industri rumah tangga pengolahan gula kelapa.Jika keterampilan yang dimiliki semakin baik maka diharapkan semakin lama pula keberlangsungan usaha yang
didirikan.lamanya usaha dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesetiaan pengrajin gula kelapa terhadap usaha yang dijalankannya dibandingkan
dengan usaha lainnya. Lama usaha industri rumah tangga pengolahan gula kelapa dapat dilihat pada tabel 10berikut ini.
Tabel 10Sebaran responden pengolahan gula kelapa skala rumah tangga berdasarkan lama usaha di desa Ujung Genteng 2012
Lama Usaha Tahun Jumlah Responden Orang
Persentase 2-3
4-5 5
2 5
8 13,33
33,33 53,33
Jumlah 15
100,00 Sumber: Data primer kantor desa Ujung Genteng diolah, 2012
Berdasarkan tabel 10 dapat dijelaskan lamanya usaha terdapat sebesar 13,33 pengrajin gula kelapa yang melakukan usahanya antara 2 sampai 3 tahun,
33,33 yang usahanya antara 4 sampai 5 tahun dan 53,33 yang merupakan pengrajin gula kelapa yang setia tetap memproduksi serta mengusahakan
pengolahan gula kelapa dari awal pendirian usaha pengolahan gula kelapa hingga sekarang. Perolehan nilai untuk pengolah usaha gula kelapa skala rumah tangga
dari tingkat usia, pendidikan dan lama usaha berdasarkan kuesioner yang diberikan pada saat kegiatan produksi dilakukan.
6 ANALISIS USAHA PENGOLAHANGULA KELAPA SKALA RUMAH TANGGA DI DESA UJUNG GENTENG,
KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT
6.1 Karakteristik Industri Rumah Tangga Gula Kelapa
Karakteristik industri pengolahan gula kelapa merupakan gambaran informasi mengenai keadaan dalam menghasilkan produk gula kelapa di lokasi
penelitian.Hal ini memiliki tujuan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan dan penguasaan di dalam mengelola kegiatan usaha berbasis
produksi gula kelapa di desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap. Karakteristik tersebut meliputi ketersediaan bahan baku, ketersediaan modal, jumlah tenaga
kerja yang digunakan pada masing-masing industri rumah tangga gula kelapa, teknologi yang digunakan, dan proses penyetoran gula kelapa tersebut kepada
pengumpul desatengkulak yang mengelola kegiatan para pengrajin.
6.1.1 Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku berupa nira kelapa tersedia luar biasa besar sepanjang tahun diperoleh dari perkebunan kelapa Cigebang milik swasta yang menguasai lebih
dari sepertiga wilayah desa Ujung Genteng yaitu seluas 250 hektar luas tanah untuk tanaman kelapa saja yang tersebar di beberapa titik disana. Desa Ujung
Genteng yang merupakan desa penghasil gula kelapa terbesar di Kecamatan Ciracap memiliki sebanyak 10 RT dengan 1.227 Kepala Keluarga.Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan keseluruhan pengolah usaha rumah tangga gula kelapa memperoleh bahan baku nira kelapa dari menderesmenyadap pohon
kelapa yang tersedia disekitar mereka sesuai kesepakatan yang dilakukan dengan pengelola tanaman kelapa artinya pengolah gula kelapa dapat mengambil nira dari
tanaman kelapa milik perkebunan swasta Cigebang dengan sistem sewa dimana sewa tersebut dibayar dengan harga produk gula kelapa yang dihasilkan oleh
pengolah kelapa. Untuk membayar sewa tanaman kelapa tersebut sebesar 1 kg gula kelapa untuk 1 tanaman kelapa yang dideres selama satu kali proses produksi
berlangsung. Sehingga dengan demikian tidak ada proses pembelian nira yang dilakukan para pengrajin, namun jika dijual langsung harga jual nira sebesar
Rp4.000liter nya. Dalam pengangkutan hasil sadapan nira kelapa cukup dibawa olehpenyadap sendiri dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki dan tidak
memerlukantransportasi, karena tempat mengambil sadapan dari rumah pengrajin jaraknyatidak terlalu jauh sehingga bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Kebutuhan bahan bakusetiap pengolah gula kelapa digolongkan sama mengingat kebutuhan bahan-bahan lainnya berasal dari pohon yang
dideresdisadap sendirisehingga mengenai perputaran keuntungan yang diperoleh tergantung kemampuan dan percepatan si pengrajin dalam melakukan produksi
gula kelapa tersebut. Selain nira bahan-bahan yang juga dianggap penting dalam produksi gula kelapa yang dilakukan pengrajin di desa Ujung Genteng terdiri dari
bahan bakar kayu albasia, peralatan pisau, pengaduk dan saringan, dan perlengkapan jirigen, ember, gayung, wajan, tungku, cetakan bubung yang
dapat dilihat dalam tabel 11.
Dalam penggunaan bahan bakar yang digunakan oleh pengrajin gula kelapa di desa Ujung Genteng adalah menggunakan kayu bakar. Kayu bakar
disuplai oleh pengelola setiap 2 minggu sekali senilai 1 truk kayu bakar Rp 300.000,00.
Tabel 11Rata-rata biaya pembuatan gula kelapa Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dalam 1 kali produksi 2 minggu
No Macam Biaya
Rata-rata Biaya Rp 1
Bahan bakar kayu bakar Rp 300.000
2 Peralatan: pisau, saringan dan pengaduk
Rp 165.000 3
Perlengkapan: Jirigen, ember, gayung, wajan, tungku, cetakan bubung
Rp 1.011.000 4
Bahan penolong: laru, minyak kelapa dan ipah Rp92.500
Jumlah Rp1.868.500
Adapun mengenai
ketersediaan bahan
penolong juga
menjadi pertimbangan dalam pengelolaan suatu industri pengolahan.Dalam pembuatan
gula kelapa bahan penolong yang dibutuhkan antara lainlaru, minyak kelapa dan ipah.Penggunaan bahan penolong tersebut diperlukan agar kualitas gula kelapa
yang dihasilkan terjaga kualitasnya. Laru digunakan pada saat akan dilakukan penyadapanpenderesan nira. Laru tersebut dimasukkan ke dalam jirigen dan
bertujuan untuk mencegah nira menjadi asam yang akan berpengaruh pada hasil gula kelapa. Minyak kelapa digunakan pada saat pemasakan nira.Sedangkan ipah
berupa parutan kelapa dan tatal nangka yang digunakan supaya cairan yang sudah mulai coklat pada proses pemasakan tidak naik ke atas, hingga terkadang tumpah.
6.1.2 Modal
Pada awalnya modal pendirian industri pengolahan gula kelapa berasal sepenuhnya dari pinjaman pengelolatengkulak.Pembayaran pinjaman tersebut
dilakukan ketika pengrajin sudah dapat menghasilkan produk gula kelapa yang diinginkan pengelolatengkulak dan seterusnya sehingga perputaran modal
tersebut dapat memberi keuntungan lebih kepada si pengrajin.Besar nominal yang dipinjamkan pengelola diperkirakan cukup untuk memproduksi gula kelapa dalam
1 kali produksi di awal yaitu sebesar Rp 1.268.500,00. Setelah pinjaman terbayar dalam memenuhi kebutuhan bahan baku nira yang digunakan dalam memproduksi
gula kelapa, pengrajin cukup membayarnya dengan sistem 1 pohon untuk 1 kg gula kelapasatu kali proses produksi, sedangkan sisanya dalam kuantitas 150 kg
gula kelapa per produksi dijual kepada tengkulak tersebut seharga Rp 9.000,00kg.
6.1.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam industri pengolahan gula kelapa skala rumah tangga ini berasal dari dalam keluarga sendiri atau dengan kata lain tidak adanya
perekrutan karyawan dari tenaga luar. Tenaga kerja dibutuhkan dalam setiap proses, mulai dari penyadapanpenderesan, pemasakan hingga gula kelapa dicetak
ke dalam bubung yang terbuat dari bambu. Dari15 responden yang dikaji tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2-3 orang, mayoritas sebanyak 2 orang saja yang
terdiri dari kepala keluarga beserta istri yang masing-masing bertugas untuk