6. Memasukkan CSR dalam bisnis inti dan proses organisasi Pratomo, 2008. Dalam hal ini mengetahui indeks keberkelanjutan dalam aktivitas CSR perlu
melakukan penilaian terhadap aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Munasinghe, 1993, serta diidentifikasi atribut-atribut dari masing-masing
aspek atau dimensi.
2.2 Komitmen terhadap CSR
Komitmen terhadap CSR adalah instrumen-instrumen yang dibangun oleh sebuah perusahaan yang mengindikasikan apa yang ingin dilakukan dalam rangka
memberi perhatian terhadap pengaruh sosial dan lingkungannya Susanto, 2007. Komitmen ini mengkomunikasikan sifat dan arah dari aktivitas sosial dan lingkungan,
sehingga membantu pihak lain memahami bagaimana perilaku perusahaan dalam situasi-situasi tertentu. Dengan adanya komitmen CSR, menjadi jelas bagi pihak-
pihak lain mengenai apa yang bisa diharapkan dari perusahaan. Dengan mengartikulasikan ekspektasi ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya
kesalahpahaman. Komitmen CSR dapat memperbaiki mutu keterlibatan perusahaan dengan
pihak-pihak dimana mereka melakukan interaksi Susanto, 2007. Komitmen CSR harus dituangkan ke dalam pernyataan dengan bahasa yang tegas dan harus berisi
kewajiban-kewajiban dengan kata-kata yang jelas dan ringkas Susanto, 2007. CSR harus dapat diimplementasikan. Implementasi mengacu kepada keputusan, proses,
praktek, dan aktivitas keseharian yang menjamin bahwa perusahaan memenuhi semangat dan menjalankan rencana tertulis yang telah disusun.
2.3 CSR, Etika Bisnis dan Good Corporate Governance GCG
Pada dasarnya CSR, Etika bisnis, dan Tata Kelola Perusahaan yang Baik atau Good Corporate Governance saling berkaitan satu sama lain. CSR berkaitan, namun tidak
identik dengan etika bisnis. CSR berkaitan dengan tanggungjawab ekonomi, legal, ethical, dan discretionary, sedangkan etika bisnis fokus kepada pertimbangan
moralitas dan perilaku individu dan kelompok dalam organisasi. Sehingga etika bisnis dipandang sebagai komponen dari studi yang lebih luas dari CSR. Sedangkan
Good Corporate Governance GCG adalah alat dalam melaksanakan etika bisnis Kurniaty, 2008.
2.4 Industri Otomotif
Indonesia saat ini sedang dalam proses pembangunan diberbagai sektor, termasuk industri otomotif. Industri Otomotif memainkan peranan penting dalam
proses pembangunan berkelanjutan. Berbagai type kendaraan telah dihasilkan meliputi jenis sedan, 4x2 Multi Purpose VehicleMPV, 4x4 Sport Utility
VehicleSUV, Bus, Pick Uptruck, dan Kabin Ganda double cabin 4x24x4 sesuai dengan katagorisasi SNI 09-1825-2002 Gaikindo, 2008.
Pengertian dari masing-masing jenis kendaraan tersebut adalah : 1. Sedan
Dalam bahasa Inggris versi American English disebut sedan, sedangkan dalam bahasa Inggris versi British English: saloon, adalah salah satu dari body style yang
paling umum dari mobil modern. Pada dasarnya merupakan mobil penumpang dengan dua baris tempat duduk dengan ruang penumpang yang cukup memadai
dibagian ruang belakang untuk penumpang dewasa. Umumnya memiliki ruangan terpisah untuk bagasi. Beberapa produsen mobil membuat mobil yang penempatan
mesinnya dibagian belakang, seperti Volkswagen VW misalnya. Berbagai jenis sedan yang dibuat adalah jenis model 4 pintu dan model 2 pintu. Jenis sedan dibagi
dalam beberapa kategori yaitu a Cylinder Capacity CC ≤ 1.500 baik berbahan
bakar bensin Gasoline = G ataupun Solar Diesel = D, b CC 1.501 – 3.000 G
2.500 D dan c. CC 3.001 G 2.501 D 2.
4 x 2 Multi Purpose VehicleMPV MPV dikenal sebagai mobil penumpang. Jenis kendaraan ini memiliki jarak tinggi
antara body dengan tanah. Suatu MPV yang besar dapat menampung lebih dari 8 penumpang. Jenis yang dikenal adalah minibus. Jenis ini dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu a CC ≤ 1.500 GD dan b CC 1.501 – 2500 GD
3. 4 x 4 Sport Utility VehicleSUV SUV merupakan kendaraan berkemampuan off-road dengan empat roda
penggerak kendaraan four-wheel drive dan mampu melintasi segala medan
dengan body yang tinggi dan boxy. Jenis ini dibagi menjadi a CC ≤ 1.500
GD, b CC 1.501 – 3.000 G 2.500 D dan c. CC 3.001 G 2.501 D
4. Bus
Bus adalah kendaraan besar beroda yang digunakan untuk membawa penumpang dalam jumlah besar. Jenis ini dibagi menjadi a. Gross Vehicle Weight GVW 5
– 10 Ton GD dan b. GVW 10 – 24 Ton GD 5.
Pick UpTruck Pick up adalah kendaraan bermotor jenis ringan light dengan memiliki bak
terbuka dibagian belakang yang terpisah dengan kabin penumpang dan mampu mengangkat barang-barang. Truck adalah kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut barang-barang dan material. Jenis ini dibagi menjadi a. Gross Vehicle Weight GVW 5 GD, b. GVW 5
– 10 Ton GD, c GVW 10 – 24 Ton GD dan d GVW 24 Ton GD
6. Kabin Ganda double cabin 4 x 24 x 4 Kendaraan Double Cabin adalah kendaraan bermotor dengan kabin ganda dalam
bentuk kendaraan bak terbuka atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 tiga orang termasuk pengemudi, dengan massa total tidak lebih dari 5 ton.
Jenis ini meliputi GVW 5 Ton GD for all cc Untuk mencapai industri otomotif berkelanjutan, maka aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan perlu diperhatikan dan diseimbangkan. Tidak dapat industri otomotif hanya memperhatikan sektor ekonomi dan sosial, karena aspek lingkungan menjadi
penentu pula dalam pembangunan industri otomotif berkelanjutan. Gambar 2 menjelaskan pengaruh otomotif terhadap lingkungan Graedel et al., diacu dalam
Ayres and Ayres, 2002
Gambar 2. Diagram sistem teknologi otomotif Graedel et al., diacu dalam Ayres and Ayres, 2001
Gambar 2 menunjukkan pengaruh dari keberadaan otomotif yang diproduksi oleh pabrikan yang berdampak terhadap phase proses produksi, penggunaan, proses daur
ulang sampai kepada phase ketersediaan infrastruktur jalan dan jembatan, hingga kepada perubahan struktur sosial seperti persebaran komunitas, mal-mal, kegiatan
perekonomian dan sebagainya. Pengaruh terbesar dari otomotif terhadap lingkungan bukannya pada lingkaran terkecil, yaitu mesin kendaraan maupun limbah yang
dikeluarkan oleh pabrik mobil, namun justru pada pengaruhnya terhadap penyebaran masyarakat dalam skala wilayah maupun kegiatan usaha masyarakat, termasuk
didalamnya penyebaran pusat-pusat perbelanjaan atau mal-mal dan sebagainya. Industri otomotif secara global amat beragam dan meliputi berbagai segmen
produk seperti engine parts, drive trasmission and steering parts, suspension braking parts, electrical parts dan komponen kendaraan lainnya. Industri otomotif meliputi
produsen dan dealer dari berbagai jenis kendaraan mulai dari luxury cars, passenger
Automobile Subsystem
e.g. the engine The automobile
. manufacture .use . recycle Infrastructure technologies
. built infrastructure e.g. highway . supply infrastructure e.g.
petroleum industri Social structure
e.g. dispersed communities and businesses, malls
cars, specialist vehicles, off-road vehicles, aksesories dan komponen kendaraan, produk perlindungan kendaraan car care products, environment and safety equipment, garage
and service equipment, moulds and dyes, oils and libricants, petrol vending machines, tires, batteries and auto electrical, upholsteries dan banyak lagi.
Mobil itu sendiri juga membuat orang dapat bepergian dan mengangkut barang- barang lebih jauh dan lebih cepat dan telah membuka pasar yang lebih besar untuk bisnis
dan komersial. Berbagai industri yang mendukung industri otomotif seperti perusahaan asuransi, security, petroleum, industri disain dan konstruksi jalan raya. Selain itu dampak
yang timbul akibat mobilitas yang disediakan oleh mobil adalah seperti motels, drive-in theathers dan fast-food restaurant. Sedemikian besar dampak yang ditimbulkan oleh
industri otomotif yang diestimasikan bahwa setiap pekerjaan yang tercipta di industri perakitan mobil, tiga dari empat jenis pekerjaan tercipta dari industri komponen
kendaraan Williams, 2010. Hal ini menunjukkan bahwa industri otomotif membuka kesempatan besar bagi terciptanya peluang usaha dari industri komponen kendaraan.
Sehingga bentuk tanggungjawab industri otomotif dalam hal keterkaitan antara mobilitas dengan ekonomi dan pembangunan sosial dapat diwujudkan dalam bentuk seberapa besar
teknologi maupun bahan baku yang dapat di pasok yang merupakan produk lokal, serta berupaya menguak segala perbedaan antara standar lokal dan global serta kinerjanya, dan
semakin merekatkan diri dengan pemasok lokal. Adapun komitmen umum dari industri otomotif adalah bertanggungjawab atas seluruh mutu kehidupan sosial di wilayah dimana
perusahaan beroperasi UNEP, 2002. Industri otomotif dapat memberikan kesempatan untuk memasok komponen
mobil kedalam industri otomotif kepada masyarakat agar dapat membuka lapangan kerja yang banyak bagi masyarakat sekitar dan mampu meningkatkan pendapatan. Demikian
pula sektor-sektor pendukung industri otomotif berpeluang dapat menyertakan masyarakat sekitar untuk mengelolanya dalam bentuk usaha-usaha kecil seperti catering,
pengelolaan limbah pabrik, usaha cleaning service dan sebagainya. Industri otomotif pada dasarnya menempati posisi strategis dalam pembangunan
nasional. Dengan adanya globalisasi dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong meningkatnya mobilitas dan motorisasi. Mobilitas itu sendiri merupakan kebutuhan dasar
manusia dan merupakan fasilitator utama dari pembangunan ekonomi dan mutu kehidupan. Akses terhadap mobilitas, khususnya di negara berkembang berarti akses
tehadap pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. Demikian juga berarti akses kepada pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, kesenangan dan kesempatan terhadap aktivitas
ekonomi, sosial dan budaya UNEP, 2002. Sedemikian penting posisi industri otomotif sebagai penghasil kendaraan bermotor mobil, sehingga pembangunan industri otomotif
berkelanjutan amat diperlukan. Dalam menjalankan aktivitasnya industri mobil sebagai pemangku kepentingan dari pembangunan nasional berkelanjutan diperlukan peran aktif
dalam kegiatan lebih dari sekedar mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan shareholders, artinya perusahaan perlu bertanggungjawab terhadap masalah-
masalah sosial yang timbul lebih daripada yang dipersyaratkan. Aspek paling kritikal yang merupakan side effect atau efek samping dalam upaya
meningkatkan mobilitas adalah berkaitan dengan lingkungan environment, dimana, environmental performance is at the core of corporate best practice with regard to
sustainable development UNEP, 2002, atau aspek lingkungan merupakan faktur penentu dalam industri otomotif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Meskipun
tidak mengurangi tingkat kepentingan dari kedua aspek lain ekonomi dan sosial. Saat ini kota Jakarta mendapat julukan sebagai kota nomor tiga terparah tingkat
polusi CO
2-
nya di dunia, hal ini diakibatkan sebagian besar oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini amat merugikan bagi kesehatan masyarakat, khususnya kota
Jakarta. Menurut artikel di harian Kompas tanggal 30 November 2007 terdapat tulisan yang merupakan hasil survei dari kerjasama Yayasan Pelangi, Organda DKI, ADB, Dinas
Perhubungan, DKI, BPS DKI ditemui kerugian akibat dari kemacetan di bulan Maret 2007 mencapai Rp. 43 triliun. Keadaan ini merupakan permasalahan yang timbul sebagai
fakta dari penggunaan kendaraan bermotor yang merupakan produk dari industri otomotif. Tentu hal ini berakibat menjadikan industri otomotif menjadi tidak
berkelanjutan. Upaya untuk mengurangi dampak emisi gas buang kendaraan bermotor adalah
dengan memberlakukan standar emisi gas buang sebagaimana yang telah diberlakukan saat ini sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
4 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru berikut.
Tabel 2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M dan N Berpenggerak Motor Bakar Cetus Api Berbahan Bakar Bensin
No. Kategori 1
Parameter Nilai Ambang Batas
1. M1, GVW ≤ 2,5 ton, tempat duduk ≤,
tidak termasuk tempat duduk pengemudi
CO HC + Nox
2,2 gramkm 0,5 gramkm
2. M1, Tempat duduki 6-8 tidak
termasuk tempat duduk pengemudi, GVW 2,5 ton atau N1, GVW ≤ 3,5
ton a. Kelas 1, RM
≤ 1.250 kg b.
Kelas II, 1250 kg RM ≤ 1.700 kg c. Kelas III, RM 1.700 kg
CO HC + Nox
CO HC + Nox
CO HC + Nox
2,2 gramkm 0,5 gramkm
4,0 gramkm 0,6 gramkm
5,0 gramkm 0,7 gramkm
Keterangan :
1 :
Dalam hal jumlah penumpang dan GVW tidak sesuai dengan pengkategorian tabel di atas, maka nilai ambang batas mengacu kepada pengkatagorian GVW
GVM : Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan JBB
RM : Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg
M1 :
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan mempunyai tidak lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk
pengemudi.
N1 :
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan GVW tidak lebih dari 0,75 ton
N2 :
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan GVW lebih dari 3,5 tetapi tidak lebih dari
12 ton
N3 :
Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan GVW lebih dari 12 ton.
Pada dasarnya untuk lingkup internasional, penetapan ambang batas yang dijadikan standar international adalah mengacu pada standar Euro. Berikut adalah
standar uji emisi yang berlaku secara international yang diadopsi oleh Indonesia dan telah diberlakukan di Eropa, dan masa diberlakukannya Wikipedia, 2009 berikut.
Tabel 3. Tabel Ambang Batas Emisi menurut standar EURO gasoline
Tier Date
CO HC
NO
x
HC+NO
x
PM
Euro 1† July 1992
2,72 3.16 -
- 0,97 1,13
- Euro 2
January 1996 2,2
- -
0,5 -
Euro 3 January 2000
2,3 0,2 0,15
- -
Euro 4 January 2005
1,0 0,1 0,08
- -
Euro 5 September 2009
1,0 0,1 0,06
- 0,005
Euro 6 future September 2014 1,0
0,1 0,06 -
0,005 Before Euro 5, passenger vehicles 2.500 kg were type approved as light commercial
vehicle N1 – I
Applies only to vehicles with direct injection engines † Values in brackets are conformity of production COP limits
Dari Tabel 3 telihat bahwa Eropa telah menerapkan ketentuan mengenai ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lebih dulu dan jauh lebih ketat dari yang
diberlakukan di Indonesia. Saat ini Indonesia baru menerapkan aturan tersebut yang sesuai dengan Euro 2 dalam ketentuan Eropa.
3. CSR Industri Otomotif
Sesuai dengan konsepnya CSR adalah kewajiban perusahaan memaksimalkan dampak positif dan meminimalisasikan dampak negatif dalam berkontribusi kepada
masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan jangka panjang masyarakat, serta keinginannya. CSR berarti berperan dalam ekonomi masyarakat dan sumber daya
manusia atau SDM Journal of Consumer Marketing 2001, diacu dalam Talaei and
Nejati, 2008. Kewajiban dari perusahaan adalah kepada pemangku kepentingan. Kewajiban ini melampaui persyaratan legal dan tugas perusahaan kepada pemegang
saham. Pemenuhan kewajiban ini adalah dengan meminimalisasi dampak negatif, serta segala bentuk kerugian dan memaksimalkan dampak menguntungkan secara
jangka panjang kepada masyarakat Bloom and Gundlach 2001, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008.
Dalam CSR terdapat 4 dimensi yang diidentikkan dengan pembangunan berkelanjutan, karena CSR berkaitan erat dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan Talaei and Nejati, 2008. Bahkan CSR is the ultimate level toward sustainable development. Unsur-unsur CSR yang dikemukakan Carroll 2000 adalah
dimensi Discretionary
Responsibilities tanggungjawab
yang bersifat
kebijakansukarela, Ethical Responsibilities tanggungjawab untuk berlaku etis dalam berbisnis, Legal Responsibilities tanggungjawab untuk mentaati segala
peraturan yang berlaku , Economic Responsibilities tanggung jawab ekonomi telah memenuhi aspek keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan dan identik dengan
prinsip keberlanjutan. Keempat unsur CSR ini harus merupakan sesuatu yang terpadu tidak dapat terpisah-pisah. CSR harus memenuhi keempat unsur tersebut Gambar 3.
Gambar 3. Kategorisasi CSR
Sejak tahun 1991 istilah kategori keempat yaitu Discretionary Responsibilities diganti menjadi corporate citizenship Solihin, 2009. Corporate citizenship yang
baik adalah dapat dirumuskan sebagai suatu pemahaman dan pengelolaan atas pengaruh perusahaan secara luas terhadap masyarakat untuk kebaikan perusahaan dan
masyarakat secara keseluruhan Marsden and Andrioff 1998, diacu dalam Solihin, 2009
Tanggungjawab Altruistikdiscreation Tanggungjawab Moral
Tanggungjawab Legal Tanggungjawab ekonomi
Atribut-atribut dari tiap-tiap dimensi tersebut dalam industri otomotif Talaei and Nejati, 2008 adalah :
1. Dimensi tanggungjawab Ekonomi Novak 1996, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008
Hal ini adalah berupaya menguntungkan principals dengan cara memberikan barang yang bermutu baik dengan harga fair kepada pelanggan, dengan tanggung
jawab ekonomi direalisasikan dalam bentuk : a. Satisfying Customers tingkat kepuasan pelanggan adalah kepuasan pelanggan
terhadap produk unit kendaraan yang sesuai dengan nilainya. b. Fair rate return tingkat pengembalian yang fair
Untuk memperoleh return yang fair atas dana-dana yang dipercayakan oleh investor untuk ditanam di perusahaan.
c. Poverty eradication pengentasan kemiskinan menciptakan kesejahteraan yang baru. Yaitu misalnya memperbesar jumlah saham yang ditanam di institusi non-
profit yang dimiliki oleh sosial, dan menolong mengangkat dari kemiskinan dengan peningkatan upah.
d. Creating new jobs atau lapangan kerja yang tercipta. e. Diversity citizens economic interests atau keragaman tingkat kepentingan
ekonomi dari masyarakat. f. Generating upward mobility tingkat mobilitas semakin meningkat adalah
mengupayakan kepentingan umum demi mengedepankan mobilitas dan memberikan perasaan kepada masyarakat bahwa kondisi ekonominya akan
membaik. g. Promote innovation pengembangan inovasi, yaitu frekuensi dalam
pengembangan model yang tercipta, perbaikan dalam metode produksi dan besarnya saran-saran perbaikan metode kerja dari karyawan.
2. Dimensi tanggung jawab Legal Aktivitas bisnis yang bermoral yaitu mentaati hukum dan perundang-undangan.
Namun hukum memiliki keterbatasan untuk meyakinkan perilaku yang bertanggungjawab. Bisnis cenderung untuk reaktif terhadap adanya berbagai aturan-
aturan dalam hukum, bukannya proaktif untuk melakukan apa yang diinginkan hukum, maka difokuskan bukan seberapa besar perusahaan mentaati aturan hukum
yang berlaku, namun seberapa tinggi tingkat pelanggaran terhadap hukum yang dilakukan oleh perusahaan.
3.Dimensi tanggungjawab Ethical Smith and Quelch 1993, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008. Dimensi ini melampaui hukum dan mencakup aspek moral,
melakukan hal yang benar, adil dan fair, menghormati hak-hak moral masyarakat, menghindari kejahatan dan gangguan sosial, serta mencegah kejahatan akibat hal-
hal lain. Tanggungjawab etika ini lebih bersumber kepada agama dan kepercayaan, tradisi moral, prinsip-prinsip kemanusiaan dan komitmen terhadap hak azasi
manusia Novak 1996, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008. Tanggungjawab etika lebih merupakan tanggung jawab sosial.
4. Dimensi tanggungjawab Altruistik atau mementingkan kepentingan orang lain adalah memberikan waktu dan dana untuk pelayanan sukarela, kumpulan sukarela
dan pemberian sukarela discretionary. Dimensi ini lebih menekankan bahwa tujuan perusahaan bukan hanya bertujuan kepentingan ekonomi dan kinerja
moralnya, tetapi juga kontribusi terhadap masyarakat sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Henry Ford II yang mengatakan bahwa isi kontrak antara industri
dan masyarakat telah berubah bahwa industri juga memiliki kewajiban berkontribusi kepada masyarakat tanpa transaksi komersial Talaei and Nejati,
2008. Indikator-indikator dari tiap-tiap dimensi tanggungjawab korporat dalam
industri otomotif merupakan indikator CSR untuk mengukur komitmen perusahaan dalam industri otomotif terhadap tanggungjawab sosial. Indikator ini dapat diadaptasi
dengan modifikasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan kondisi pada perusahaan
otomotif di tempat lain atau negara lain Talaei and Nejati, 2008.
Pada dasarnya terdapat 4 macam pendekatan tentang tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat atau CSR, yaitu :
1. Corporate Social Performance CSP, sebuah teori berbasis sosiologi
2. Shareholder Value Theory atau Fiduciary Capitalism, yang lebih kepada teori ekonomi
3. Stakeholders Theory, tinjauan dalam perspektif etika. 4. Corporate Citizenship Theory, sebuah tinjauan dalam studi politik
CSP adalah konfigurasi dalam organisasi bisnis terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial, proses dari respons terhadap persyaratan sosial, dan kebijakan-
kebijakan, program-program dan hasil yang berwujud yang merefleksikan hubungan atau relasi perusahaan kepada masyarakat Wood 1991, diacu dalam Crane et al.,
2008. Dalam menentukan tanggungjawab secara spesifik dalam CSP maka perhatian terhadap ekspektasi sosial berkaitan dengan kinerja perusahaan dan concern terhadap
kebutuhan sosial Mele 2008, diacu dalam Crane et al., 2008. Bisnis memiliki power dan power tersebut mempersyaratkan tanggungjawab. Masyarakat memberikan
lisensi kepada perusahaan dalam hal ini industri otomotif untuk beroperasi di wilayahnya dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus melayani masyarakat
bukan hanya kepada penciptaan kemakmuran, tetapi juga kontribusi kepada kebutuhan masyarakat dan memuaskan ekspektasi masyarakat terhadap bisnis Mele
2008, diacu dalam Crane et al., 2008. Reputasi perusahaan adalah berkaitan dengan penerimaan dari masyarakat dimana
perusahaan beroperasi Lewis 2003, diacu dalam Crane et al., 2008. Dalam pendekatan CSP ini terdapat tiga tingkatan atau level dalam melaksanakan CSR,
meliputi level berikut, 1. Institutional
2. Organizational 3. Individual
Untuk melakukan evaluasi terhadap CSP dilakukan berdasarkan tingkatan Reactive, Defensive, Accomodative, dan Proactive RDAP sebagaimana dikemukakan Wartick
and Cochran 1985, Carroll 1979, diacu dalam Clarkson 1995. Skala RDAP tersebut adalah seperti dimuat pada tabel 4.
Tabel 4. Skala RDAP
No. Rating
Posture or Strategy Performance
1 Reactive
Deny Responsibility Doing less than required
2 Defensive
Admit Responsibility but fight it Doing the least that is required
3 Accomodative
Accept Responsibility Doing all that is required
4 Proactive
Anticipate responsibility Doing more than is required
Carroll 1979, diacu dalam Clarkson 1995 merinci lagi atas hal berikut : 1. Fight all the way
Reactive 2. Do only what is required
Defensive 3. Be progressive
Accommodative 4. Lead the industry
Proactive Pengertian masing-masing Rating adalah : Reactive yang bersifat menunggu dan tidak
melakukan apa-apa, kalau terdesak baru bertindak, merasa tidak betanggungjawab; Defensive lebih mengarah ke diri sendiri, bertindak melaksanakan tanggungjawab
asal menguntungkan perusahaan dalam jangka pendek, sekedar memenuhi aturan yang ada; Accomodative bersifat terbuka dan mulai mempertimbangkan masukan dari
luar tanpa tergantung lagi terhadap ada tidaknya keuntungan perusahaan dalam jangka pendek, lebih bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial yang ada.
Sedangkan Proactive justru menjadi pelopor dan pemimpin dalam melakukan kegiatan sosial, peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada.
Menurut pendapat Tunggal 2008, strategi reaktif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih untuk berbuat kurang dari apa yang diharapkan
masyarakat dan mengabaikan tanggungjawab atas masalah, Strategi defensif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih mengakui tanggungjawabnya atas
suatu masalah tetapi melakukan usaha terkecil untuk memenuhi harapan masyarakat, strategi akomodatif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih
menerima tanggungjawab atas masalah dan melakukan semua yang diharapkan masyarakat untuk memecahkan persoalan dan strategi proaktif adalah strategi
kepekaan sosial, yaitu perusahaan akan mengantisipasi tanggungjawab atas masalah
sebelum terjadinya dan akan berusaha lebih dari apa yang diharapkan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan.
2.6. Lokasi pabrik dan dampaknya terhadap masyarakat