Karaktertistik Petani Responden Analisis Sistem Tataniaga Komoditas Brokoli di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

52 4 Pemanenan Pada umumnya usia panen brokoli adalah 2 bulan dan 15 hari 65 hari. Biasanya proses pemanenan berlangsung setelah 15 hari dari proses pemupukan tahap kedua. Pemanenan brokoli dilakukan ketika kuntum bunga belum membuka dan kepala bunga belum kompak. Apabila panen terlambat maka kuntum bunga akan berwarna kuning dan kepala bunga menjadi longgar sehingga mutu dan harga dapat merosot. Saat yang tepat untuk pemanenan adalah pada pagi hari setelah embun menguap atau sore hari sebelum embun jatuh. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tangkai kepala bunga.

5.4 Karaktertistik Petani Responden

Jumlah petani responden yang diketahui adalah sebanyak delapan orang. Pada proses penelitian ini, karakteristik petani responden mencakup beberapa aspek, diantaranya jenis kelamin, umur, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, tingkat pendidikan, luas total lahan, luas lahan yang digunakan untuk usahatani brokoli, status pengusahaan lahan, dan jumlah produksi panen brokoli. Petani responden menjalankan usahatani dengan menggunakan sistem tumpangsari, sehingga seluruh petani responden tidak hanya menanam brokoli saja. Status lahan yang digunakan oleh petani responden adalah sewa, dipinjamkan, dan milik sendiri. Pada lahan sewa terdiri dari dua orang petani 25 persen, lahan yang dipinjamkan terdiri dari lima petani 63 persen, dan lahan yang merupakan milik sendiri terdiri dari satu orang petani 12 persen. Pengalaman petani responden dalam menjalankan usahatani brokoli pada umumnya berkisar dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Tingkat pendidikan petani responden adalah SD sebanyak enam orang 75 persen, SLTP sebanyak satu orang 12,5 persen, dan tidak sekolah sebanyak satu orang 12,5 persen. Jenis kelamin seluruh petani responden adalah laki-laki dengan umur pada kisaran 31 tahun sampai dengan 59 tahun. Penjelasan secara umum tentang karakteristik petani responden dapat dilihat pada Tabel 12. dan penejelasan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. 53 Tabel 12. Sebaran Jumlah Petani Responden Berdasarkan Usia, Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengalaman dan Luas Lahan Usahatani Brokoli pada Tahun 2011 Umur Tahun Jumlah Responden Orang Persentase 31 – 39 2 25 40 – 50 4 50 50 2 25 Total 8 100 Tingkat pendidikan Tamat SD 6 75 Tamat SLTP 1 12,5 Tidak sekolah 1 12,5 Total 8 100 Tingkat pengalaman bertani brokoli Dari tahun 2008 1 12,5 Dari tahun 2009 2 25 Dari tahun 2010 4 50 Dari tahun 2011 1 12,5 Total 8 100 Luas lahan m 2 600 1 12,5 1000 1 12,5 2000 2 25 5000 2 25 5500 1 12,5 6000 1 12,5 Total 8 100 Pada Tabel 12. dapat diketahui bahwa hampir seluruh petani responden memiliki tingkat pendidikan sampai pada tingkat SD saja. Terdapat satu orang responden yang sampai pada tahap SLTP dan satu orang responden yang tidak pernah sekolah. Pada situasi tersebut diketahui bahwa keadaan ekonomi dalam keluarga petani masih kurang mampu untuk membiayai kelanjutan proses pendidikan yang sudah dijalaninya. Petani responden secara keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Pada lahan yang luasnya tidak terlalu besar 600 m 2 – 2000 m 2 , petani biasanya bekerja sendiri dan dibantu oleh istrinya. Pada lahan yang memiliki luas pada kisaran 5000 m 2 – 6000 m 2 , petani mengupah tenaga kerja sebanyak 1-3 orang pada tahap pencangkulan dan pada tahap pemanenan, dengan upah satu HOK Hari Orang Kerja sebesar Rp 30.000,-. Status pengolahan lahan petani responden adalah sewa, dipinjamkan, dan milik sendiri. Pada lahan berstatus sewa dan dipinjamkan, petani menggunakan lahan kepemilikan beberapa warga Jakarta. Pada status lahan dipinjamkan, petani ditugaskan untuk memelihara villa orang-orang yang berasal dari Jakarta tersebut 54 dan lahan sisa yang belum digunakan dipinjamkan untuk kegiatan usahatani. Pada status lahan sewa, petani membayar sewa pada pemilik lahan yang pada umumnya juga orang yang berasal dari Jakarta. Besarnya sewa lahan beragam dimulai dari dua juta rupiah sampai dengan empat juta untuk satu Ha selama satu tahun. Jika ditinjau dari segi pengalaman, petani responden pada umumnya belum lama membudidayakan brokoli. Komoditas brokoli menjadi suatu komoditas yang baru dikembangkan oleh anggota kelompok tani ini. Petani memiliki beberapa kendala dalam menghasilkan brokoli. Beberapa masalah yang dihadapi petani diantaranya adalah jumlah petani yang menanam brokoli masih sedikit dan volume produksi yang dihasilkan juga masih sedikit. Keberadaan kelompok tani juga belum memberi pengaruh nyata, karena masing – masing petani masih memasarkan hasil panen brokoli secara sendiri. Hal tersebut mangakibatkan petani memiliki ketergantungan yang besar untuk menjual brokoli pada pedagang perantara dan mengakibatkan posisi tawar petani menjadi rendah. Selain itu, petani memiliki kendala dalam hal permodalan. Petani menjalankan usahataninya dengan menggunakan modal sendiri. Keterbatasan modal tersebut mengakibatkan petani belum dapat melakukan usahatani brokoli dalam skala yang lebih besar.

5.5 Pengalaman Usahatani Brokoli