Industri gula kelapa ini termasuk dalam kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol.Berdasarkan keuntungan yang
diperoleh, maka dapat diketahuiprofitabilitas atau tingkat keuntungan dari industri gula kelapa skala rumah tanggadi desa Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi
sebesar Rp 0,82.
6.4.4Revenue Cost Ratio RC
Perhitungan RC ratio pada usaha pengolahan gula kelapa skala industri rumah tangga di desa Ujung Genteng dapat dilihat pada Tabel 18. Berdasarkan
Tabel 18 dapat diketahui bahwa nilai perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi total adalah sebesar 2,45. Hal ini berarti setiap Rp 1.000,00 biaya yang
dikeluarkan oleh industri rumah tangga ini maka akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2.450,00.
Tabel 18Nilai RC rasio pada pengolahan gula kelapa skala rumah tangga di desa Ujung Genteng
Uraian Nilai Rp
Penerimaan TR Biaya Total TC
1.350.000,00 742.414,28
RC ratio 1,82
Nilai RC ratio yang dihasilkan oleh usaha pengolahan tersebut lebih dari satu berarti usaha pengolahan nira kelapa menjadi gula kelapa padat telah
memberi keuntungan kepada pengrajin. Hal ini berarti bahwa industri gula kelapa yang telah dijalankan di desa Ujung Genteng telah efisien yang ditunjukkan
dengan nilai RC ratio yang lebih dari satu. Nilai RC ratio 1,82 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usaha memberikan
penerimaan sebesar 1,82 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contoh, dalam industri gula jawa, produsen mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,00
maka produsen akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 18.200,00.
7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Kegiatan pengolahan nira menjadi gula kelapa ini sangat menguntungkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui keuntungan yang diperoleh
pengrajin gula kelapa dalam industri rumah tangga di desa Ujung Genteng untuk satu kali proses produksi sebesar Rp 607.585,72 dengan total biaya Rp.
742.414,28 serta penerimaan sebesar Rp 1.350.000. Sedangkan profitabilitas usaha pengolahan gula kelapa dengan skala rumah tangga di desa Ujung Genteng
adalah sebesar 0,82, yang berarti bahwa usaha pengolahan gula kelapa menguntungkan serta memiliki nilai efisiensi lebih dari satu, yaitu sebesar 1,82
sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan gula kelapa ini telah efisien karena setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha gula kelapa
memberikan penerimaan sebesar 1,82 kali dari biaya yang telah dikeluarkan.
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapa saran dalam upaya pengembangan usaha pengolahan gula kelapa sebagai
berikut: 1.
Untuk meningkatkan pendapatan para pengrajin, pemerintah daerah perlu memfasilitasi dalam hal pengadaan input produksi dan membantu pemasaran
produk gula kelapa sehingga harga jual yang diterima oleh pengrajin dapat memberikan keuntungan kepada pengrajin dibandingkan dengan hanya
mengandalkan pemasaran dari pengelola dan tengkulak.
2. Diharapkan pemerintah daerah membuat suatu kebijakan yang membantu
dalam pengembangan usaha industri pengolahan gula kelapa skala rumah tangga dalam rangka penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan asli
daerah.
3. Penelitian selanjutnya untuk mengakomodasi harga bahan baku berupa nira
dari tanaman kelapa jika diperoleh dari pembelian.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, I. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Pendapatan Usaha Industri Rumah Tangga Kemplang Berbahan Baku Sagu dan Ikan. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya Palembang. [BPN] Badan Pertanahan Nasional. 2009. Luas Wilayah Kabupaten Sukabumi.
Kabupaten Sukabumi: Badan Pertanahan Nasional [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Sensus Penduduk 2010. Kabupaten Sukabumi:
Badan Pusat Statistik. Dyanti, 2002. Studi Komparatif Gula Merah Kelapa dan Gula Merah Aren.
Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Halaman 26-40
Hartati, A dan Mulyani A. 2009.Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara Virgin Coconut
Oil di
Kabupaten Cilacap.
Program Studi
Sosial EkonomiAgribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman
Purwokerto. Herni.2012. Desa Ujung Genteng sebagai sentra produksi gula kelapa.Desa
Ujung Genteng: Kantor Desa Ujung Genteng [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2012. Trend Harga Gula kelapa
Kabupaten Sukabumi Tahun 2009-2012. Kab. Sukabumi: Kementerian Perdagangan
Yunus, Mahmud 2008, Program Pengembangan Agroindustri Kelapa Terpadu. http:asapcair.blogspot.com200812proposal-pengembangan-
agroindustri.html Martono, A, Budiningsih S, dan Watemin. 2007. Analisis Kelayakan Ekonomi
Agroindustri Gula Kelapa Di Desa Jalatunda Kecamatan Mandiraja. Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Masrah, U. 2009. Analisa Pendapatan Pengolahan Gula Aren Pada Industri Rumah Tangga di Desa Semuntai Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser
[Skripsi]. Paser: Program Studi Agribisnis, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian STIPER Muhammadiyah Tanah Grogot.
Muchjidin, Rachmat. Alternatif Pendayagunaan Kelapa, Kasus di Desa Ciamis dan Blitar. FAE vol 9 No.1 Juli 1991
Pardani, C. 2008. Kajian Nilai Tambah Agroindustri Nata de Coco [Tesis]. Tasikmalaya: Fakultas Pertanian, Universitas Galuh.
Praditya, Maninggar. 2010. Analisis Usaha Industri Gula Jawa Skala Rumah Tangga di Kabupaten Wonogiri. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret