dari output-input tataniaga. Rasio efisiensi tataniaga operasional dapat dilihat dari peningkatan dalam dua cara yaitu : 1
pada perubahan sistem tataniaga dengan mengurangi biaya perlakuan pada fungsi- fungsi tataniaga tanpa mengubah manfaatkepuasan konsumen dan 2
meningkatkan kegunaan output dari proses tataniaga tanpa meningkatkan biaya tataniaga.
Efisiensi harga adalah bentuk kedua dari efisiensi tataniaga. Efisiensi ini menekankan kepada kemampuan dari sistem tataniaga yang sesuai dengan
keinginan konsumen. Sasaran dari efisiensi harga adalah efisiensi alokasi sumberdaya dan maksimum output ekonomi. Efisiensi harga dapat tercapai
apabila masing-masing pihak yang terlibat dengan kegiatan tataniaga memperoleh kepuasan atau memiliki sikap yang responsif terhadap harga yang berlaku.
Efisiensi harga dapat dianalisis melalui ada tidaknya keterpaduan pasar integrasi antara pasar acuan dengan pasar pengikutnya.
3.1.8 Marjin Tataniaga
Menurut Asmarantaka 2009, marjin tataniaga sering dipergunakan sebagai perbedaan antara harga di berbagai tingkat lembaga tataniaga di dalam
sistem tataniaga. Pengertian marjin tataniaga ini sering dipergunakan untuk menjelaskan fenomena yang menjembatani gap bridging the gap antara pasar di
tingkat petani farmer dengan pasar di tingkat eceran retailer. Menurut Tomek dan Robinson dalam Asmarantaka 2009, terdapat dua
alternatif dari definisi marjin tataniaga yaitu : 1.
Perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen petani.
2. Merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya
aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut. Definisi yang pertama menjelaskan secara sederhana bahwa marjin
tataniaga adalah perbedaan harga di tingkat konsumen Pr dengan harga yang diterima petani Pf dengan demikian marjin tataniaga adalah M = Pr – Pf.
Sedangkan pengertian yang kedua lebih bersifat ekonomi dan definisi ini lebih tepat, karena memberikan pengertian adanya nilai tambah added value dari
36 adanya kegiatan tataniaga dan juga mengandung pengertian dari konsep derived
supply dan derived demand. Derived demand memiliki pengertian permintaan turunan dari primary
demand yang dalam hal ini adalah permintaan dari konsumen akhir, sedangkan derived demand-nya adalah permintaan dari pedagang perantara grosir atau
eceran ataupun dari perusahaan pengolah processor kepada petani, sedangkan derived supply adalah penawaran di tingkat pedagang eceran yaitu merupakan
penawaran turunan dari penawaran di tingkat petani primary supply. Dari kedua konsep marjin tataniaga tersebut, marjin tataniaga merupakan
M = Pr – Pf atau marjin tataniaga terdiri dari biaya-biaya dan keuntungan perusahaan yang terlibat dalam sistem tataniaga tersebut. Dengan demikian,
marjin tataniaga juga didefenisikan sebagai M = C + π, di mana C = biaya-biaya input pem
asaran dan π = keuntungan perusahaan. Efisiensi operasional, lebih tepat mempergunakan rasio antara keuntungan dengan biaya karena pembanding
opportunity cost dari biaya adalah keuntungan, sehingga indikatornya adalah π C
dan nilainya harus positif 0. Pengertian dari derived demand ini memiliki interpretasi dapat diperluas
mencakup hubungan : a elastisitas antara berbagai tingkat pasar dan b elastisitas antara gabungan produk dan komoditas turunannya. Dari pengertian ini
muncul konsep atau besaran elastisitas di tingkat petani Ef, elastisitas di tingkat eceran atau di tingkat konsumen akhir Er, dan elastisitas transmisi. Elastisitas
transmisi adalah suatu ukuran seberapa jauh perubahan harga di tingkat pasar eceran ditransmisikan ke pasar di tingkat petani. Secara matematis elastisitas
transmisi adalah sebagai berikut : ET =
Keterangan dari persamaan tersebut adalah sebagai berikut δ PrPr adalah perubahan harga di tingkat eceran konsumen akhir dan δ PfPf adalah perubahan
harga di tingkat petani. Untuk komoditas pertanian, umumnya nilai elastisitas transmisi diantara 0-1. Nilai ET = 1 menunjukkan bahwa sistem pemasaran
produk tersebut efisien pasar persaingan sempurna. Konsep primary dan derived demand dan supply dapat dilihat pada Gambar 2.
37
Gambar 2. Marketing Margin Sumber : Asmarantaka, 2009
Marjin tataniaga adalah selisih harga di tingkat konsumen dan petani dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan Asmarantaka, 2009. Secara
matematik sederhana the value of the marketing margin VMM = Pr-Pf Q. Pandangan ini sama dengan konsep dari nilai tambah.
Nilai dari marjin tataniaga adalah ukuran dari marketing bill dan the market basket statistics. Nilai dari marjin tataniaga VMM dapat dipandang
secara agregat atau ke dalam dua aspek yang berbeda. Aspek pertama dari VMM adalah penerimaan dari input yang dipergunakan dalam proses pengolahan atau
jasa pemasaran yang dipergunakan dari tingkat petani sampai konsumen, marketing costs or returns to factors ; termasuk ke dalam kelompok ini adalah
upah, suku bunga, sewa, dan keuntungan. Aspek lain analisis VMM adalah returns to institutions or marketing charges yaitu retailers, wholesalers,
processor, dan assemblers. Hubungan marjin tataniaga dengan perubahan jumlah kuantitas dapat
absolute atau persentase. Marjin tataniaga yang absolute dapat menurun, konstan, ataupun meningkat searah dengan peningkatan jumlah yang dipasarkan. Demikian
pula tipe marjin tataniaga dengan persentase tertentu yaitu menurun, konstan, dan meningkat persentasenya, searah dengan peningkatan jumlah produk yang
Qr,f Harga P
Sr = Derived Supply
Sf = Primary Supply
Dr = Primary Demand Dr = Derived Demand
Marjin Harga P
Pr
Pf
38 dipasarkan. Tetapi yang disarankan untuk marjin tataniaga produk pertanian
adalah kombinasi dari marjin absolute dan marjin persentase.
3.1.9 Farmer’s Share