Teori Kointegrasi TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

residualnya tidak stasioner, maka variabel-variabel tersebut dikatakan tidak berkointegrasi pada order 1,1 Enders, 2004. Konsep kointegrasi diperkenalkan oleh Engel-Granger 1987, dimana analisis formalnya dimulai dengan mendasarkan pada himpunan peubah variabel ekonomi yang berada pada keseimbangan jangka panjang. 1 x 1 + 2 x 2 + … + n x n = 0 atau x t = 0 penyimpangan dari keseimbangan jangka panjang disebut galat error ekuilibrium e t sehingga e t = x t dimana e t pada kondisi stasioner. Menurut Engel-Granger komponen suatu vektor x t = x 1t , x 2t ,…, x nt dikatakan berkointegrasi ordo d,b dan dinyatakan dengan C1 d,b, jika : 1. Semua komponen dari x t adalah berintegrasi ordo d 2. Ada vek tor = 1 , 2 ,…, n sehingga kombinasi linear x t = 1 x 1 + 2 x 2 + … + n x n , adalah kointegrasi orde d- b, dimana b 0 dan disebut vektor kointegrasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan identifikasi model kointegrasi, antara lain : 1. Kointegrasi mengacu pada kombinasi linear dari peubah non-stasioner. Secara teoritis, sangat tidak mungkin terdapat hubungan jangka panjang yang non-linear diantara peubah- peubah yang terintegrasi. 2. Semua peubah harus mempunyai ordo integrasi sama dan tidak berarti peubah dengan integrasi sama adalah kointegrasi. Jika peubah yang ordo integrasinya tidak sama maka tidak dapat berkointegrasi. Misalnya ordo integrasi dari peubah x 1t dan x 2t masing-masing d 1 dan d 2 , dimana d 2 d 1 , maka kombinasi linear dari x 1t dan x 2t adalah I d 2 . 3. Jika komponen x t ada sebanyak n komponen yang tidak stasioner, maka ada paling banyak n-1 vektor kointegrasi tak bebas yang linear. 4. Umumnya literatur-literatur kointegrasi memfokuskan peubah-peubah yang mempunyai satu unit root. Hal ini dikarenakan pada umumnya analisis time series hanya diaplikasikan ketika peubah-peubah adalah I0. Dipihak lain, hanya ada beberapa peubah ekonomi yang terintegrasi. Umumnya kointegrasi merujuk pada kasus dimana variabel-variabelnya C1 1,1.

2.4. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelititan sayur-sayuran pada pacet segar, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang dilakukan Sulistiyawati 2005. Analisis yang dilakukan adalah analisis pendapatan yang menggunakan analisis usahatani dan analisis imbangan penerimaan dan biaya sedangkan analisis risiko dilakukan melalui metode single index portofolio. Total penerimaan yang diterima perusahaan setiap bulan adalah Rp. 544.930.796. Dalam hal ini daun bawang memberikan kontribusi keuntungan yang lebih besar dibandingkan komoditas yang lain. Alokasi modal aktual seluruh komoditas ada yang mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan komoditas tersebut pada saat optimal memiliki tingkat risiko yang meningkat dibandingkan tingkat risiko pada saat aktualnya. Risiko portofolio yang dihadapi perusahaan menurun hingga Rp. 170.926.873,77 dari risiko aktualnya sebesar Rp 192.837.937,68 atau turun sebesar 11 persen. Perusahaan ini sebaiknya tetap melakukan diversifikasi komoditas karena risiko yang dihadapi lebih ringan daripada melakukan spesialisasi komoditas dalam usaha taninya. Penelitian Rauf 2005 mengenai risiko, bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha ternak sapi perah di PT.X dan juga untuk mengetahui besarnya tingkat risiko yang diterima oleh perusahaan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat risiko yang diterima oleh perusahaan. Berdasarkan hasil analisis evaluasi finasial, usaha ternak sapi perah dapat dikatakan layak karena dilihat dari kriteria NPV yang lebih besar dari nol, nilai BCR lebih dari satu dan nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga. Hasil perhitungan NPV usaha peternakan sapi perah dikatakan layak karena nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 751.892.074. Dari analisis BCR dihasilkan nilai yang lebih besar dari satu yaitu sebesar 1,16, yang berarti bahwa benefit atau manfaat yang diterima oleh usaha harus dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 25,94 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari penerimaan yang diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran. Berdasarkan hasil analisis tingkat risiko menunjukkan bahwa risiko usaha ternak sapi cukup tinggi dan akan menghadapi peluang merugi setiap bulan dengan nilai koefisien variasi sebesar 1,60. Berdasarkan analisis regresi diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang sangat besar pada perusahaan adalah fluktuasi penerimaan susu, fluktuasi biaya pakan, dan fluktuasi penerimaan non-susu. Penelitian yang dilakukan Robi’ah β006 menyebutkan bahwa risiko usaha dalam beternak broiler adalah tinggi. Analisis yang digunakan adalah analisis risiko dan analisis keputusan berisiko. Tingginya tingkat risiko yang dihadapi peternak broiler adalah karena fluktuasi harga input pakan dan DOC dengan struktur pasar oligopoly, fluktuasi harga output dengan struktur pasar persaingan tidak sempurna dan fluktuasi hasil produksi yang bergantung pada kondisi alam yang menyebabkan kondisi ketidakpastian yang tinggi sehingga risiko yang dihadapi tinggi. Manajemen produksi pada perusahaan juga belum dilaksanakan dengan baik sehingga perlu manajemen yang baik agar risiko produksi dapat dikurangi. Analisis keputusan berisiko pada usaha ini menunjukkan bahwa periode Lebaran expected value menambah populasi Rp 128.969.580,- lebih besar daripada expected value tidak menambah populasi Rp 107.474.650,-. Sedangkan pada periode tahun ajaran baru expected value mengurangi populasi Rp 14.368.120,- lebih kecil dari pada expected value tidak mengurangi populasi Rp 17.960.150,-. Berdasarkan hal ini perusahaan lebih baik