Analisis Marjin Tataniaga Keragaan Pasar

82

6.6 Keragaan Pasar

6.6.1 Analisis Marjin Tataniaga

Analisis marjin tataniaga bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga brokoli di Desa Tugu Utara. Marjin tataniaga merupakan penjumlahan dari seluruh biaya tataniaga yang dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh tiap-tiap lembaga tataniaga yang terkait dalam proses penyaluran brokoli sehingga brokoli tersebut sampai di tingkat konsumen akhir. Besarnya marjin tataniaga pada setiap saluran tataniaga dapat dilihat pada Tabel 16. Marjin tataniaga dapat dihitung melalui pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian pada setiap tingkatan lembaga tataniaga atau dapat diketahui dari adanya perbedaan harga yang diperoleh petani dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen. Pada Tabel 16. terdapat komponen-komponen tataniaga yang terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga. Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga tataniaga untuk memasarkan komoditas brokoli dari Desa Tugu Utara sampai kepada konsumen akhir. Adapun biaya-biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tataniaga tersebut meliputi biaya transportasi, biaya pengemasan, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, retribusi, dan biaya tenaga kerja. Keuntungan tataniaga merupakan selisih antara harga jual dan harga beli yang ditambahkan dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga. 83 Tabel 16. Analisis Marjin Tataniaga Brokoli Pada Saluran Satu, Dua, dan Tiga, di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Unsur marjin Saluran Satu Saluran Dua Saluran Tiga Rpkg Rpkg Rp kg 1.Petani • Harga jual • Biaya tataniaga 4.000 - 33,33 - 5.000 - 41,67 - 10.000 105 76,92 0,81 2.Pedagang pengumpul desa PPD • Harga beli • Biaya tataniaga • Keuntungan • Harga jual • Marjin tataniaga 4.000 688 1.312 6.000 2.000 33,33 5,73 10,93 50 16,66 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3.Pedagang Besar - Harga beli - Biaya tataniaga - Keuntungan - Harga jual - Marjin tataniaga 6.000 350 2.400 8.750 2.750 50 2,92 20 72,92 22,92 5.000 547,5 2.202,5 7.750 2.750 41,67 4,56 18,35 64,58 25 - - - - - - - - - - 4.Pedagang Pengecer • Harga beli • Biaya tataniaga • Keuntungan • Harga jual • Marjin tataniaga 8.750 1.496,62 1.753,38 12.000 3.250 72,92 12,47 14,61 100 27,08 7.750 1.883,67 2.366,33 12.000 4.250 64,58 15,70 19,72 100 35,42 10.000 943,5 2.056,5 13.000 3.000 76,92 7,26 15,82 100 23,08 Total biaya tataniaga 2.534,62 21,13 2.431,17 20,26 1.048,5 8,06 Total keuntungan 5.465,38 45,54 4.568,83 38,07 2.056,5 15,82 Total marjin tataniaga 8.000 66,67 7.000 58,33 3.000 23,08 πC 2,16 1,88 1,96 Keterangan : persentase adalah terhadap harga jual di tingkat lembaga tataniaga akhir Berdasarkan keterangan Tabel 16. dapat dilihat bahwa marjin tataniaga terbesar terdapat pada saluran satu yaitu sebesar Rp 8.000,- per kg. Hal ini diakibatkan karena biaya tataniaga yang dikeluarkan paling besar jika dibandingkan dengan saluran dua dan saluran tiga yaitu sebesar Rp 2.534,62,-. Sementara itu, marjin tataniaga terkecil terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar Rp 3000,- per kg. Hal ini karena pada saluran tiga, lembaga pedagang perantara seperti pedagang pengumpul desa dan pedagang besar tidak terlibat di dalamnya dan biaya tataniaga yang dikeluarkan merupakan biaya yang paling kecil jika dibandingkan dengan saluran satu dan saluran dua, yaitu sebesar Rp 1.048,5,- per 84 kg. Pada saluran tiga, sistem tataniaga hanya melibatkan petani, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Pada penelitian ini diketahui bahwa biaya tataniaga pada setiap saluran berbeda-beda. Pada saluran satu besarnya biaya tataniaga adalah sebesar Rp 2.534,62,- per kg, pada saluran dua adalah sebesar Rp 2.431,17,- per kg, dan pada saluran tiga adalah sebesar Rp 1.048,5,- per kg. Biaya tataniaga terbesar terdapat pada saluran satu. Hal ini disebabkan oleh biaya tataniaga yang terakumulasi dari setiap lembaga tataniaga pada saluran satu paling besar jika dibandingkan dengan saluran dua dan saluran tiga. Biaya tataniaga terkecil terdapat pada saluran tiga. Hal ini disebabkan karena biaya tataniaga yang terakumulasi dari setiap lembaga tataniaga pada saluran tiga paling kecil jika dibandingkan dengan saluran satu dan saluran dua. Lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran ini diantaranya petani, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Di samping itu pada saluran ini, jarak lokasi penditribusian cukup dekat dari tempat tinggal petani. Diketahui bahwa keuntungan pada saluran satu sebesar Rp 5.465,38 per kg, pada saluran dua sebesar Rp 4.568,83 per kg, dan pada saluran tiga sebesar Rp 2.056,5 per kg. Harga tertinggi di tingkat petani terdapat pada saluran tiga yaitu sebesar Rp 10.000,- per kg. Namun total keuntungan terendah terdapat pada saluran ini. Hal ini dikarenakan kemampuan pembelian pedagang pengecer terbatas jika dilihat dari aspek permodalan sehingga tidak dapat menjamin kontinuitas dalam membeli brokoli dari petani.

6.6.2 Farmer’s share