Faktor eksternal Tokoh Kerangka Teori

12 c. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. Jadi banyak proses yang harus dilalui oleh seseorang dalam pembentukan persepsi. Persepsi tidak datang dengan sendirinya. Faktor dalam diri manusia adalah penyebab pertama dari munculnya dorongan persepsi. Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield dalam buku Jalaludin Rakhmat yang berjudul Psikologi Komunikasi, faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya: a. Perhatian attention Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. b. Faktor fungsional Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus,tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimulus itu. c. Faktor struktural Faktor-faktor struktural semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek- efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. 8 Jadi ada perhatian, kebutuhan, efek-efek syaraf merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor fungsional merupakan kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang. Setiap orang pasti mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda begitu juga dengan persepsi pasti berbeda satu dengan yang lainnya. Jadi ada 3 faktor yang mempengaruhi persepsi siswa diantaranya adalah perhatian attention, faktor fungsional dan faktor stuktural. 8 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Rosda Karya, 2008, Cet, h 51- 58. 13 Ketiga faktor ini sangat mempengaruhi tumbuh kembangnya sebuah persepsi.

4. Ciri-Ciri Umum Dunia Persepsi

Ada beberapa ciri-ciri umum tertentu dalam dunia persepsi: a. Modalitas: rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat dasar dan masing-masing indera cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya. b. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang dimensi ruang; kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, latar depan-latar belakang, dan lain-lain. c. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat-lambat, tua-muda, dan lain-lain. d. Struktur konteks, keseluruhan yang menyatu: objek-objek atau gejala- gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan yang menyatu. 9 Jadi perspsi itu dapat kita kenali dengan cara mendeteksi karakteristik yang ada dalam persepsi tersebut. Diantaranya adalah modalitas yang merupakan rangsangan yang direspon sesuai dengan indera. Selanjutnya dimensi ruang yang mempunyai sifat ruang, dimensi waktu seperti, cepat dan lambat, struktur konteks dengan keseluruhan yang menyatu.

5. Fisiologi Persepsi

Persepsi tergantung pada empat cara kerja, yaitu pengenalan deteksi, pengubahan diri satu energi ke bentuk energi yang lain transaksi, penerusan tranmisi dan pengolahan informasi 9 Abdul Rachman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004, Cet. 1, h. 89-90. 14 a. Sistem sensorik Sistem sensorik dirancang untuk mengumpulkan informasi yang ditangkap sehingga kita bisa membuat rencana dan mengendalikan serta gerakan tubuh kita. b. Pemrosesan informasi: kasus penglihatan Pemrosesan informasi terjadi ditempat yang berbeda dalam sistem sensorik pada syaraf, misalnya pada penglihatan, proses terjadi di mata, di tempat yang bermacam-macam di dalam otak dan neuron- neuron yang berhubungan dengan itu. Pada bagian ini, penglihatan menggambarkan bagaimana cara persepsual terjadi. Namun, berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa proses informasi lebih banyak terjadi dalam otak dari pada di dalam mata. Otak yang memperoleh informasi yang baik akan menjamin tingkah laku yang baik juga. c. Dimensi pengindraan Pengalaman inderawi tergantung dari sifat-sifat diterimanya rangsangan sehingga kita mempunyai pengalaman inderawi yang dapat dipaparkan d. Ambang pengindraan Ambang dalam pengindraan berarti intensitas suatu rangsanga tertentu agar dapat disadari. e. Alat-alat indera Alat-alat indera adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing. f. Pengamatan dunia nyata Persepsi bersifat subjektif karena bersifat bukan sekedar penginderaan. Persepsi kita terhadap dunia nyata merupakan olahan semua informasi yang diterima oleh indera-indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan pengalaman. 10 10 Ibid, h. 94-109 15 Jadi fisiologi persepsi itu terbagi atas 6 macam diantaranya adalah sistem sensorik, pemrosesan informasi, dimensi pengindraan, ambang pengindraan, alat- alat indra dan pengamatan dunia nyata. Dimana satu sama lain mempunyai korelasi yang tidak bisa dipisahkan.

6. Perubahan Persepsi

Persepsi itu bersifat dinamis. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan persepsi,diantaranya adalah faktor psikologis. Proses perubahan persepsi dari faktor psikologis ini tergambar dalam perubahan sikap. Perubahan sikap dalam psikologi biasanya diterangkan sebagai proses belajar atau sebagai proses kesadaran kognisi. Dalam proses belajar, yang menjadi fokus adalah adanya rangsangan dari luar stimulus,sedangkan dalam proses kognisi yang utama adalah adanya dorongan atau kehendak dari dalam diri individu sendiri. Selain itu proses perubahan juga disebabkan karena adanya proses fisiologikdari sistem syaraf pada indera-indera manusia. Jika stimulus tidak mengalami perubahan, misalnya, akan terjadi adaptasi dan habituasi, yaitu respons terhadap stimulus itu makin lama makin rendah. 11 Jadi persepsi yang dimiliki oleh seseorang itu tidak bersifat statis akan tetapi,bersifat dinamis dengan kata lain berubah-ubah. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan persepsi terhadap seseorang salah satunya adalah faktor psikologi yang berkaitan dengan kejiwaan seseorang.

7. Sastra Melayu Klasik

Kata kesusastraan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sastra, su berarti „baik’, indah dan sastra, berarti „tulisan’, „karangan’. Jadi, secara harfiah sastra dapat diartikan sebagai tulisan yang indah. Dengan demikian, sastra merupakan buah pikiran yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang dituliskan dengan bahasa indah untuk mengekspresikan pikiran seseorang. Berbeda dengan tulisan ilmiah atau berita, sastra lebih mementingkan kesan daripada informasi 11 Ibid, h. 121-123. 16 yang ditampilkan. Sastra memang sedikit banyak informatif, tetapi kesannyalah yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lain ketika membaca. 12 Jadi sastra merupakan tulisan dan karangan yang bisa dinikmati oleh semua orang. Karena sastra adalah sebuah tulisan yang indah,dan mempunyai daya tarik yang tinggi.

8. Genre Sastra

Sastra memiliki genre atau ragam. Secara garis besar, sastra dibagi dalam beberapa genre, yaitu sebagai berikut:

9. Prosa

Prosa adalah karangan yang bersifat naratif. Prosa berasal dari bahasa Yunani yang berarti „terus terang’ jadi, sebenarnya dari awal prosa lebih dibuat untuk mengungkapkan fakta-fakta yang ada dalam prosa tersebut. Berikut adalah pengertian prosa menurut para ahli: 1. Aminuddin: “Prosa adalah kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku- pelaku tertentu dengan pemeranan”. 2. M. Saleh Saad dan Anton M. Muliono: “ Bentuk cerita atau kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya imajinasi”. 3. Sudjiman: “kisahan yang mempunyai tokoh, lakuan, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi ”. Berdasarkan, pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosa adalah sebuah cerita atau kisah yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang tidak bisa dipisahkan dari prosa itu sendiri, seperli penokohan, alur dan daya khayal. 12 Edy, Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia Jakarta: Hikmah PT Mizan Publika, 2010, Cet. 1, h. 1 17

10. UnsurIntrinsik Prosa

a. Tokoh

Tokoh yaitu individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam suatu cerita Sudjaman, 1990. Tokoh terbagi atas beberapa jenis. Tokoh yang menjadi tokoh central dalam cerita disebut tokoh protagonis, sedangkan tokoh yang mengimbangi peran biasanya menjadi lawan disebut dengan tokoh antagonis. Diantara tokoh protagonis dan antagonis terdapat tokoh yang hanya bersifat membantu dan tak berperan besar dalam cerita. Tokoh ini disebut dengan tokoh bawahan. Tokoh protagonis tidak selalu bersifat jahat. Bila tokoh protagonis yang menjadi titik berat cerita digambarkan bersifat jahat, tokoh antagonis tidak selalu bersifat jahat. Bila tokoh protagonis yang menjadi titik berat cerita digambarkan bersifat jahat, tokoh antagonis bisa saja digambarkan baik atau bahkan lebih jahat. Tokoh antagonis lebih bersifat penyeimbang tokoh protagonis dan berperan dalam konflik dalam cerita. Dilihat dari segi perkembangankarakternya, tokoh juga dapat dibagi menjadi tokoh datar dan tokoh bulat. Tokoh datar tidak megalami perubahan karakter dan pergulatan pikiran. Karakter seperti ini cenderung mengikuti stereotip yang ada, misalnya ibu tiri, anak yang manja, dan atasan yang angkuh. Sementara itu tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki karakter yang berubah dan kompleks. Tokoh jenis ini mengalami perkembangan karakter sejalan dengan rangkaian cerita.

b. Plot atau alur

Rangkaian peristiwa yang terjalin dalam suatu cerita. Alur mengalami perkembangan yang teratur dalam cerita dan biasanya diakhiri dengan klimaks atau anti klimaks. Alur sederhana terdiri dari perkenalan, awal, konflik, klimaks atau antiklimaks. Alur sederhana terdiri dari perkenalan, awal konflik, klimak dan anti klimaks. Urutan tersebut bisa saja diubah sedemikian rupa menurut kebutuhan penulisnya. Alur yang tadinya maju bisa dirangkai dengan alur mundur flashbackagar cerita terasa lebih intens dan menarik. 18

c. Latar

Lingkungan yang melingkupi tokoh-tokoh yang ada pada cerita. Lingkungan tersebut dapat memengaruhi perasaan tokoh dan begitupula sebaliknya. Latar dapat berupa waktu, tempat, dan perasaan yang dirasakan tokohnya. Keberadaan latar cukup penting dalam cerita karena akan banyak memengaruhi narasi yang dibangun. Latar dibedakan menjadi dua, yaitu latar material dan latar sosial.

d. Sudut pandang

Penempatan pandangan pada tokoh utama. Umumnya, sudut pandang yang sering dipakai adalah sudut pandangan orang pertama aku-an. Sudut pandang orang pertama banyak dipakai pada masa-masa awal perkembangan sastra Indonesia, seperti pada masa Balai Pustaka dan Pujangga. Sementara itu, sudut pandang orang ketiga sering dipakai kemudian pada masa-masa 1950-an ke atas saat berbagai pandangan dan aliran berkembang terutama eksistensialisme, di Indonesia. Namun, hal ini dipermainkan dengan cerdik pada roman Atheis karya Achdiat Karta Miharja, Dia mengganti sudut pandang dari sudut aku-an kedia-an dalam pemaparan ceritanya. Sudut pandang orang kedua memakai kata kau atau kamu akan tetapi, sangat jarang sekali digunakan.

e. Tema

Permasalahan yang diangkat dalam suatu cerita dan menjadi garis besar permasalahan yang dipaparkan. Selanjutnya, dapat mengambil kesimpulan dengan memahami apa yang disampaikan seorang pengarang melalui cerita yang dibuatnya dan inilah yang disebut sebagai amanat. Setiap karya memiliki tendensi dan muatan yang berbeda-beda tergantung kepada tujuan awal pengarangnya. Sebagai contoh roman „Bumu Manusia’ karya Pramoedya Antara Toer mengambil tema perjuangan manusia untuk mendapatkan haknya tanpa memandang kelas atau status sosial. Jadi dalam sebuah karya sastra salah satunya prosa terdapat unsur yang membangun karya tersebut,yaitu unsur implisit yaitu, unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut. tokoh,plot, latar, alur, sudut pandang dan tema adalah unsur yang terdapat dalam sebuah prosa. 19

11. Unsur Ekstrinsik Prosa

Adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi juga banyak mempengaruhi bentuk dan tujuan pembuatan karya sastra. Secara umum, ada empat unsur Ekstrinsik yang mempengaruhi sebuah karya sastra. a. Pengarang, yaitu segala hal yang berhubungan dengannya. Tentunya latar belakang pengarang akan memengaruhi seperti apa karya yang dibuatnya. Aliran dan kepercayaan juga merupakan hal yang dapat menyetir seorang pengarang dalam berkarya. b. Kondisi sosial, yaitu keadaan sekeliling sang pengarang yang mendorong dan memengaruhi dalam berkarya. Tentunya pengarang akan terpengaruh sekali oleh tempat dia tinggal dan bersosialisasi. Seorang pengarang yang tinggal di daerah tertentu akan terbawa cara berpikir dan budayanya. c. Masa penulisan, yaitu waktu atau periode ketika pengarang menulis karyanya. Masa tertentu akan menyebabkan kecendrungan tema dan muatan karya seorang sastrawan. d. Penerbit, yaitu wadah sang penulis untuk menyebarkan karyanya agar sampai ke tangan pembacanya. Sebuah penerbit tentunya memiliki standar pandangan sendiri terhadap karya sastra yang akan diterbitkannya. Inilah penyebab suatu karya dari penerbit tertentu sering kali memiliki tipe yang sama dan tema yang diangkat pun memiliki ragam tertentu. Penerbitlah yang menjadi badan sensor untuk sebuah karya sastra, mereka berhak mengubah, menambah, atau mengurangi muatan suatu karya. Inilah yang menyebabkan kesamaan tema dan bentuk pada suatu masa tertentu. Ini terlihat salah satunya pada masa Balai Pustaka dan Pujangga Baru yang memiliki standar ketat terhadap karya-karya yang diterbitkannya. Jadi pengarang,kondisi sosial, masa penulisan dan penerbit merupakan unsur yang berada di luar karya sastra,akan tetapi sangat mempengaruhi terhadap hasil dari karya itu sendiri