Ketersediaan Bahan Baku Karakteristik Industri Rumah Tangga Gula Kelapa

Dalam penggunaan bahan bakar yang digunakan oleh pengrajin gula kelapa di desa Ujung Genteng adalah menggunakan kayu bakar. Kayu bakar disuplai oleh pengelola setiap 2 minggu sekali senilai 1 truk kayu bakar Rp 300.000,00. Tabel 11Rata-rata biaya pembuatan gula kelapa Desa Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dalam 1 kali produksi 2 minggu No Macam Biaya Rata-rata Biaya Rp 1 Bahan bakar kayu bakar Rp 300.000 2 Peralatan: pisau, saringan dan pengaduk Rp 165.000 3 Perlengkapan: Jirigen, ember, gayung, wajan, tungku, cetakan bubung Rp 1.011.000 4 Bahan penolong: laru, minyak kelapa dan ipah Rp92.500 Jumlah Rp1.868.500 Adapun mengenai ketersediaan bahan penolong juga menjadi pertimbangan dalam pengelolaan suatu industri pengolahan.Dalam pembuatan gula kelapa bahan penolong yang dibutuhkan antara lainlaru, minyak kelapa dan ipah.Penggunaan bahan penolong tersebut diperlukan agar kualitas gula kelapa yang dihasilkan terjaga kualitasnya. Laru digunakan pada saat akan dilakukan penyadapanpenderesan nira. Laru tersebut dimasukkan ke dalam jirigen dan bertujuan untuk mencegah nira menjadi asam yang akan berpengaruh pada hasil gula kelapa. Minyak kelapa digunakan pada saat pemasakan nira.Sedangkan ipah berupa parutan kelapa dan tatal nangka yang digunakan supaya cairan yang sudah mulai coklat pada proses pemasakan tidak naik ke atas, hingga terkadang tumpah.

6.1.2 Modal

Pada awalnya modal pendirian industri pengolahan gula kelapa berasal sepenuhnya dari pinjaman pengelolatengkulak.Pembayaran pinjaman tersebut dilakukan ketika pengrajin sudah dapat menghasilkan produk gula kelapa yang diinginkan pengelolatengkulak dan seterusnya sehingga perputaran modal tersebut dapat memberi keuntungan lebih kepada si pengrajin.Besar nominal yang dipinjamkan pengelola diperkirakan cukup untuk memproduksi gula kelapa dalam 1 kali produksi di awal yaitu sebesar Rp 1.268.500,00. Setelah pinjaman terbayar dalam memenuhi kebutuhan bahan baku nira yang digunakan dalam memproduksi gula kelapa, pengrajin cukup membayarnya dengan sistem 1 pohon untuk 1 kg gula kelapasatu kali proses produksi, sedangkan sisanya dalam kuantitas 150 kg gula kelapa per produksi dijual kepada tengkulak tersebut seharga Rp 9.000,00kg.

6.1.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam industri pengolahan gula kelapa skala rumah tangga ini berasal dari dalam keluarga sendiri atau dengan kata lain tidak adanya perekrutan karyawan dari tenaga luar. Tenaga kerja dibutuhkan dalam setiap proses, mulai dari penyadapanpenderesan, pemasakan hingga gula kelapa dicetak ke dalam bubung yang terbuat dari bambu. Dari15 responden yang dikaji tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2-3 orang, mayoritas sebanyak 2 orang saja yang terdiri dari kepala keluarga beserta istri yang masing-masing bertugas untuk kepala keluarga suami sebagai penderespenyadap dan yang menyediakan kebutuhan untuk pemasakan nira, sedangkan pasangan istri bertindak untuk memasak dan mencetak gula kelapa tersebut. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam memproduksi gula kelapa tersebut 8 jam kerjahari hingga pengrajin dapat menghasilkan produk gula kelapa sebanyak 150 kg 1,5kuintal dalam 1 kali produksi 2 minggu dan 100 kg sebagai sewa pohon kelapa kepada pengelolainvestor.

6.1.4 Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam memproduksi gula kelapa di desa Ujung Genteng masih tergolong tradisional. Hal ini terlihat dari proses kegiatan menyadap, memasak, mengaduk nira, serta mencetak hingga menjadi produk gula kelapa tidak ada penggunaan teknologi modern di dalamnya. Bangunan rumah yang menjadi tempat produksi gula kelapa dan peristirahatan pun terlihat sederhana dengan dinding kayu dan atap jerami untuk seluruh pengrajin gula kelapa di desa Ujung Genteng.Terkait kualitas gula kelapa yang dihasilkan tidak perlu diragukan lagi, bahkan industri-industri pengolahan lanjutan yang menggunakan produk gula kelapa yang diproduksi di desa Ujung Genteng sebagai bahan utamanya seperti industri kecap dan sebagainya mengatakan gula kelapa desa Ujung Genteng terbaik yang ada di Jawa Barat khususnya.

6.1.5 Luasan Lahan Usaha

Lahan usaha pada industri rumah tangga pengolahan gula kelapa sangat berpengaruh terhadap kemampuan dalam produksi, setidaknya dari 1 hektar lahan terdapat 5 industri rumah tangga gula kelapa di desa Ujung genteng. Total jumlah industri sebanyak ±120 industri rumah tangga pengolahan gula kelapa yang tersebar di 10 RT dimana lokasi pohon kelapa yang menjadi bahan utama tidak merata yakni pada lokasi titik awal masuk ke lokasi desa Ujung Genteng dan titik terakhir di sekitar pantai Ujung Genteng. Sedangkan sisanya diisi perumahan warga, penginapan serta lahan pertanian dan peternakan. Selain itu dikarenakan usia produktif dari tanaman kelapa untuk menghasilkan nira hanya bertahan 5 hingga 7 tahun membuat usaha pengolahan gula kelapa dengan sistem nomaden artinya setelah tanaman kelapa sudah tidak produktif maka pengolah pindah ke lahan dengan tanaman kelapa baru yang lebih produktif. Alasan inilah yang membuat kenapa dari segi tempat produksi olahan gula kelapa dibangun secara tidak permanen serta sebagian besar pengolah gula kelapa bukan berasal dari masyarakat desa Ujung Genteng melainkan kecamatan Surade.Pengolah gula kelapa dipilih oleh pengelola dengan sistem kemitraan tradisional tanpa aturan tertentu namun tetap memudahkan usaha pengolahan gula kelapa.Untuk tanaman kelapa yang sudah tidak produktif dilakukan peremajaan kembali oleh perkebunan Cigebang sehingga tetap menghasilkan nira atau buah kelapa pada waktu yang ditentukan. 38