84 kg. Pada saluran tiga, sistem tataniaga hanya melibatkan petani, pedagang
pengecer, dan konsumen akhir. Pada penelitian ini diketahui bahwa biaya tataniaga pada setiap saluran
berbeda-beda. Pada saluran satu besarnya biaya tataniaga adalah sebesar Rp 2.534,62,- per kg, pada saluran dua adalah sebesar Rp 2.431,17,- per kg, dan pada
saluran tiga adalah sebesar Rp 1.048,5,- per kg. Biaya tataniaga terbesar terdapat pada saluran satu. Hal ini disebabkan oleh biaya tataniaga yang terakumulasi dari
setiap lembaga tataniaga pada saluran satu paling besar jika dibandingkan dengan saluran dua dan saluran tiga. Biaya tataniaga terkecil terdapat pada saluran tiga.
Hal ini disebabkan karena biaya tataniaga yang terakumulasi dari setiap lembaga tataniaga pada saluran tiga paling kecil jika dibandingkan dengan saluran satu dan
saluran dua. Lembaga tataniaga yang terlibat pada saluran ini diantaranya petani, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Di samping itu pada saluran ini, jarak
lokasi penditribusian cukup dekat dari tempat tinggal petani. Diketahui bahwa keuntungan pada saluran satu sebesar Rp 5.465,38 per
kg, pada saluran dua sebesar Rp 4.568,83 per kg, dan pada saluran tiga sebesar Rp 2.056,5 per kg. Harga tertinggi di tingkat petani terdapat pada saluran tiga yaitu
sebesar Rp 10.000,- per kg. Namun total keuntungan terendah terdapat pada saluran ini. Hal ini dikarenakan kemampuan pembelian pedagang pengecer
terbatas jika dilihat dari aspek permodalan sehingga tidak dapat menjamin kontinuitas dalam membeli brokoli dari petani.
6.6.2 Farmer’s share
Farmer’s share adalah perbandingan yang diterima oleh petani brokoli di Desa Tugu Utara dengan harga yang harus dibayarkan oleh konsumen. Bagian
yang diterima oleh petani brokoli tersebut dinyatakan dalam persentase. Farmer’s share sering digunakan sebagai indikator kinerja dalam suatu sistem tataniaga,
tetapi farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan sistem tataniaga tersebut berjalan dengan efisien. Hal tersebut berhubungan dengan sedikit
banyaknya manfaat yang ditambahkan pada produk added value oleh pedagang perantara untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Farmer’s share berhubungan
negatif dengan marjin tataniaga yang artinya semakin tinggi marjin tataniaga maka bagian yang akan diterima oleh petani akan semakin rendah. Farmer’s
85 share yang diterima oleh petani pada sistem tataniaga brokoli di desa Tugu Utara
dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Farmer’s Share Pada Saluran Brokoli di Tugu Utara, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bogor
Farmer’s share berhubungan negatif dengan marjin tataniaga dimana hal tersebut memiliki pengertian semakin tinggi marjin tataniaga maka bagian yang
akan diterima oleh petani akan semakin rendah. Pada Tabel 17 .
diketahui bahwa pada tiap saluran tataniaga, bagian yang diterima petani farmer’s share berbeda-
beda. Pada saluran satu, besarnya farmer’s share yang didapatkan sebesar 33,33 persen, pada saluran dua sebesar 41,67 persen, dan pada saluran tiga sebesar 76,92
persen. Farmer’s share terbesar terdapat pada saluran tiga, yaitu sebesar 76,92 persen. Hal ini disebabkan karena saluran tiga merupakan saluran terpendek jika
dibandingkan dengan saluran satu dan saluran dua. Pada saluran tiga tidak melibatkan banyak lembaga tataniaga sehingga marjin tataniaga pada saluran tiga
merupakan marjin tataniaga terkecil. Di samping itu, pasar yang dituju oleh petani pada saluran tiga tidak terlalu jauh dari tempat tinggal petani tersebut sehingga
biaya tataniaga yang harus dikeluarkan relatif rendah. Farmer’s share terkecil terdapat pada saluran satu, yaitu sebesar 33,33 persen. Hal ini disebabkan karena
pada saluran satu melibatkan banyak lembaga tataniaga sehingga menciptakan marjin tataniaga yang relatif besar. Di samping itu pasar akhir yang dituju pada
saluran satu relatif jauh yaitu di pasar Parung dan pasar induk Tangerang, sehingga membuat biaya tataniaga yang harus dikeluarkan relatif besar.
Walaupun tingkat farmer’s share pada saluran tiga mencapai 76,92 persen dan lebih tinggi dibandingkan saluran pertama, namun volume komoditas brokoli
pada saluran ini sangat kecil yaitu sebesar 100 kg. Hal ini disebabkan tingkat permintaan pedagang pengecer di Cisarua relatif terbatas. Hal ini yang menjadi
penyebab petani lebih memilih menjual komoditas brokoli kepada pedagang besar
Saluran tataniaga Harga ditingkat
petani
Rpkg
Harga ditingkat konsumen
Rpkg
Farmer’s Share
Saluran satu 4.000
12.000 33,33
Saluran dua 5.000
12.000 41,67
Saluran tiga 10.000
13.000 76,92
86 yang terdapat pada saluran dua. Pedagang besar yang terdapat pada saluran dua
memiliki kemampuan yang lebih besar dalam permodalan, daya beli dan daya tampung yang dimiliki lebih besar, dan kontinuitas pembelian lebih terjamin jika
dibandingkan dengan pedagang pengumpul desa yang terdapat pada saluran satu dan pedagang pengecer yang terdapat pada saluran tiga. Berdasarkan hal tersebut,
terbukti bahwa farmer’s share yang tinggi belum tentu berarti efisien, tetapi terdapat faktor-faktor lain yang turut menentukan tingkat efisiensi seperti tingkat
permintaan, penawaran dan tingkat pembentukan harga di pasar.
6.6.3 Rasio Keuntungan dan Biaya