Biaya Variabel Kesimpulan Analisis Usaha Pengolahan Gula Kelapa Skala Rumah Tangga di Desa Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

air nira untuk dijadikan gula kelapa cair sebelum dicetak. Bahan bakar tersebut berupa potongan kayu bakar ukuran 1 meter kayu hutan albasia yang dibeli atau dipesan dua minggu sekali senilai Rp 600.000 1 truk mobil yang cukup untuk kebutuhan dua kali proses produksi pengolahan gula kelapa.

2. Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan tenaga yang terlibat langsung dalam proses pengolahan gula kelapa, tenaga kerja tergolong kedalam biaya tetap dikarenakan baik jumlah dan biayaupah tenaga kerja untuk setiap proses produksinya tidak berkurang atau tetap. Pada industri rumah tangga gula kelapa pendapatan tenaga kerja langsung dalam satu kali proses produksinya adalah sebesar Rp 308.000. Biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja menderes 1 orang sebesar Rp 12.000 per oranghari atau Rp 168.000 per orangproduksi 2 minggu; dan biaya tenaga kerja memasak 1orang yaitu Rp10.000 per oranghari atau Rp140.000orangproduksi. Tabel 14Biaya variabel pengolahan gula kelapa dalam satu kali produksi dua minggu No Jenis Biaya Variabel Kuantitas Harga Rp Total Rp 1. 2. Bahan Penolong 1. Laru 2. Minyak Kelapa 3. Ipah 4.Bahan bakar kayu Tenaga Kerja 2 kg 5 kg 2 kg 12Truk 12.500 7.500 15.000 600.000 25.000 37.500 30.000 300.000 308.000 Total Biaya Variabel 700.500 Industri rumah tangga pengolahan gula kelapa dengan demikian menghabiskan biaya untuk membeli bahan penolong sebesar Rp 92.500 per proses produksi dua minggudan biaya variabel sebesar 700.500 untuk menghasilkan gula kelapa sebanyak 250 kg.

c. Biaya Total

Biaya total produksi dapat diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Sehingga besarnya biaya total dalam proses produksi pengolahan gula kelapa di desa Ujung Genteng dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15Biaya produksi pengolahan gula kelapa dalam satu kali produksi dua minggu Jenis Biaya Nilai Rp 1. Biaya tetap 2. Biaya Variabel 41.914,28 700.500,00 Total Biaya Produksi 742.414,28 Dari Tabel 15 dapat diketahui bahwa besarnya rata-rata biaya produksi total untuk satu kali proses produksi gula kelapa adalah sebesar Rp 742.414,28yang harus dikeluarkan setiap pengrajin untuk memproduksi gula kelapa sebanyak 250 kguntuk dijual ke tengkulak dan yang diberikan kepada tengkulak sebagai sewa pohon yang disadapdideres oleh para pengrajin.

6.4.2 Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan adalah hasil dari perkalian jumlah produksi gula kelapa yang dihasilkan dengan harga jualnya dalam satuan rupiah untuk satu kali proses produksi. Sedangkan keuntungan merupakan selisih antara penerimaan totalTotal Revenue TR dengan biaya totalTotal Cost TC. Besarnya penerimaan dan keuntungan untuk setiap satu kalo proses produksi pada industri rumah tangga di desa Ujung Genteng dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Penerimaan dan keuntungan per produksi pengolahan gula kelapa Uraian Nilai Rp Penerimaan Produk kg x Harga Biaya Pengolahan Biaya tetap Biaya variabel Biaya Total 150 kg x Rp 9.000 = 1.350.000,00 41.914,28 700.500,00 742.414,28 Keuntungan 607.585,72 Berdasarkan Tabel di atas, dengan output keluaran sebesar 150 kg rata- rata normal produksi gula kelapa untuk dijual, penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga gula kelapa di desa Ujung Genteng dapat diketahui untuk satu kali proses produksinya adalah Rp 1.350.000, serta keuntungan yang diperoleh untuk satu kali proses produksi adalah Rp 607.585,72 6.4.3Profitabilitas Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahui profitabilitas atau tingkat keuntungan dari industri gula kelapaskala rumah tangga di desa Ujung Genteng. Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total yang dinyatakan dalam persen.Hal ini berarti industri gula kelapa skala rumah tangga di desa Ujung Genteng ini masih dikategorikan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan sebesar Rp 0,82. Sebagai contoh, apabila produsen gula kelapa mengeluarkan modal sebesar Rp 10.000,00, maka produsen akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 82,00. Tabel 17 Nilai profitabilitas pada industri rumah tangga gula kelapa di desa Ujung Genteng Uraian Nilai Rp Kentungan π Biaya Total TC 607.585,72 742.414,28 Profitabilitas 0,82 Industri gula kelapa ini termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.Berdasarkan keuntungan yang diperoleh, maka dapat diketahuiprofitabilitas atau tingkat keuntungan dari industri gula kelapa skala rumah tanggadi desa Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi sebesar Rp 0,82. 6.4.4Revenue Cost Ratio RC Perhitungan RC ratio pada usaha pengolahan gula kelapa skala industri rumah tangga di desa Ujung Genteng dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi total adalah sebesar 2,45. Hal ini berarti setiap Rp 1.000,00 biaya yang dikeluarkan oleh industri rumah tangga ini maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.450,00. Tabel 18Nilai RC rasio pada pengolahan gula kelapa skala rumah tangga di desa Ujung Genteng Uraian Nilai Rp Penerimaan TR Biaya Total TC 1.350.000,00 742.414,28 RC ratio 1,82 Nilai RC ratio yang dihasilkan oleh usaha pengolahan tersebut lebih dari satu berarti usaha pengolahan nira kelapa menjadi gula kelapa padat telah memberi keuntungan kepada pengrajin. Hal ini berarti bahwa industri gula kelapa yang telah dijalankan di desa Ujung Genteng telah efisien yang ditunjukkan dengan nilai RC ratio yang lebih dari satu. Nilai RC ratio 1,82 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,82 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contoh, dalam industri gula jawa, produsen mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,00 maka produsen akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 18.200,00. 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Kegiatan pengolahan nira menjadi gula kelapa ini sangat menguntungkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui keuntungan yang diperoleh pengrajin gula kelapa dalam industri rumah tangga di desa Ujung Genteng untuk satu kali proses produksi sebesar Rp 607.585,72 dengan total biaya Rp. 742.414,28 serta penerimaan sebesar Rp 1.350.000. Sedangkan profitabilitas usaha pengolahan gula kelapa dengan skala rumah tangga di desa Ujung Genteng adalah sebesar 0,82, yang berarti bahwa usaha pengolahan gula kelapa menguntungkan serta memiliki nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 1,82 sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan gula kelapa ini telah efisien karena setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha gula kelapa memberikan penerimaan sebesar 1,82 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran dalam upaya pengembangan usaha pengolahan gula kelapa sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pendapatan para pengrajin, pemerintah daerah perlu memfasilitasi dalam hal pengadaan input produksi dan membantu pemasaran produk gula kelapa sehingga harga jual yang diterima oleh pengrajin dapat memberikan keuntungan kepada pengrajin dibandingkan dengan hanya mengandalkan pemasaran dari pengelola dan tengkulak. 2. Diharapkan pemerintah daerah membuat suatu kebijakan yang membantu dalam pengembangan usaha industri pengolahan gula kelapa skala rumah tangga dalam rangka penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan asli daerah. 3. Penelitian selanjutnya untuk mengakomodasi harga bahan baku berupa nira dari tanaman kelapa jika diperoleh dari pembelian. DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Rumah Tangga Kemplang Berbahan Baku Sagu dan Ikan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Palembang. [BPN] Badan Pertanahan Nasional. 2009. Luas Wilayah Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Sukabumi: Badan Pertanahan Nasional [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Kabupaten Sukabumi: Badan Pusat Statistik. Dyanti, 2002. Studi Komparatif Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Halaman 26-40 Hartati, A dan Mulyani A. 2009.Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara Virgin Coconut Oil di Kabupaten Cilacap. Program Studi Sosial EkonomiAgribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Herni.2012. Desa Ujung Genteng sebagai sentra produksi gula kelapa.Desa Ujung Genteng: Kantor Desa Ujung Genteng [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2012. Trend Harga Gula kelapa Kabupaten Sukabumi Tahun 2009-2012. Kab. Sukabumi: Kementerian Perdagangan Yunus, Mahmud 2008, Program Pengembangan Agroindustri Kelapa Terpadu. http:asapcair.blogspot.com200812proposal-pengembangan- agroindustri.html Martono, A, Budiningsih S, dan Watemin. 2007. Analisis Kelayakan Ekonomi Agroindustri Gula Kelapa Di Desa Jalatunda Kecamatan Mandiraja. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Masrah, U. 2009. Analisa Pendapatan Pengolahan Gula Aren Pada Industri Rumah Tangga di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser [Skripsi]. Paser: Program Studi Agribisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian STIPER Muhammadiyah Tanah Grogot. Muchjidin, Rachmat. Alternatif Pendayagunaan Kelapa, Kasus di Desa Ciamis dan Blitar. FAE vol 9 No.1 Juli 1991 Pardani, C. 2008. Kajian Nilai Tambah Agroindustri Nata de Coco [Tesis]. Tasikmalaya: Fakultas Pertanian, Universitas Galuh. Praditya, Maninggar. 2010. Analisis Usaha Industri Gula Jawa Skala Rumah Tangga di Kabupaten Wonogiri. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret