informasi terbaru diperoleh. Ordinasi dari setiap atribut digambarkan dengan menggunakan MDS.
Dalam MDS, obyek atau titik yang diamati dipetakan dalam ruang dua atau tiga dimensi, sehingga obyek atau titik tersebut diupayakan ada sedekat mungkin
terhadap titik asal. Dengan kata lain, dua titik atau obyek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan satu sama lain. Sebaliknya obyek atau titik
yang tidak sama digambarkan dengan titik yang berjauhan. Dalam analisis MDS, sekaligus dilakukan Laverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai Stress dan
nilai Koefisien Determinasi R
2
. Analisis Laverage digunakan untuk mengetahui atribut yang sensitif, ataupun intervensi yang dapat dilakukan terhadap atribut yang
sensitif untuk meningkatkan status keberlanjutan. Analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh galat dalam proses analisis yang dilakukan, pada selang
kepercayaan 95. Nilai Stress dan koefisien determinasi R
2
berfungsi untuk menentukan perlu tidaknya penambahan atribut untuk mencerminkan dimensi yang
dikaji secara akurat. Menurut Kavanagh and Pitcher 2004, model yang baik ditunjukkan dengan nilai Stress di bawah nilai 0,25 dan nilai R
2
di atas kepercayaan 95, sehingga mutu dari analisis MDS dapat dipertanggungjawabkan Fauzi dan
Anna, 2005. Dimensi dalam MDS menyangkut berbagai aspek. Setiap dimensi memiliki
atribut atau indikator yang terkait dengan keberlanjutan kebijakan CSR dalam industri otomotif. Berdasarkan indikator tersebut dilakukan analisis status masing-
masing dimensi kebijakan CSR dalam industri otomotif, terutama terhadap masyarakat di sekitar kawasan lokasi pabrik. Penggunaan teknik MDS mempunyai
berbagai keunggulan, diantaranya sederhana, mudah dinilai, cepat dan biaya yang diperlukan rsosialf murah. Selain itu, teknik ini dapat menjelaskan hubungan dari
berbagai aspek keberlanjutan dan juga mendefinisikan pembangunan kawasan yang fleksibel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan software pendukung
MDS, yaitu software Rapfish rapid assesement techniques for fisheries yang dikembangkan oleh Fisheries Center University of British Columbia, Canada, yang
dimodifikasi. Dalam analisis MDS setiap data yang diperoleh diberi skor yang
menunjukkan status sumber daya tersebut. Ordinasi MDS dibentuk oleh aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Hasil statusnya menggambarkan keberlanjutan di
setiap aspek yang disajikan dalam skala 0 –100. Manfaat dari teknik MDS ini
adalah dapat menggabungkan berbagai aspek untuk dievaluasi komponen keberlanjutannya dan dampaknya terhadap kebijakan CSR berkelanjutan dalam
industri otomotif. Prosedur MDS dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Proses aplikasi MDS
Output dari hasil analisis ini adalah berupa status keberlanjutan kebijakan CSR dalam industri otomotif di Indomobil Group untuk tiga dimensi ekonomi, ekologi
dan sosial, dalam bentuk skor dengan skala 0 –100. Kategori keberlanjutan adalah :
Skor 50 berarti tidak berkelanjutan; skor 50-75 berarti belum berkelanjutan; dan
Review Atribut berbagai kategori dan skoring
kriteria Identifikasi dan Pendefinisian
Keberlanjutan berdasar kriteria konsisten
Scoring Kawasan mengkonstruksi angka referensi untuk good,
bad dan anchor
Multidimensional Scaling Ordination untuk setiap atribut
Simulasi Monte Carlo Analisis Ketidakpastian
Leveraging Factor Analisis anomali
Analisis Keberlanjutan Assess Sustainability
MULAI
Skor 75 berarti berkelanjutan. Kategori ini sesuai dengan standar Kavanagh 2001.
Hasil lain yang diperoleh adalah penentuan faktor pengungkit leverage factors untuk pengelolaan kawasan yang merupakan faktor-faktor strategik yang
harus diperhatikan dalam analissis kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif di Indomobil Group di masa mendatang. Kegunaan faktor pengungkit
adalah untuk mengetahui faktor sensitif atau intervensi yang dapat dilakukan dengan mencari faktor sensitif untuk pengelolaan CSR berkelanjutan yang lebih
baik.
3.4.2 Uji Friedman
Uji Friedman Friedman test adalah bentuk uji statistik nonparametrik sebagai alternatif dari teknik analisis varians dua arah. Uji Friedman tidak
memerlukan anggapan bahwa populasi berdistribusi normal dan mempunyai varians yang homogen. Uji Friedman digunakan untuk menguji hipotesis komparatif k k
2 sampel yang berpasangan bila datanya ordinal rangking. Bila datanya yang terkumpul berbentuk interval atau rasio maka data tersebut diubah kedalam data
ordinal Sugiyono dan Wibowo, 2001. Asumsi-asumsi yang mendasari Uji Friedman adalah :
5. Setiap set dari k obsevasi harus dianggap mewakili populasi dan harus independen dari setiap set k observasi.
6. Nilai Chi-Square dari Uji Friedman semakin akurat bila sampel semakin besar ≥ 30.
7. Distribusi dari perbedaan skor diantara berbagai tingkatan adalah continuous dan simetris dalam populasi.
Uji Friedman ini dilakukan untuk menguji hipotesis nol yang menyatakan bahwa median dari populasi adalah setara equal untuk sejumlah k levels dari suatu faktor,
dalam hal ini tidak ada perbedaan mutu dari setiap atribut.
3.4.3 Analisis Prospektif
Analisis ini merupakan suatu upaya untuk eksplorasi kemungkinan di masa mendatang sesuai dengan kebutuhan dari pemangku kepentingan yang terlibat
dalam sistem ini. Tahap analisis prospektif dimulai dengan penentuan faktor kunci dari pencapaian studi. Selanjutnya faktor kunci tersebut digunakan untuk
mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Penentuan faktor kunci dan tujuan strategi tersebut penting, dan sepenuhnya merupakan pendapat dari pihak
yang berkompeten sebagai pemangku kepentingan dalam pengelolaan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif.
Bourgeois and Yesus 2004 menjelaskan tahapan analisis prospektif, yaitu 1 Mengidentifikasi faktor kunci penentu untuk masa depan dari sistem yang
dikaji. Pada tahap ini dilakukan identifikasi semua faktor penting dengan menggunakan kriteria faktor peubah, menganalisis pengaruh timbal balik dengan
menggunakan matriks dan menggambarkan pengaruh dan kebergantungan dari masing-masing faktor kedalam empat kuadran utama; 2 Menentukan tujuan
strategi dan kepentingan pelaku utama; 3 Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan masa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagaimana
unsur kunci dapat berubah dengan menentukan keadaan state pada setiap faktor, memeriksa perubahan mana yang dapat terjadi bersamaan serta menggambarkan
skenario dengan memasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara mendiskusikan skenario dan implikasinya terhadap sistem.
Penentuan faktor kunci keberlanjutan kebijakan CSR dilakukan dengan analisis prospektif. Pada tahap ini dilakukan pada seluruh faktor penting dengan
menggunakan kriteria faktor pengungkit berdasarkan hasil analisis MDS. Data yang digunakan dalam analisis prospektif adalah pendapat pakar dan pemangku
kepentingan yang terlibat dalam aktivitas CSR di Indomobil Group. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara dan melalui diskusi. Untuk melihat
pengaruh langsung antar faktor dalam sistem, pada tahap pertama digunakan matriks seperti tercantum pada Tabel 10.
Tabel. 10. Matriks analisa prospektif
Dari Terhadap
A B
C D
E F
G H
I J
A B
C D
E F
H I
J Sumber : Godet et al., 1999
Keterangan : A- J = Faktor penting dalam sistem
Analisis prospektif dilaksanakan dengan metode kuesioner melalui tahapan seperti menjelaskan tujuan studi, identifikasi faktor-faktor, analisis pengaruh dan
ketergantungan antar faktor. Analisis pengaruh dan ketergantungan dari masing- masing faktor pada empat kuadran utama. Tingkat pengaruh dan ketergantungan
antar faktor di dalam sistem disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem Godet et al., 1999
Faktor penentu INPUT
Faktor bebas UNUSED
Faktor penghubung STAKES
Faktor terikat OUTPUT
Ketergantungan P
e n
g a
r
u h
Pengaruh langsung antar faktor dalam sistem dilakukan pada tahapan ini yang digunakan pada penelitian analisis prospektif dengan menggunakan matriks.
Pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor diisi teknik berikut : 1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, diberi nilai 0
2. Jika faktor tersebut memiliki pengaruh sangat kuat, diberi nilai 3 3. Jika faktor tersebut memiliki pengaruh yang tidak kuat, maka diberi nilai 1untuk
pengaruh kecil, dan nilai 2 untuk pengaruh sedang. Hasil analisis tersebut selanjutnya dikonfirmasi kepada semua pemangku
kepentingan terkait. Hal itu dilakukan guna memperkuat hasil analisis. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh Manajemen Indomobil
Group. Jumlah responden adalah delapan orang untuk tiap lokasi yang terdiri dari tokoh masyarakat setempat satu orang, manajemen Indomobil Group dua orang
untuk tiap lokasi, Pemerintah KelurahanDesa setempat dua orang, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten dua orang dan Kementerian Lingkungan Hidup satu
orang.
3.4.4 Pemodelan AHP
AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement
dalam memilih alternatif yang paling disukai. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan
dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap peubah diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti
penting peubah tersebut secara rsosialf dibandingkan dengan peubah yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut dilakukan sintesis untuk menetapkan peubah yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut.
AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot rsosialf dari suatu kriteria majemuk atau alternatif majemuk terhadap suatu kriteria secara
intuitif, yaitu
dengan melakukan
perbandingan berpasangan
pairwise
comparisons. Dr. Thomas L. Saaty, pembuat AHP, menentukan cara konsisten untuk mengubah perbandingan berpasangan pairwise, menjadi suatu himpunan
bilangan yang merepresentasikan prioritas rsosialf dari setiap kriteria dan alternatif Marimin, 2004.
Penentuan kebijakan CSR berkelanjutan di lingkungan Indomobil Group dengan analisis multikriteria secara partisipatif. Analisis yang digunakan adalah
AHP. Penggunaan AHP dimaksudkan untuk penelusuran permasalahan secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik
dengan cara : 1 mengamati secara sistematis dan meneliti ulang tujuan alternatif kebijakan atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini kebijakan yang
baik, 2 membandingkan secara kuantitatif dari segi manfaat dan risiko tiap alternatif; 3 memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan, dan 4 membuat
skenario kebijakan CSR berkelanjutan dengan cara menentukan prioritas kebijakan. Penetapan prioritas kebijakan dalam AHP dilakukan dengan menangkap
secara rasional persepsi masyarakat, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang tidak terukur intangible kedalam aturan biasa, sehingga dapat dibandingkan.
Tahap terpenting dari AHP adalah penilaian perbandingan berpasangan, yang pada dasarnya merupakan perbandingan tingkat kepentingan antar komponen dalam
suatu hirarki Saaty, 1993. Dalam melakukan penghitungan matriks sangat rumit, sehingga diperlukan paket komputer khusus mengenai AHP. Pengolahan data
berbasis komputer menggunakan perangkat lunak Criterium Decision Plus CDP. CDP merupakan perangkat lunak system pendukung keputusan yang didasarkan
atas metodologi pengambilan keputusan yaitu AHP. Langkah-langkah dalam analisis data dengan AHP adalah :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi masalah. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan fokus, dilanjutkan dengan faktor,
kriteria dan alternatif kebijakan pada tingkat level yang paling bawah. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan pengaruh
rsosialf atau pengaruh setiap unsur terhadap masing-masing tujuan yang setingkat diatasnya, perbandingan berdasarkan judgement dari pemangku
kepentingan dengan menilai tingkat kepentingan satu unsur dibandingkan dengan unsur lainnya.Untuk mengkuantifikasi data kualitatif pada materi
wawancara digunakan nilai skala 1-9 berdasarkan skala Saaty seperti tercantum pada Tabel 11.
Tabel 11. Skala perbandingan berpasangan Skala
Definisi 1
Kedua unsur sama pentingnya equally importance terhadap tujuan 3
Unsur yang satu sedikit lebih penting dari pada unsur lainnya moderately importance
5 Unsur satu lebih penting dari pada unsur lainnya strongly
importance 7
Satu unsur jelas lebih mutlak penting dari pada elemen lainnya very strongly importance
9 Satu unsur mutlak penting dari pada unsur lainnya extremely
importance 2,4,6 dan 8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
intermediate value Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka jika dibandingkan dengan akivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
Sumber : Saaty, 1993
4. Melakukan perbandingan berpasangan. Kegiatan ini dilakukan oleh pemangku kepentingan yang berkompeten berdasarkan hasil identifikasi pemangku
kepentingan. 5. Menguji konsistensinya. Indeks konsistensi menyatakan penyimpangan
konsistensi dan menyatakan ukuran tentang konsisten tidaknya suatu penilaian perbandingan berpasangan. Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk
mengetahui konsistensi jawaban dari responden karena akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil.
Fokus
Aktor
Faktor
Kriteria
Alternatif
Gambar 8. Mapping hirarki model CSR berkelanjutan dalam industri otomotif
Fokus dari pemodelan dengan AHP adalah membangun model kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif di Indomobil Group, dimana faktor-faktor
yang menentukan dalam keberlanjutannya adalah aspek ekonomi, sosial dan ekologi, serta aktor pelaku dalam aktivitas CSR adalah Kementerian
Kependudukan dan Lingkungan Hidup KLH, Pemerintah Daerah, Masyarakat sekitar dan Pengusaha.
3.5. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka maupun survei lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder, baik data dari perusahaan-
perusahaan di bawah naungan Indomobil Group, dan dari instansi terkait lainnya. Sedangkan survei lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer, yaitu untuk
keperluan analisis Prospektif dan AHP.
Kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif
Ekologi Sosial
Ekonomi Men LH
Msyarakat Sekitar
Pemda Pengusaha
Faktor pengungkit Faktor pengungkit
Faktor pengungkit
Prioritas alternatif kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif
a. Teknik pengambilan contoh
Penelitian terhadap aspek keberlanjutan dalam bidang ekonomi, sosial dan ekologi tentang analisis kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif di
Indomobil Group ditentukan berdasarkan hal-hal berikut : 1. Masyarakat sekitar
i. Lokasi penelitian yaitu Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat untuk lokasi dari PT. Suzuki Indomobil Sales.
Berdasarkan data monografi tahun 2009, luas wilayah Desa Jatimulya sekitar 568 ha, dan tingkat kepadatan penduduk desa mencapai 140 jiwa per
hektar. Jumlah penduduk tercatat sebanyak 37.373 orang laki-laki dan 42.324 orang perempuan Kelurahan Jatimulya, 2009
ii. Lokasi penelitian untuk PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia dan PT. Nissan Motor Indonesia adalah terhadap masyarakat sekitar lokasi kawasan
industri Kota Bukit Indah dimana kedua perusahaan berada, yaitu desa Dangdeur Kecamatan Bungursari Kabupaten Purwakarta Jawa Barat,
dengan jumlah penduduk di desa Dangdeur saat ini adalah 1.665 yang terdiri dari 814 laki-laki dan 851 wanita dengan luas area sekitar 875,89 ha atau
dengan kepadatan penduduk sekitar 2 orang setiap ha Desa Dangdeur, 2009.
Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Isaac and Michael, diacu dalam Powell 1998, maka jumlah contoh yang diambil dengan Margin Error
10 untuk masing-masing merek adalah : 1. Suzuki
: 100 orang 2. Hino dan Nissan : 91 orang
Teknik pengambilan contoh dilakukan dengan cara purposive sampling memanfaatkan pertemuan dari para tokoh masyarakat seperti para Ketua RT
dan RW yang mengadakan pertemuan di Kantor Kelurahan Jatimulya yang dianggap dapat merepresentasikan masyarakat Kelurahan jatimulya,
sedangkan di Desa Dangdeur adalah dengan berdasarkan petunjuk dari para aparat desa untuk memberikan kuesioner kepada orang-orang yang dianggap