yang dihasilkan juga mendukung kepada kesejahteraan masyarakat. Mobil yang dihasilkan harus mampu mengakomodasikan kepentingan masyarakat pemakai
terhadap kepentingan mobilitas. Dalam aspek lingkungan khususnya di industri, apabila industri telah
memenuhi persyaratan ambang batas mutu lingkungan atau baku mutu limbah sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup KLH
Republik Indonesia dengan program PROPER atau Program Penilaian Peringkat Pengelolaan lingkungan pada perusahaan Kemeneg LH, 2006, yaitu peringkat Biru
maka perusahaan telah dianggap taat memenuhi persyaratan dan bila mampu melebihi yang dipersyaratkan beyond compliance, perusahaan masuk katagori
socially responsible atau melaksanakan CSR.
2.8. Persepsi Pemangku kepentingan
Pengertian persepsi
adalah proses
dimana individu
memilih, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya
menjadi suatu makna Rangkuti, 2002 Persepsi pemangku kepentingan adalah pemahaman atau pemberian makna dari pemangku kepentingan atas aktivitas CSR
oleh industri otomotif yaitu kinerja industri otomotif dan aktivitas CSR yang dilakukannya yang didapat dari proses penginderaan.
Konsep ”persepsi” pada dasarnya merupakan pandangan individu terhadap suatu obyek. Akibat adanya
stimulus, individu memberikan reaksi respon berupa penerimaan atau penolakan terhadap stimulus tersebut Sarwono, 1995. Merton 1982, diacu dalam Saribanon
2007 menyatakan bahwa individu tidak hanya merespon situasi obyektif, tetapi juga sosial makna situasi tersebut menurut kepentingannya. Persepsi pemangku
kepentingan terhadap apa yang sudah dilakukan oleh industri otomotif sebagai aktivitas CSR ditanggapi.
Persepsi mengenai lingkungan yang mencakup harapan, aspirasi, ataupun keinginan terhadap suatu mutu lingkungan tertentu sebaiknya dipahami secara
subyektif, yakni dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dan sosiokultural masyarakat Achda T, 2007. Karena itu mutu lingkungan harus didefinisikan secara
umum sebagai lingkungan yang memenuhi preferensi imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang. Pandangan tersebut menyempurnakan pandangan sebelumnya
yang mengartikan mutu lingkungan hanya dari aspek fisik, biologi dan kimia Sarwono 1995 diacu dalam Achda T, 2007. Lingkungan adalah bagian dalam
aktivitas CSR, maka secara lebih luas dapat dikatakan bahwa persepsi mengenai CSR mencakup didalamnya adalah harapan, aspirasi ataupun keinginan terhadap suatu
mutu aktivitas CSR tertentu yang dipahami secara subyektif yang terkait dengan aspek-aspek psikologis dan sosiokultural masyarakat atau memenuhi preferensi
imajinasi ideal seseorang atau sekelompok orang. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional Rahmat, 2000.
Persepsi pada dasarnya timbul akibat dari tiga aktivitas yaitu adanya exposure, attention dan interpretation Hawkins et al., 2001, dimana exposure muncul bila ada
stimulus berupa aktivitas CSR dari industri otomotif. Exposure dapat tersusun dari yang sifatnya acak random menjadi sesuatu yang sengaja dilakukan deliberate.
Selanjutnya attention atau perhatian muncul bila aktivitas CSR sebagai stimulus mengaktifkan syaraf-syaraf sensorik dari penerima dan menghasilkan sensasi menuju
ke otak untuk diproses. Attention bergerak dari low involvement menuju ke high involvement atau dari keterlibatan yang rendah menuju ke yang tinggi. Sejumlah
karakteristik dari stimulus yang dapat menimbulkan attention dari si penerima meliputi :
1. Stimulus factor meliputi ukuran dan intensitas, warna, pergerakan atau movement, isolation, format, kontras, mutu informasi dan information overload atau begitu
banyaknya informasi, sehingga terpaksa harus menimbulkan perhatian. 2. Individual factor yang merupakan karaktersitik dari individu dimana kebutuhan
dan minat interest dari seseorang menjadi penentu dalam suatu stimulus akan menjadi attention bagi seseorang.
3. Situational factor atau stimulus yang tidak dapat menarik perhatian attention dari sipenerima akibat dari situasi yang tidak menyenangkan yang timbul pada saat itu.
Interpretation atau interpretasi muncul setelah berbagai attention muncul dan diberi arti atau makna oleh si penerima. Sebagai contoh adalah our beliefs about a
new product are influenced by our beliefs about capabilities and social responsibility of the company that produce it Hawkins, et al., 2001. Expectation atau ekspektasi
adalah bentuk dari interpretasi seseorang terhadap stimulus dan interpretasi seseorang terhadap stimulus tersebut adalah konsisten dengan ekspektasinya Hawkins et al.,
2001.
2.9 Analisis Kebijakan