Dangdeur di Kabupaten Purwakarta adalah daerah dimana aktivitas persawahan yang dilakukan menerapkan sistem tadah hujan, karena tidak memiliki irigasi.
Tingkat pendidikan penduduk yang terbesar adalah setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP. Lembaga pendidikan yang ada hanya setingkat Sekolah
Dasar SD. Demikian pula kondisi jalan yang ada hanya jalan utama yang melintasi desa beraspal sepanjuang 4,5 km dan sisanya adalah ruas-ruas jalan yang
menghubungkan antar pemukiman warga adalah jalan bebatuan dan jalan tanah yang tidak nyaman dan cenderung sulit dilalui bila hujan deras turun. Dari jumlah
penduduk terdapat 308 orang yang merupakan angkatan kerja, namun menganggur Desa Dangdeur, 2009.
Salah satu jenis kendaraan yang termasuk dalam katagori otomotif adalah sepeda motor. Sebagai salah satu isu utama di negara berkembang, keberlanjutan
dari sepeda motor menghadapi tiga masalah utama Vasconcellos, 2001, yaitu rentan terhadap kecelakaan yang tinggi, polusi udara dan transport
individualization. Ketiga masalah ini cenderung menimpa para rakyat miskin yang justru menjadikan alat transportasi ini paling efisien menurut Gwilliam 2000,
diacu dalam Vasconcellos 2001. Berkaitan dengan kecelakaan, meskipun dilakukan berbagai pendidikan dan psosialhan diklat dan enforcement terhadap
alat-alat keamanan berkendara, namun karena sifat alaminya, maka sepeda motor tetap rentan terhadap kecelakaan Vasconcellos, 2001, keputusan yang berkaitan
dengan pelarangan sepeda motor tidaklah realistik karena merupakan substitusi akibat tidak efisiennya public transportation Sindhuwinata, 2008.
I.1.2. Aktivitas CSR dalam Industri Otomotif
Di Indonesia sampai dengan saat ini, pelaksanaan CSR di kalangan swasta terutama untuk perusahaan industri kendaraan bermotor diklaim telah dilaksanakan
baik melalui Charity maupun Philanthropy dan model kegiatan lainnya. Charity adalah memberi bantuan untuk kebutuhan yang sifatnya sesaat sedang
Philanthropy adalah sumbangan yang ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada penguatan kemandirian masyarakat Saidi dan
Abidin, 2003 Namun dinilai kegiatannya masih bersifat parsial atau tidak bersifat holistik dalam arti meliputi tiga aspek pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi
sosial dan lingkungan. Bidang kegiatan CSR yang dimasuki beragam sesuai dengan keinginan masing-masing yang terkadang tanpa tujuan dan maksud yang jelas.
Dalam penentuan besaran nilainya beragam antar sesama perusahaan dalam industri otomotif, yaitu lebih kepada keinginan dan pemahaman terhadap CSR serta diduga
kepada orientasi bisnis. Indomobil Group sebagai produsen mobil berbagai merek, yaitu Suzuki,
Nissan, Hino yang merupakan produk berasal dari Jepang, telah melakukan aktivitas CSR Indomobil Group, 2008 sebagaimana disebutkan di bawah ini :
1. Setiap tahun memberikan beasiswa kepada anak dari karyawan yang berprestasi di sekolahnya.
2. Memberikan bantuan sarana rambu-rambu lalu lintas seperti traffic cone kepada Pihak Kepolisian, bekerjasama dengan pihak dealer penyalur.
3. Sejak 2008 meluncurkan produk mobil yang di klaim telah memenuhi kualifikasi EURO III seperti pada mobil Suzuki Swift
4. Memperoleh sertifikat ISO 9000 dan ISO14000 5. Menanam pohon di daerah yang gersang
Industri otomotif sebagai pemangku utama dari pembangunan masyarakat perlu melakukan ”tindakan positif” untuk berperan dalam mengatasi masalah yang timbul
dalam masyarakat akibat dari proses produksi dan juga produk kendaraan bermotor yang diproduksinya. Untuk itu, pelaksanaan CSR menjadi hal yang amat penting dan
menjadi alat utama penyaluran kontribusi perusahaan korporat terhadap komunitas, baik di sekitar perusahaan maupun komunitas yang lebih luas lagi dan juga terhadap
lingkungan dalam mencapai upaya pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini, upaya pemilihan skala prioritas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi perusahaan
dalam pelaksanaan CSR menjadi penting, termasuk di dalamnya bidang yang dimasuki oleh aktivitas CSR industri otomotif berkelanjutan dan juga pemilihan
bentuk kegiatan, serta strategi dan cara melaksanakannya. Namun perlu pula
diperhatikan apa yang menjadi ekspektasi stakeholders terhadap kebijakan CSR dari Indomobil Group, sehingga terdapat titik temu antara kedua belah pihak.
Memang CSR bukanlah solusi satu-satunya dalam mengatasi permasalahan yang timbul seperti kemacetan, polusi udara, kebisingan, kemiskinan dan masalah
sosial lainnya karena kondisi tersebut bukan hanya ditimbulkan dari industri kendaraan bermotor, tetapi dilain pihak menganggap kondisi tersebut adalah
tanggungjawab Pemerintah juga kurang tepat, karena penyebabnya adalah kompleks dan menyangkut berbagai pihak seperti masyarakat sebagai pelaku atau pengendara
mobil, pihak Pemerintah sebagai regulator dan industri otomotif sebagai produsen mobil. Namun karena industri otomotif telah memperoleh manfaat dari keberadaan
sumber daya alam SDA dan komunitas sekitar industri otomotif atau lebih luas lagi, maka perlu ada ”imbal balik”. Pikiran untuk melakukan ”imbal balik” ini sebenarnya
merefleksikan dimensi tanggungjawab secara sosial, yaitu perusahaan merasa punya tanggungjawab atas dampak operasi yang ditimbulkannya, baik langsung ataupun
tidak langsung terhadap masyarakat Nursahid, 2006. CSR pada dasarnya menuntut adanya Good Corporate Governance GCG atau tata kelola perusahaan yang baik,
dimana untuk mencapai hal tersebut diperlukan prasyarat minimal, yaitu adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas, efisiensi,
dan keadilan Rudito dan Femiola, 2007 Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan aktivitas CSR di Indonesia untuk
Badan Usaha Milik Negara BUMN tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-236MBU2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik
Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan PKBL berikut : a. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1 Ps.82
b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS untuk Persero, dan oleh Menteri BUMN untuk Perum Ps.83
”Kalangan swasta” private sector berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas PT telah disepakati mengenai UU Perseroan Terbatas No.42007, yaitu BAB V mengenai
tanggungjawab sosial dan lingkungan berisikan hal berikut :
a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan SDA wajib melaksanakan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan.
b. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai
biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
c. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggungjawab Sosial dan Limgkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam bagian penjelasan Undang-Undang ini terdapat penjelasan sebagai berikut : .......
Yang dimaksud dengan ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan SDA
” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan
sumber daya alam. Dari aturan Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut jelas mewajibkan
perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, termasuk industri otomotif dalam lingkungan Indomobil Group untuk wajib melaksanakan tanggung jawab sosial
dan lingkungan CSR. Industri otomotif baik dari segi proses produksi maupun produk mobil berkaitan dengan SDA. Kewajiban melaksanakan CSR juga
diberlakukan bagi perusahaan yang melakukan penanaman modal di Indonesia sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal yang tertuang dalam Pasal 15, Pasal 17 dan Pasal 34 Solihin, 2008 berikut :
Pasal 15 Setiap penanam modal berkewajiban :
a. Menerapkan prinsip corporate governance yang baik. b. Melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan.
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman modal.
e. Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan. Dalam penjelasan pasal demi pasal undang-undang ini, dijelaskan bahwa yang
dimaksud “tanggungjawab sosial perusahaan” sebagaimana pada pasal 15 huruf b adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk
tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.
Pasal 17 Penanam modal yang mengusahakan SDA yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan
perundang-undangan. Pasal 34
Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai
sanksi administratif berupa : a Peringatan tertulis.
b Pembatasan kegiatan usaha. c Pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal atau
d Pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal. Industri otomotif sebagai perusahaan penanaman modal berbentuk
perseroan terbatas PT wajib untuk melaksanakan tanggungjawab sosial CSR. Karena CSR telah ditetapkan dalam undang-undang maka CSR telah menjadi
kebijakan publik. Salah satu keluaran dari kebijakan publik adalah undang-undang Suharto, 2010. Aturan untuk pelaksanaan aktivitas CSR secara spesifik sampai
saat ini belum di tetapkan oleh Pemerintah. Namun berbagai peraturan dan undang- undang yang mendukung CSR seperti Undang-Undang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup no.32 tahun 2009, Undang-Undang no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen merupakan aturan yang wajib dilakukan. Namun
karena belum ada petujuk pelaksanaan CSR, maka jenis perusahaan mana yang terkena peraturan tersebut masih belum jelas. Demikian pula dampaknya terhadap
pelaksanaan CSR di Industri Otomotif diduga belum mengalami perubahan yang nyata antara sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PT yang baru tersebut.
Di tingkat global, CSR adalah suatu aktivitas yang secara sukarela “wajib”
dilaksanakan perusahaan
korporat. Berbagai
perusahaan transnasional
multinational corporation atau MNC melaksanakan program CSR diberbagai negara, dimana lokasi MNC tersebut berada seperti Wallmart, The Body Shop dan
sebagainya. Perserikatan Bangsa Bangsa PBB telah memformulasikan kegiatan CSR dalam suatu kesepakatan global yang disebut Global Compact yang merupakan
kumpulan dari berbagai perusahaan besar di dunia yang berkomitmen untuk berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan secara global.
Diduga kegiatan aktivitas CSR di Indonesia lebih bersifat Philanthropy, yaitu usaha yang dilakukan perusahaan untuk memberikan dana kepada individu atau
sekelompok masyarakat, misalnya dalam bentuk beasiswa yang justru dapat menimbulkan ketergantungan kepada perusahaan. Dalam hal ini belum terlihat
bentuk-bentuk lain dalam pelaksanaan CSR yang sifatnya justru mengembangkan pemangku kepentingan kemitraan demi kesejahteraan bersama. Padahal menurut
hasil penelitian TNS Indonesia 2006, sebuah lembaga penelitian dalam bidang CSR otomotif menunjukkan bahwa pasar-pasar otomotif di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia memberikan apresiasi yang tinggi terhadap aktivitas CSR di bandingkan negara-negara Barat, karena sektor tersebut menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan mutu kehidupan. Maka dari itu pelaksanaan CSR oleh industri otomotif di Indonesia menjadi penting, karena pelaksanaan CSR oleh industri
otomotif akan sangat berpengaruh terhadap apresiasi masyarakat, termasuk terhadap produk mobil yang dihasilkan. Dengan kata lain, melaksanakan CSR yang tepat dan
strategik akan meningkatkan harapan masyarakat. Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa dibanding dengan Eropa dan Amerika, praktik-praktik CSR di Indonesia
benar-benar belum berkembang dan hal ini berarti konsumen mungkin memiliki tingkat harapan lebih rendah. Namun demikian, harapan berkembang dan seiring
dengan perjalanan waktu, maka CSR akan menjadi semakin penting bagi perusahaan- perusahaan yang berada di Indonesia.
TNS Indonesia 2006 menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa nilai-nilai yang terkait dengan CSR sangatlah penting bagi para konsumen di Indonesia dan kadang-
kadang mengubah bentuk perilaku pembelian. Dengan demikian, industri otomotif yang melaksanakan CSR akan memperoleh manfaat yang besar dalam upaya
peningkatan penjualan. Studi yang dilakukan oleh TNS Indonesia 2006 juga menunjukkan bahwa produk otomotif yang aman dan ramah lingkungan adalah
pendorong yang kuat untuk menciptakan public goodwill di Indonesia yang merupakan benefit utama CSR di Indonesia. Sedangkan melakukan aktivitas CSR
lainnya seperti fair pricing, ethical production standards, dan respect for local culture or customs adalah bersifat complimentary Lindgren, 2006
I.2. Identifikasi Masalah