151
Hatta setuju kemerdekaan Indonesia diselenggarakan secepatnya. Namun, beliau tidak yakin proklamasi dapat dilakukan oleh Bung Karno saja sebagai
pemimpin rakyat dan atas nama rakyat. Menurut Hatta, kalau Bung Karno bertindak seperti itu, berarti merampas hak PPKI. Hatta tidak yakin Bung Karno
mau bertindak seperti usul Syahrir. Setelah terjadi perdebatan, akhirnya Hatta dan Syahrir pergi ke rumah Bung Karno. Syahrir menyatakan maksudnya. Bung
Karno menjawab
bahwa beliau
tidak berhak
bertindak sendiri.
Memproklamasikan kemerdekaan adalah hak dan tugas PPKI. Pada tanggal 15 Agustus 1945 sore, para pemuda kembali menemui Bung
Hatta dan mendesak agar beliau jangan menyetujui proklamasi di hadapan PPKI, karena menurut mereka hal itu berbau Jepang. Malamnya, sekitar pukul 20.00,
golongan muda revolusioner mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur. Rapat ini antara lain dihadiri oleh
ChairulSaleh, Wikana, Margono, Armansyah, dan Kusnandar. Dalam rapat itu golongan muda menegaskan pendirian mereka. Mereka berpendirian bahwa
kemerdekaan Indonesia adalah hak dan urusan rakyat Indonesia sendiri. Kemerdekaan tidak dapat digantungkan kepada orang lain dan negara lain. Rapat
juga memutuskan tuntutan agar Proklamasi Kemerdekaan dinyatakan oleh Ir. Sukarno pada keesokan harinya 16 Agustus 1945.
Keputusan rapat pada tanggal 15 Agustus 1945 sore, disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Sukarno. Utusan golongan muda mengancam akan terjadi
pertumpahan darah jika tuntutan golongan muda tidak dilaksanakan. Hal itu menimbulkan suasana ketegangan. Sukarno marah mendengar ancaman itu.
Peristiwa menegangkan itu disaksikan oleh golongan tua, seperti Mohammad Hatta, Ahmad Subarjo, Dr. Buntaran,Dr. Sanusi, dan Iwa Kusumasumantri.
Golongan tua tetap menekankan perlunya melakukan proklamasi kemerdekaan dalam rapat PPKI untuk menghindari pertumpahan darah.
C. Peristiwa Rengasdengklok
Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan muda mengadakan rapat lagi menjelang pukul 24.00. Mereka melakukan rapat di Asrama Baperpi,
Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka yang mengikuti rapat di
152
Pegangsaan Timur, juga dihadiri oleh Sukarni, JusufKunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih.
Dalam rapat itu diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hatta ke luar kota. Tempat yang dipilih adalah Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di
sebelah timur Jakarta. Tujuan “penculikan” itu adalah menjauhkan kedua pemimpin nasional itu dari pengaruh Jepang. Untuk menghindari kecurigaan dan
tindakan yang dapat diambil oleh tentara Jepang, rencana itu diserahkan kepada Sodancho Singgih. Rencana itu berhasil dengan baik berkat dukungan Cudanco
Latief Hendraningrat, berupa perlengkapan tentara Peta. Pagi-pagi buta sekitar pukul 04.00, tanggal 16 Agustus 1945, Sukarno- Hatta
dibawa ke Rengasdengklok. Sehari penuh kedua pemimpin “ditahan” di Rengasdengklok. Selain untuk menjauhkan Sukarno-Hatta dari pengaruh Jepang,
para pemuda bermaksud memaksa mereka agar segera memproklamasi kemerdekaan lepas dari segala sesuatu yang berkaitan dengan Jepang. Ternyata
kedua tokoh ini cukup berwibawa. Para pemuda pun segan untuk mendesak mereka. Namun, Sodancho Singgih memberikan keterangan bahwa dalam
pembicaraan berdua dengan Bung Karno, Bung Karno menyatakan bersedia melaksanakan proklamasi segera setelah kembali ke Jakarta. Berdasarkan hal itu,
siang itu juga Singgih kembali ke Jakarta. Ia menyampaikan rencana Proklamasi kepada para pemimpin pemuda di Jakarta.
Sementara itu di Jakarta, golongan tua dan golongan muda sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jakarta. Golongan tua diwakili Mr. Ahmad
Subarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. LaksamanaMaeda, bersedia menjamin keselamatan mereka selama berada di rumahnya. Maeda adalah seorang
Perwira penghubung Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang. Berdasarkan kesepakatan itu, Jusuf Kunto, dari pihak Pemuda mengantar
Ahmad Subarjo ke Rengasdengklok pada hari itu juga. Mereka akan menjemput Sukarno-Hatta. Semula para pemuda tidak mau melepas Sukarno-Hatta. Ahmad
Subarjo memberi jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus keesokan harinya, selambat-lambatnya pukul 12.00. Bila hal
tersebut tidak terjadi, Ahmad Subarjo rela mempertaruhkan nyawanya. Dengan
153
jaminan itu, komandan kompi Peta setempat, Cudanco Subeno, bersedia melepaskan Sukarno-Hatta kembali ke Jakarta.
154
Lembar Kerja Siswa LKS Lembar Kerja Siswa
LKS
Nama Kelompok : 1.
2. 3.
4. Petunjuk:
a. Analisa perbedaan pola pikir golongan tua dan golongan muda tentang memproklamasikan NKRI
b. Buatlah kesimpulan dari hasil tersebut
Gagasan golongan tua
Gagasan golongan muda
Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari kedua pemikiran tersebut?
155
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RPP
SatuanPendidikan : SD Negeri Samirono
Tahun Ajaran : 20162017
Mata Pelajaran : IPS
Kelas semester : V Genap
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Hari Tanggal : Jum’at, 10 Maret 2017
A. Standar Kompetensi