27 peluang kepada siswa yang memiliki latar belakang dan kondisi yang berbeda
untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain. Hal ini dilandasi dengan pemikiran
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep apabila mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana
siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Pembelajaran cooperative learning menekankan kerja sama antara
siswa dalam kelompok. Siswa bekerja sama dalam belajar kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggungjawab pada aktivitas belajar anggota
kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi dengan baik.
2. Karakteristik Model Cooperative learning
Proses pembelajaran model cooperative learning lebih menekankan pada proses kerja sama kelompok untuk mencapai tujuan. Tujuan yang ingin dicapai
tidak hanya kemampuan akademik tetapi dengan adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi. Sehingga adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas
dalam pembelajaran cooperative learning . Seperti penjelasan Rusman 2011: 207 bahwa karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran cooperative learning adalah
sebagai berikut. a. Pembelajaran dilakukan secara tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif.
28 c. Kemauan untuk bekerja sama dalam kelompok dalam mencapai hasil yang
optimal. d. Keterampilan dalam bekerja sama dan melakukan koordinasi dalam
menyelesaikan tugas untuk mencapai satu penghargaan bersama. Sementara menurut Asma 2006: 6-7 model pembelajaran cooperative
learning ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut. a. Siswa bekerja kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya. b. Pembagian kelompok dibentuk berdasarkan siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah. c. Alangkah lebih baik, jika dalam satu anggota kelompok terdapat siswa yang
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. d. Penghargaan lebih ditujukan kepada kelompok daripada individu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas yang harus dikerjakan secara
berkelompok, dimana siswa harus bekerja sama dan mereka harus mengoordinasikan untuk menyelasaikan tugasnya sehingga tujuan dapat dicapai
secara optimal, serta secara individu mereka saling membutuhkan hingga mendapatkan penghargaan secara tim.
3. Prinsip-Prinsip Model Cooperative learning
Guru dapat menekankan kerja sama antara siswa dengan kelompok melalui kegiatan siswa dalam belajar cooperative learning antara lain mengikuti
penjelasan guru secara aktif, menyelesaikan tugas-tugas kelompok, memberikan
29 penjelasan kepada teman sekelompoknya, mendorong teman sekelompoknya
untuk berpartisipasi secara aktif dan berdiskusi. Sehingga pembelajaran cooperative learning menjadi menantang dan mengesankan bagi siswa. Menurut
Asma 2006: 14-16 dalam pelaksanaan pembelajaran cooperative learning terdapat lima prinsip yang dianut yaitu:
a. Belajar Siswa Aktif Proses pembelajaran dalam cooperative learning berpusat pada siswa karena
aktivitas belajar lebih dominan dilakukan siswa. keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada usaha kelompok bukan kinerja masing-
masing individu. Semua anggota kelompok harus memahami materi pembelajaran dan membuat laporan baik secara kelompok maupun individu. Dalam
menyelesaikan tugas siswa bekerja sama saling berdiskusi, mengemukakan ide masing-masing anggota dan mengujinya secara bersama-sama, siswa menggali
seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lainnya.
b. Belajar Kerjasama Belajar kelompok akan meningkatkan interaksi antara siswa. Dalam
membangun pengetahuan yang dipelajari dibutuhkan kerja sama sesama anggota. Seluruh siswa terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi,
memecahkan masalah dan mengujinya secara bersama-sama, sehingga terbentuk pengetahuan baru dari hasil kerjasama mereka. Dengan begitu pengetahuan yang
diperoleh melalui penemuan-penemuan dari hasil kerjasama akan lebih melekat dalam pemahaman masing-masing siswa.
30 c. Pembelajaran Partisipatorik
Pembelajaran partisipatorik, melatih siswa untuk berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa belajar dengan melakukan
sesuatu learning by doing secara bersama-sama. Melatih kemampuan untuk mengemukakan hasil dari kerja kelompoknya, memberikan kesempatan kepada
semua anggota untuk mengemukakan pendapat dan kritis dalam mengkritik pendapat kelompok.
d. Reactive Teaching Motivasi siswa dapat dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan manfaat pelajaran ini untuk masa depan mereka. Sehingga seorang guru perlu
memahami cara untuk mengantisipasi kebosanan pada siswa dan dapat menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa mempunyai motivasi belajar
yang tinggi. Ciri-ciri guru yang reaktif adalah: 1 menjadikan siswa sebagai pusat belajar, 2 pembelajaran dari guru dimulai dari hal-hal yang diketahui dan
dipahami siswa, 3 selalu menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa- siswanya, 4 mengetahui hal-hal yang membuat siswa menjadi bosan dan segera
menanggulanginya. e. Pembelajaran yang Menyenangkan
Prinsip pembelajaran yang menyenangkan bahwa pembelajaran harus berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang
menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang tertekan. Langkah-langkah
31 pembelajaran cooperative learning tidak akan berjalan efektif jika suasana belajar
yang ada tidak menyenangkan. Dari kelima prinsip-prinsip tersebut, model pembelajaran cooperative
learning juga mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Slavin dalam Trianto 2010-61-62 bahwa konsep
utama dari belajar cooperative learning adalah sebagai berikut. a. Jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan maka mereka akan
mendapatkan penghargaan kelompok. b. Tanggung jawab individu, ini bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajarnya individu masing-masing anggota kelompok. Individu mempunyai rasa tanggungjawab bersama dalam membantu teman
yang lain dan memastikan semua anggota kelompok siap dalam menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, siswa telah membantu keberhasilan kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka. Tidak membeda-
bedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi, sedang maupun rendah. Karena kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai untuk sama-sama
tertantang melakukan yang terbaik.
4. Model Cooperative Learning tipe Time Token