Industri Otomotif Analisis kebijakan corporate social responsibility berkelanjutan pada industri otomotif di Indomobil Group

cars, specialist vehicles, off-road vehicles, aksesories dan komponen kendaraan, produk perlindungan kendaraan car care products, environment and safety equipment, garage and service equipment, moulds and dyes, oils and libricants, petrol vending machines, tires, batteries and auto electrical, upholsteries dan banyak lagi. Mobil itu sendiri juga membuat orang dapat bepergian dan mengangkut barang- barang lebih jauh dan lebih cepat dan telah membuka pasar yang lebih besar untuk bisnis dan komersial. Berbagai industri yang mendukung industri otomotif seperti perusahaan asuransi, security, petroleum, industri disain dan konstruksi jalan raya. Selain itu dampak yang timbul akibat mobilitas yang disediakan oleh mobil adalah seperti motels, drive-in theathers dan fast-food restaurant. Sedemikian besar dampak yang ditimbulkan oleh industri otomotif yang diestimasikan bahwa setiap pekerjaan yang tercipta di industri perakitan mobil, tiga dari empat jenis pekerjaan tercipta dari industri komponen kendaraan Williams, 2010. Hal ini menunjukkan bahwa industri otomotif membuka kesempatan besar bagi terciptanya peluang usaha dari industri komponen kendaraan. Sehingga bentuk tanggungjawab industri otomotif dalam hal keterkaitan antara mobilitas dengan ekonomi dan pembangunan sosial dapat diwujudkan dalam bentuk seberapa besar teknologi maupun bahan baku yang dapat di pasok yang merupakan produk lokal, serta berupaya menguak segala perbedaan antara standar lokal dan global serta kinerjanya, dan semakin merekatkan diri dengan pemasok lokal. Adapun komitmen umum dari industri otomotif adalah bertanggungjawab atas seluruh mutu kehidupan sosial di wilayah dimana perusahaan beroperasi UNEP, 2002. Industri otomotif dapat memberikan kesempatan untuk memasok komponen mobil kedalam industri otomotif kepada masyarakat agar dapat membuka lapangan kerja yang banyak bagi masyarakat sekitar dan mampu meningkatkan pendapatan. Demikian pula sektor-sektor pendukung industri otomotif berpeluang dapat menyertakan masyarakat sekitar untuk mengelolanya dalam bentuk usaha-usaha kecil seperti catering, pengelolaan limbah pabrik, usaha cleaning service dan sebagainya. Industri otomotif pada dasarnya menempati posisi strategis dalam pembangunan nasional. Dengan adanya globalisasi dan pertumbuhan ekonomi telah mendorong meningkatnya mobilitas dan motorisasi. Mobilitas itu sendiri merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan fasilitator utama dari pembangunan ekonomi dan mutu kehidupan. Akses terhadap mobilitas, khususnya di negara berkembang berarti akses tehadap pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. Demikian juga berarti akses kepada pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, kesenangan dan kesempatan terhadap aktivitas ekonomi, sosial dan budaya UNEP, 2002. Sedemikian penting posisi industri otomotif sebagai penghasil kendaraan bermotor mobil, sehingga pembangunan industri otomotif berkelanjutan amat diperlukan. Dalam menjalankan aktivitasnya industri mobil sebagai pemangku kepentingan dari pembangunan nasional berkelanjutan diperlukan peran aktif dalam kegiatan lebih dari sekedar mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk kepentingan shareholders, artinya perusahaan perlu bertanggungjawab terhadap masalah- masalah sosial yang timbul lebih daripada yang dipersyaratkan. Aspek paling kritikal yang merupakan side effect atau efek samping dalam upaya meningkatkan mobilitas adalah berkaitan dengan lingkungan environment, dimana, environmental performance is at the core of corporate best practice with regard to sustainable development UNEP, 2002, atau aspek lingkungan merupakan faktur penentu dalam industri otomotif untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Meskipun tidak mengurangi tingkat kepentingan dari kedua aspek lain ekonomi dan sosial. Saat ini kota Jakarta mendapat julukan sebagai kota nomor tiga terparah tingkat polusi CO 2- nya di dunia, hal ini diakibatkan sebagian besar oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini amat merugikan bagi kesehatan masyarakat, khususnya kota Jakarta. Menurut artikel di harian Kompas tanggal 30 November 2007 terdapat tulisan yang merupakan hasil survei dari kerjasama Yayasan Pelangi, Organda DKI, ADB, Dinas Perhubungan, DKI, BPS DKI ditemui kerugian akibat dari kemacetan di bulan Maret 2007 mencapai Rp. 43 triliun. Keadaan ini merupakan permasalahan yang timbul sebagai fakta dari penggunaan kendaraan bermotor yang merupakan produk dari industri otomotif. Tentu hal ini berakibat menjadikan industri otomotif menjadi tidak berkelanjutan. Upaya untuk mengurangi dampak emisi gas buang kendaraan bermotor adalah dengan memberlakukan standar emisi gas buang sebagaimana yang telah diberlakukan saat ini sebagaimana yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 4 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru berikut. Tabel 2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M dan N Berpenggerak Motor Bakar Cetus Api Berbahan Bakar Bensin No. Kategori 1 Parameter Nilai Ambang Batas 1. M1, GVW ≤ 2,5 ton, tempat duduk ≤, tidak termasuk tempat duduk pengemudi CO HC + Nox 2,2 gramkm 0,5 gramkm 2. M1, Tempat duduki 6-8 tidak termasuk tempat duduk pengemudi, GVW 2,5 ton atau N1, GVW ≤ 3,5 ton a. Kelas 1, RM ≤ 1.250 kg b. Kelas II, 1250 kg RM ≤ 1.700 kg c. Kelas III, RM 1.700 kg CO HC + Nox CO HC + Nox CO HC + Nox 2,2 gramkm 0,5 gramkm 4,0 gramkm 0,6 gramkm 5,0 gramkm 0,7 gramkm Keterangan : 1 : Dalam hal jumlah penumpang dan GVW tidak sesuai dengan pengkategorian tabel di atas, maka nilai ambang batas mengacu kepada pengkatagorian GVW GVM : Gross Vehicle Weight adalah jumlah berat yang diperbolehkan JBB RM : Reference Mass adalah berat kosong kendaraan ditambah massa 100 kg M1 : Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan orang dan mempunyai tidak lebih dari delapan tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi. N1 : Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan GVW tidak lebih dari 0,75 ton N2 : Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan GVW lebih dari 3,5 tetapi tidak lebih dari 12 ton N3 : Kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang dan mempunyai jumlah berat yang diperbolehkan GVW lebih dari 12 ton. Pada dasarnya untuk lingkup internasional, penetapan ambang batas yang dijadikan standar international adalah mengacu pada standar Euro. Berikut adalah standar uji emisi yang berlaku secara international yang diadopsi oleh Indonesia dan telah diberlakukan di Eropa, dan masa diberlakukannya Wikipedia, 2009 berikut. Tabel 3. Tabel Ambang Batas Emisi menurut standar EURO gasoline Tier Date CO HC NO x HC+NO x PM Euro 1† July 1992 2,72 3.16 - - 0,97 1,13 - Euro 2 January 1996 2,2 - - 0,5 - Euro 3 January 2000 2,3 0,2 0,15 - - Euro 4 January 2005 1,0 0,1 0,08 - - Euro 5 September 2009 1,0 0,1 0,06 - 0,005 Euro 6 future September 2014 1,0 0,1 0,06 - 0,005 Before Euro 5, passenger vehicles 2.500 kg were type approved as light commercial vehicle N1 – I Applies only to vehicles with direct injection engines † Values in brackets are conformity of production COP limits Dari Tabel 3 telihat bahwa Eropa telah menerapkan ketentuan mengenai ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lebih dulu dan jauh lebih ketat dari yang diberlakukan di Indonesia. Saat ini Indonesia baru menerapkan aturan tersebut yang sesuai dengan Euro 2 dalam ketentuan Eropa.

3. CSR Industri Otomotif

Sesuai dengan konsepnya CSR adalah kewajiban perusahaan memaksimalkan dampak positif dan meminimalisasikan dampak negatif dalam berkontribusi kepada masyarakat dengan memperhatikan kebutuhan jangka panjang masyarakat, serta keinginannya. CSR berarti berperan dalam ekonomi masyarakat dan sumber daya manusia atau SDM Journal of Consumer Marketing 2001, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008. Kewajiban dari perusahaan adalah kepada pemangku kepentingan. Kewajiban ini melampaui persyaratan legal dan tugas perusahaan kepada pemegang saham. Pemenuhan kewajiban ini adalah dengan meminimalisasi dampak negatif, serta segala bentuk kerugian dan memaksimalkan dampak menguntungkan secara jangka panjang kepada masyarakat Bloom and Gundlach 2001, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008. Dalam CSR terdapat 4 dimensi yang diidentikkan dengan pembangunan berkelanjutan, karena CSR berkaitan erat dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan Talaei and Nejati, 2008. Bahkan CSR is the ultimate level toward sustainable development. Unsur-unsur CSR yang dikemukakan Carroll 2000 adalah dimensi Discretionary Responsibilities tanggungjawab yang bersifat kebijakansukarela, Ethical Responsibilities tanggungjawab untuk berlaku etis dalam berbisnis, Legal Responsibilities tanggungjawab untuk mentaati segala peraturan yang berlaku , Economic Responsibilities tanggung jawab ekonomi telah memenuhi aspek keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan dan identik dengan prinsip keberlanjutan. Keempat unsur CSR ini harus merupakan sesuatu yang terpadu tidak dapat terpisah-pisah. CSR harus memenuhi keempat unsur tersebut Gambar 3. Gambar 3. Kategorisasi CSR Sejak tahun 1991 istilah kategori keempat yaitu Discretionary Responsibilities diganti menjadi corporate citizenship Solihin, 2009. Corporate citizenship yang baik adalah dapat dirumuskan sebagai suatu pemahaman dan pengelolaan atas pengaruh perusahaan secara luas terhadap masyarakat untuk kebaikan perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan Marsden and Andrioff 1998, diacu dalam Solihin, 2009 Tanggungjawab Altruistikdiscreation Tanggungjawab Moral Tanggungjawab Legal Tanggungjawab ekonomi Atribut-atribut dari tiap-tiap dimensi tersebut dalam industri otomotif Talaei and Nejati, 2008 adalah : 1. Dimensi tanggungjawab Ekonomi Novak 1996, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008 Hal ini adalah berupaya menguntungkan principals dengan cara memberikan barang yang bermutu baik dengan harga fair kepada pelanggan, dengan tanggung jawab ekonomi direalisasikan dalam bentuk : a. Satisfying Customers tingkat kepuasan pelanggan adalah kepuasan pelanggan terhadap produk unit kendaraan yang sesuai dengan nilainya. b. Fair rate return tingkat pengembalian yang fair Untuk memperoleh return yang fair atas dana-dana yang dipercayakan oleh investor untuk ditanam di perusahaan. c. Poverty eradication pengentasan kemiskinan menciptakan kesejahteraan yang baru. Yaitu misalnya memperbesar jumlah saham yang ditanam di institusi non- profit yang dimiliki oleh sosial, dan menolong mengangkat dari kemiskinan dengan peningkatan upah. d. Creating new jobs atau lapangan kerja yang tercipta. e. Diversity citizens economic interests atau keragaman tingkat kepentingan ekonomi dari masyarakat. f. Generating upward mobility tingkat mobilitas semakin meningkat adalah mengupayakan kepentingan umum demi mengedepankan mobilitas dan memberikan perasaan kepada masyarakat bahwa kondisi ekonominya akan membaik. g. Promote innovation pengembangan inovasi, yaitu frekuensi dalam pengembangan model yang tercipta, perbaikan dalam metode produksi dan besarnya saran-saran perbaikan metode kerja dari karyawan. 2. Dimensi tanggung jawab Legal Aktivitas bisnis yang bermoral yaitu mentaati hukum dan perundang-undangan. Namun hukum memiliki keterbatasan untuk meyakinkan perilaku yang bertanggungjawab. Bisnis cenderung untuk reaktif terhadap adanya berbagai aturan- aturan dalam hukum, bukannya proaktif untuk melakukan apa yang diinginkan hukum, maka difokuskan bukan seberapa besar perusahaan mentaati aturan hukum yang berlaku, namun seberapa tinggi tingkat pelanggaran terhadap hukum yang dilakukan oleh perusahaan. 3.Dimensi tanggungjawab Ethical Smith and Quelch 1993, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008. Dimensi ini melampaui hukum dan mencakup aspek moral, melakukan hal yang benar, adil dan fair, menghormati hak-hak moral masyarakat, menghindari kejahatan dan gangguan sosial, serta mencegah kejahatan akibat hal- hal lain. Tanggungjawab etika ini lebih bersumber kepada agama dan kepercayaan, tradisi moral, prinsip-prinsip kemanusiaan dan komitmen terhadap hak azasi manusia Novak 1996, diacu dalam Talaei and Nejati, 2008. Tanggungjawab etika lebih merupakan tanggung jawab sosial. 4. Dimensi tanggungjawab Altruistik atau mementingkan kepentingan orang lain adalah memberikan waktu dan dana untuk pelayanan sukarela, kumpulan sukarela dan pemberian sukarela discretionary. Dimensi ini lebih menekankan bahwa tujuan perusahaan bukan hanya bertujuan kepentingan ekonomi dan kinerja moralnya, tetapi juga kontribusi terhadap masyarakat sosial. Sebagaimana dikatakan oleh Henry Ford II yang mengatakan bahwa isi kontrak antara industri dan masyarakat telah berubah bahwa industri juga memiliki kewajiban berkontribusi kepada masyarakat tanpa transaksi komersial Talaei and Nejati, 2008. Indikator-indikator dari tiap-tiap dimensi tanggungjawab korporat dalam industri otomotif merupakan indikator CSR untuk mengukur komitmen perusahaan dalam industri otomotif terhadap tanggungjawab sosial. Indikator ini dapat diadaptasi dengan modifikasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan kondisi pada perusahaan otomotif di tempat lain atau negara lain Talaei and Nejati, 2008. Pada dasarnya terdapat 4 macam pendekatan tentang tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat atau CSR, yaitu : 1. Corporate Social Performance CSP, sebuah teori berbasis sosiologi 2. Shareholder Value Theory atau Fiduciary Capitalism, yang lebih kepada teori ekonomi 3. Stakeholders Theory, tinjauan dalam perspektif etika. 4. Corporate Citizenship Theory, sebuah tinjauan dalam studi politik CSP adalah konfigurasi dalam organisasi bisnis terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial, proses dari respons terhadap persyaratan sosial, dan kebijakan- kebijakan, program-program dan hasil yang berwujud yang merefleksikan hubungan atau relasi perusahaan kepada masyarakat Wood 1991, diacu dalam Crane et al., 2008. Dalam menentukan tanggungjawab secara spesifik dalam CSP maka perhatian terhadap ekspektasi sosial berkaitan dengan kinerja perusahaan dan concern terhadap kebutuhan sosial Mele 2008, diacu dalam Crane et al., 2008. Bisnis memiliki power dan power tersebut mempersyaratkan tanggungjawab. Masyarakat memberikan lisensi kepada perusahaan dalam hal ini industri otomotif untuk beroperasi di wilayahnya dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus melayani masyarakat bukan hanya kepada penciptaan kemakmuran, tetapi juga kontribusi kepada kebutuhan masyarakat dan memuaskan ekspektasi masyarakat terhadap bisnis Mele 2008, diacu dalam Crane et al., 2008. Reputasi perusahaan adalah berkaitan dengan penerimaan dari masyarakat dimana perusahaan beroperasi Lewis 2003, diacu dalam Crane et al., 2008. Dalam pendekatan CSP ini terdapat tiga tingkatan atau level dalam melaksanakan CSR, meliputi level berikut, 1. Institutional 2. Organizational 3. Individual Untuk melakukan evaluasi terhadap CSP dilakukan berdasarkan tingkatan Reactive, Defensive, Accomodative, dan Proactive RDAP sebagaimana dikemukakan Wartick and Cochran 1985, Carroll 1979, diacu dalam Clarkson 1995. Skala RDAP tersebut adalah seperti dimuat pada tabel 4. Tabel 4. Skala RDAP No. Rating Posture or Strategy Performance 1 Reactive Deny Responsibility Doing less than required 2 Defensive Admit Responsibility but fight it Doing the least that is required 3 Accomodative Accept Responsibility Doing all that is required 4 Proactive Anticipate responsibility Doing more than is required Carroll 1979, diacu dalam Clarkson 1995 merinci lagi atas hal berikut : 1. Fight all the way Reactive 2. Do only what is required Defensive 3. Be progressive Accommodative 4. Lead the industry Proactive Pengertian masing-masing Rating adalah : Reactive yang bersifat menunggu dan tidak melakukan apa-apa, kalau terdesak baru bertindak, merasa tidak betanggungjawab; Defensive lebih mengarah ke diri sendiri, bertindak melaksanakan tanggungjawab asal menguntungkan perusahaan dalam jangka pendek, sekedar memenuhi aturan yang ada; Accomodative bersifat terbuka dan mulai mempertimbangkan masukan dari luar tanpa tergantung lagi terhadap ada tidaknya keuntungan perusahaan dalam jangka pendek, lebih bertanggungjawab terhadap masalah-masalah sosial yang ada. Sedangkan Proactive justru menjadi pelopor dan pemimpin dalam melakukan kegiatan sosial, peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada. Menurut pendapat Tunggal 2008, strategi reaktif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih untuk berbuat kurang dari apa yang diharapkan masyarakat dan mengabaikan tanggungjawab atas masalah, Strategi defensif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih mengakui tanggungjawabnya atas suatu masalah tetapi melakukan usaha terkecil untuk memenuhi harapan masyarakat, strategi akomodatif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan memilih menerima tanggungjawab atas masalah dan melakukan semua yang diharapkan masyarakat untuk memecahkan persoalan dan strategi proaktif adalah strategi kepekaan sosial, yaitu perusahaan akan mengantisipasi tanggungjawab atas masalah sebelum terjadinya dan akan berusaha lebih dari apa yang diharapkan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan.

2.6. Lokasi pabrik dan dampaknya terhadap masyarakat

Praktek dalam melaksanakan CSR seiring dengan proses pengembangan industri otomotif di Indonesia yang merupakan perusahaan multi nasional harus diiringi kesadaran adanya kesempatan memeratakan kesejahteraan. Komitmen ini selayaknya diterjemahkan dengan menempatkan perusahaan sebagai tetangga yang baik dengan komitmen penuh pada upaya peningkatan kesejahteraan komunitas dan pelestarian lingkungan Amri dan Sarosa, 2008. Hal ini dapat dilihat dari lokasi dimana perusahaan itu berada. Lokasi pabrik otomotif dapat berlokasi di dalam suatu kawasan industri atau diluar kawasan industri. Bila industri berada dilokasi diluar kawasan industri, maka masalah tata ruang dan bangunan lain disekitarnya akan menjadi pertimbangan. Kehadiran industri otomotif disuatu tempat yang bukan didalam suatu areal kawasan industri akan mengakibatkan perubahan peruntukan lahan dan mempengaruhi pola pemanfaatan lahan dan ruang sebelumnya Kemeneg LH, 2007. Masalah tersebut tidak akan muncul, bila pabrik terletak di kawasan industri yang disediakan oleh pemerintah daerah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW. Apabila lokasi pabrik tidak terletak dikawasan industri, tetapi justru dikawasan padat penduduk, maka pabrik berpotensi menggangu tingkat kenyamanan kawasan. Gangguan tersebut khususnya diakibatkan oleh aktivitas pabrik dan lalu lalangnya kendaraan pabrik. Juga adalah lalu lalang produk mobil jadi yang dikirim keluar pabrik ke daerah pemasarannya. Berbagai manfaat yang dapat dirasakan terhadap industri yang berada dalam kawasan industri BPPT, 2004 antara lain adalah : 1. Terdapat suatu sosial manajemen Badan Usaha Kawasan Industri atau KI yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan di Kawasan Industri tersebut. 2. KI dibangun pada lahan kritis yang telah terencana dengan baik dalam suatu master plan yang dikaitkan dengan tata ruang wilayah setempat, sehingga tidak menimbulkan konflik dengan lingkungan sekitar. 3. Setiap KI dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah waste water treatment plant, dimana semua air limbah pabrik dinetralisir terlebih dahulu, sebelum dialirkan kembali ke sungai, sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. 4. Membuka kesempatan kerja sekitar 5. Masyarakat di sekitar tidak akan terganggu aktivitas pabrik karena dalam AMDAL dan site plan telah menetapkan sistem buffer zone. 6. Masyarakat sekitar dapat memanfaatkan fasilitas sosial dan fasilitas umum masjid, lapangan olah raga dan sebagainya yang dipersiapkan oleh pengelola KI. Dampak kehadiran suatu industri terhadap masyarakat sekitar menurut Usman 2006 adalah meliputi keresahan sosial, konflik benturan, integrasi sosial dan kelestarian nilai-nilai sosial. Keresahan sosial ditandai dengan protes yang dilakukan oleh penduduk lokal tertulis atau lisan, demonstrasi dan gerakan-gerakan politik lainnya yang dilandasi oleh ketidakpuasan. Konflik benturan dalam kajian dampak lingkungan meliputi hubungan di antara penduduk lokal, antar penduduk lokal dan pendatang, serta antar pendatang. Apabila konflik semacam itu sering terjadi, dampak suatu usaha atau kegiatan adalah negatif. Sebaliknya, apabila jarang terjadi bahkan hampir tidak pernah, dampaknya adalah nol. Selanjutnya konflik dapat juga diidentifikasi dari keberadaan organisasi kemasyarakatan keagamaan, olah raga, kesenian, dan lain-lain. Apabila organisasi kemasyarakatan tersebut hanya didominasi oleh pendatang, sedangkan penduduk lokal berada dipinggiran atau bahkan tidak terlibat sama sekali, berarti dampaknya adalah negatif. Dapat pula diidentifikasi dari keberadaan media tradisional dan modern yang memungkinkan terjalinnya interaksi antara penduduk asli dan pendatang. Apabila media semacam itu tidak berkembang, dampaknya adalah negatif. Sedangkan kelestarian nilai-nilai kultural dapat diidentifikan dari keberadaan upacara keagamaan, upacara adat dan upacara ”siklus kehidupan” berkaitan dengan kelahiran, perkawinan dan kematian. Apabila upacara-upacara semacam itu terganggu atau semakin terabaikan, dampaknya negatif apabila masih dapat dilestarikan dampaknya nol Usman, 2006. Kerekatan sosial social cohesion menurut Council of Europe adalah kemampuan masyarakat untuk menjamin kesejahteraan anggota-anggotanya dalam jangka panjang, termasuk menjamin akses yang adil terhadap berbagai sumber daya yang tersedia, dengan penghargaan terhadap kehormatan manusia dan perbedaan- perbedaan yang ada, penghargaan terhadap otonomi individu dan kelompok, serta partisipasi yang bertanggung jawab dalam urusan-urusan bersama Amri dan Sarosa, 2008. Kehadiran industri otomotif dalam hal ini dapat mempengaruhi terhadap kerekatan sosial social kohesion pada masyarakat disekitar lokasi perusahaan berada. Indikator untuk mengukur kerekatan sosial tersebut menurut Amri dan Sarosa 2008 adalah meliputi : 1. Apakah terjadi perasaan terkucil isolation atau perasaaan menjadi bagian dari komunitas tersebut belonging. 2. Apakah ada hak yang sama inclusion atau timpang exclusion terhadap masing- masing anggota komunitas khususnya terhadap kesempatan dan akses terhadap sumber daya, pekerjaan dan layanan sosialpublik. 3. Apakah terjadi partisipasi atau keengganan partisipasi. 4. Ada perasaan dihargai atau tidak dihargai. 5. Kehadirannya dirasakan sah atau tidak sah. Budaya mempunyai dampak positif terhadap kerekatan sosial, dengan demikian kelestarian budaya juga menjadi bagian dari pengembangan masyarakat ISO, 2007. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keeratan sosial social cohesion menurut International Business Leaders Forum IBLF, diacu dalam Amri dan Sarosa 2008 adalah : 1. Membantu mengurangi kemiskinan dan meningkatkan mutu hidup. 2. Membangun kepercayaan dan rasa saling menghormati. 3. Memperkecil konflik, khususnya yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan 4. Membantu mengatasi kriminalitas. 5. Mendukung social entrepreneurs wirausaha sosial lokal. 6. Penyediaan layanan sosial dalam situasi-situasi sulit-misalnya bencana dan konflik. 7. Mendorong toleransi antar agama, entik, dan lain-lain. 8. Mendukung kegiatan budaya dan pemeliharaan warisan budaya. Dampak ekonomi dari kehadiran suatu industri terhadap masyarakat sekitar menurut Usman 2006 adalah pola usaha ekonomi, waktu kegiatan usaha ekonomi, dan kesempatan kerja. Pola usaha ekonomi adalah bentuk mata pencaharian penduduk lokal setelah kehadiran suatu usaha atau kegiatan. Apabila bentuk mata pencaharian menjadi bervariasi, dampaknya dapat dikatakan positif. Sebaliknya, apabila bentuk pencahariannya tidak berbeda dengan sebelumnya, dampaknya adalah nol. Waktu kegiatan ekonomi adalah jumlah jam kerja yang dihabiskan penduduk lokal untuk bekerja sesuai dengan mata pencahariannya. Apabila waktu yang dihabiskan lebih sedikit dalam arti lebih efisien dan efektif keberadaan usaha positif, bila lebih lama dampaknya negatif. Kesempatan kerja adalah jumlah lowongan yang disediakan oleh suatu usaha untuk penduduk lokal. Bila jumlah lowongan kerja baik untuk tenaga kerja terlatih maupun tidak terlatih yang disediakan banyak, dampaknya positif, sebaliknya bila sedikit dampaknya negatif. Pola pemanfaatan sumber daya alampun dapat dijadikan indikator yaitu diidentifikasi melalui seberapa jauh SDA dapat dimanfaatkan oleh penduduk lokal disekitar usaha atau kegiatan tersebut. Apabila dalam jangka waktu tertentu penduduk lokal semakin sulit memanfaatkan SDA yang ada, dampaknya adalah negatif. Pada dasarnya, industri otomotif adalah industri yang banyak menyerap bahan baku namun juga banyak menghasilkan eksternalitas berupa limbah yang dihasilkan, baik itu limbah cair maupun padat, serta polusi udara dan kebisingan. Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.02MENKLHI1998 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk dan dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam airudara dan atau berubahnya tatanan komposisi airudara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas airudara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan airudara menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pada proses produksi, disamping menghasilkan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013

48 518 89

Pengaruh Publikasi Program Corporate Social Responsibility Dalam Periklanan Terhadap Peningkatan Minat Beli Konsumen Pada Produk Air Mineral Aqua

1 70 100

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 55 104

Pengaruh Good Corporate Governance & Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Real Estate & Property pada BEI 2011-2013

0 77 98

Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

4 84 143

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan, Dan Kualitas Audit, Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

4 98 116

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance, dan pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 179 88

Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

1 54 90

Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa dan Citra Perusahaan(Studi Kasus Pengaruh Implementasi Program Corporate Social Responsibility Beasiswa Djarum Terhadap Peningkatan Citra Positif Perusahaan PT Djarum pada Mahasiswa US

4 66 121

Analisis kebijakan corporate social responsibility berkelanjutan pada industri otomotif di Indomobil Group

3 51 235