kepala keluarga suami sebagai penderespenyadap dan yang menyediakan kebutuhan untuk pemasakan nira, sedangkan pasangan istri bertindak untuk
memasak dan mencetak gula kelapa tersebut. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi gula kelapa tersebut 8 jam kerjahari hingga pengrajin dapat
menghasilkan produk gula kelapa sebanyak 150 kg 1,5kuintal dalam 1 kali produksi 2 minggu dan 100 kg sebagai sewa pohon kelapa kepada
pengelolainvestor.
6.1.4 Teknologi
Teknologi yang digunakan dalam memproduksi gula kelapa di desa Ujung Genteng masih tergolong tradisional. Hal ini terlihat dari proses kegiatan
menyadap, memasak, mengaduk nira, serta mencetak hingga menjadi produk gula kelapa tidak ada penggunaan teknologi modern di dalamnya. Bangunan rumah
yang menjadi tempat produksi gula kelapa dan peristirahatan pun terlihat sederhana dengan dinding kayu dan atap jerami untuk seluruh pengrajin gula
kelapa di desa Ujung Genteng.Terkait kualitas gula kelapa yang dihasilkan tidak perlu diragukan lagi, bahkan industri-industri pengolahan lanjutan yang
menggunakan produk gula kelapa yang diproduksi di desa Ujung Genteng sebagai bahan utamanya seperti industri kecap dan sebagainya mengatakan gula kelapa
desa Ujung Genteng terbaik yang ada di Jawa Barat khususnya.
6.1.5 Luasan Lahan Usaha
Lahan usaha pada industri rumah tangga pengolahan gula kelapa sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam produksi, setidaknya dari 1 hektar lahan
terdapat 5 industri rumah tangga gula kelapa di desa Ujung genteng. Total jumlah industri sebanyak ±120 industri rumah tangga pengolahan gula kelapa yang
tersebar di 10 RT dimana lokasi pohon kelapa yang menjadi bahan utama tidak merata yakni pada lokasi titik awal masuk ke lokasi desa Ujung Genteng dan titik
terakhir di sekitar pantai Ujung Genteng. Sedangkan sisanya diisi perumahan warga, penginapan serta lahan pertanian dan peternakan. Selain itu dikarenakan
usia produktif dari tanaman kelapa untuk menghasilkan nira hanya bertahan 5 hingga 7 tahun membuat usaha pengolahan gula kelapa dengan sistem nomaden
artinya setelah tanaman kelapa sudah tidak produktif maka pengolah pindah ke lahan dengan tanaman kelapa baru yang lebih produktif.
Alasan inilah yang membuat kenapa dari segi tempat produksi olahan gula kelapa dibangun secara tidak permanen serta sebagian besar pengolah gula kelapa
bukan berasal dari masyarakat desa Ujung Genteng melainkan kecamatan Surade.Pengolah gula kelapa dipilih oleh pengelola dengan sistem kemitraan
tradisional tanpa aturan tertentu namun tetap memudahkan usaha pengolahan gula kelapa.Untuk tanaman kelapa yang sudah tidak produktif dilakukan peremajaan
kembali oleh perkebunan Cigebang sehingga tetap menghasilkan nira atau buah kelapa pada waktu yang ditentukan.
38
6.1.6 Penjualan
Pada saat penelitian berlangsung pada bulan Juni 2012 keputusan penentuan harga beli kepada pengrajin berdasarkan pengelolainvestor atau juga
disebut tengkulak yaitu Rp 9.000,00 satu kilogramnya dan dijual kembali ke pasar dengan harga jual Rp 12.000,00 per satu kilogramnya. Tidak ada gradejenis-jenis
gula kelapa yang diproduksi para pengrajin di desa Ujung Genteng.Gula kelapa yang dihasilkan dengan kriteria berwarna coklat keputih-putihan, berbau wangi,
dan teksturnya padat.
Penjualan dilakukan oleh pengelolainvestor sendiri ke beberapa pasar tujuan yaitu pedagang besar, dan industri-industri pengolahan kecap, dan
sebagainya yang menggunakan gula kelapa dalam mendukung produksi produk industri mereka.Sedangkan bagi pengrajin jika ingin mendapatkan keuntungan
lebih maka mereka memilih untuk menambah kapasitas produksinya dimana sisa dari penjualan ke pengelolainvestor akan dijual kepada masyarakat sekitar desa
Ujung Genteng atau pengunjung yang datang ke industri pengolahan mereka seharga Rp 12.000kg. Namun upaya tersebut jarang sekali terjadi mengingat
tenaga kerja yang ada untuk satu industri rumah tangga saja hanya memiliki 2-3 orang.Sehingga kesulitan untuk memperoleh lebih produksi gula kelapa
tersebut.Berdasarkan wawancara kepada pengrajin dari satu bulan produksi 2 kali produksi pengrajin hanya sekitar 10-15 kg saja untuk dipasarkan sendiri.
Gambar 5Alur Distribusi Pemasaran Gula Kelapa di desa Ujung Genteng Sumber: Yusuf Pengelola Industri Rumah Tangga Gula Kelapa, 2012
Kegiatan pemasaran gula kelapa dilakukan oleh pengelola atau tengkulak dan dipasarkan ke pedagang besar di Kabupaten Sukabumi dan konsumen industri
seperti pabrik kecap dan pabrik olahan makanan lainnya. Namun kelemahannya posisi harga jual yang sudah ditentukan oleh tengkulak sehingga kurang
menguntungkan para pengolah gula kelapa.
Tengkulak Pedagang Besar
ProdusenPengrajin Gula Kelapa 250 kgproduksi
Konsumen Industri Pedagang Pengecer
Konsumen Masyarakat 150 kg Dijual = Rp 9.000kg