Penentuan Produk Akhir Ekstrak Terstandar

2. Penentuan Produk Akhir Ekstrak Terstandar

Setelah diperoleh bahwa ekstrak etanol merupakan ekstrak yang mengadung senyawa aktif yang berfungsi sebagai bahan laksatif, maka dilanjutkan penentuan produk akhir ekstrak yang akan digunakan. Menurut Cussler dan Moggridge 2001 penentuan bentuk sediaan produk akhir suatu produk perlu dilakukan pertimbangan yang matang, karena produk akhir yang dihasilkan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Menurut Marimin 2004 mengingat pentingnya penentuan produk akhir yang dihasil ini, maka dalam penentuannya diperlukan wawancara dengan pakar dan pengorganisasian pengetahuan dari berbagai buku tentang penggunaan produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan berbentuk ekstrak terstandar yang bertujuan sebagai bahan laksatif pencahar dengan demikian cara pemberiaan dilakukan secara oral lewat mulut. Dengan demikian salah satu metode yang umum digunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Metode Perbandingan Eksponensial MPE digunakan untuk membantu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdifinisi dengan baik pada tahapan proses. Menurut Eriyatno 1998 menyatakan bahwa langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pemilihan keputusan dengan menggunakan MPE adalah sebagai berikut : a. Penyusunan calon bentuk sediaan produk akhir jamu pencahar, b.Penyusunan kriteria yang dikaji, c. Penentuan tingkat kepentingan, d. Penentuan skor tiap calon produk akhir pada setiap kriteria, dan e. Perhitungan total skor calon produk akhir. Penyusunan Calon Bentuk Sediaan Produk Akhir Ekstrak Terstandar Dalam penyusunan calon bentuk sediaan produk akhir ekstrak terstandar sebagai bahan laksatif, ada beberapa faktor yang diperhatikan antara lain cara pemberian dan bentuk sediaan. Beberapa cara pemberian obat yang dilakukan yaitu oral, sublingual, parenteral, epikutantransdermal, konjungtival, intraokularintraaural, intranasal, intrarespiratori, rektal, vaginal, dan uretral Ansel, 1989. Mengingat target produk yang dihasilkan dalam bentuk obat pencahar maka cara pemberian dilakukan melalui oral, dengan pertimbangan penggunaan obat pencahar yang lazim dilakukan dengan cara diseduh dan diaplikasikan dengan diminum. Calon bentuk sediaan produk akhir dari hasil ekstrak terstandar dalam bentuk tablet, kapsul, sirup, dan serbuk. Penilaian terhadap sembilan calon produk akhir yang berbasis ektrak terstandar didapat dari hasil wawancara dengan pakar dan pengorganisasian pengetahuan dari berbagai buku tentang bentuk sediaan farmasi. Penyusunan Kriteria yang Dikaji Penyusunan kriteria yang dikaji didasarkan pada faktor-faktor yang akan mempengaruhi variasi bentuk sediaan, cara pemberian dan kepentingan dari masing- masing kriteria dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Kriteria Keputusan untuk Penentuan Produk No. Kriteria Penilaian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 Kemudahan dalam mengkonsumsi Kesesuaian cita rasa Kemudahan dalam membawa Daya pelindung bahan aktif Kepraktisan kemasan Ketahanan terhadap cahaya matahari Ketahanan terhadap benturan 4 5 4 5 5 3 4 Penentuan Tingkat Kepentingan Kriteria Penentuan penilaian dilakukan setelah mengetahui jenis-jenis kriteria yang dipilih dengan memberikan skala nilai berkisara 1 – 5. Penilaian kriteria 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = biasa, 4 = penting, dan 5 = sangat penting. Penentuan Skor tiap Calon Produk Akhir Pada Setiap Kriteria Langkah berikutnya adalah menentukan nilai pada calon produk akhir dengan nilai berkisar antara 1 – 10. Nilai 10 = produk ideal; 9 = agak sempurna; 8 = baik sekali; 7 = baik; 6 = cukup; 5 = kurang; 4 = sangat kurang; 3 = sangat amat kurang; 2 = tidak memenuhi kriteria; 1 = alternatif calon produk ditolak. Adapun hasil perhitungan nilai berdasarkan penilaiannya disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Nilai Calon Produk untuk Setiap Kriteria Kriteria Bentuk sediaan Penilaian Tablet Kapsul Sirup Bubuk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 7 7 6 6 7 6 6 9 8 8 7 8 8 7 8 9 6 7 6 6 6 7 6 7 6 7 6 7 4 5 4 5 5 3 4 46,599 95,913 90,536 48,809 Perhitungan Nilai Total Calon Produk Akhir. Seleksi calon produk akhir berdasarkan Metode Perbandingan Eksponensial MPE. Metode perbandingan eksponensial MPE adalah metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Keuntungan menggunakan metode perbandingan eksponensial adalah nilai yang menggambarkan urutan prioritas menjadi besar karena merupakan fungsi eksponensial, sehingga urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. Dari hasil perhitungan nilai total tertinggi merupakan produk akhir yang terpilih. Dari hasil perhitungan pada Tabel 18, diketahui bahwa bentuk sediaan yang cocok digunakan adalah kapsul, karena mempunyai nilai tertinggi yaitu 95,913 seperti pada Gambar 45. Gambar 45. Penampakan Bentuk Sediaan Kapsul Hasil Ekstrak Terstandar Aplikasi Produk Menurut Ansel 1989 hasil ekstrak yang diperoleh dari bahan alam dapat berupa a ekstrak setengah cair atau kental, b butir-butir atau ekstrak padat, dan c ekstrak kering serbuk. Ekstrak yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah ekstrak berbentuk kental. Aplikasi produk dan formulasi didasarkan atas hasil ekstrak yang diperoleh dan telah dilakukan pengujian terhadap khasiat dan keamanan dari hasil ekstrak yang dihasilkan. Produk yang dibuat atas dasar perlakuan terbaik ekstrak etanol 0.06 ml30 g bb yang setara dengan penggunaan dosis pada manusia. Berdasarkan nilai kesetaraan tersebut dilakukan konversi untuk penggunaan pada manusia terutama untuk penggunaan ekstrak yang diperoleh. Berdasarkan hasil pengujian pra klinis terhadap hewan uji yang dilakukan, kemudian dikonversi untuk penggunaan pada manusia terutama penggunaan ekstrak terpilih dari uji sebelumnya yang mempunyai efektivitas sebagai bahan pencahar laksatif yang bersumber dari biji kamandrah. Dari hasil penelitian dosis efektif pada hewan uji, selanjutnya dilakukan konversi kesetaraan pada manusia dilakukan dengan menggunakan Tabel seperti pada Lampiran 44, sehingga diperoleh hasil perhitungan kesetaraan pada manusia adalah 11,08 mlkg bb 0,00986 gkg bb = 9,86 mgkg bb. Berdasarkan konversi kesetaraan yang diberikan pada manusia tersebut, maka cangkang kapsul keras yang digunakan besarnya berukuran 250 mg kapsul normor 1. Dari hasil penelitian Mitra et al., 2003 dosis pemberian ekstrak akar tanaman picrorrhiza kurroa yang efektif sebagai bahan laksatif pada manusia 50-250 mgkg bb. Dengan demikian pemberian ekstrak biji kamandrah 9.86 mgkg bb masih lebih rendah pada kisaran dosis pemberian, walaupun pada tanaman yang berbeda. Formulasi dosis ekstrak yang diperoleh selanjutnya dikombinasikan dengan bahan pengisi kapsul dan bahan pengering. Ketepatan komposisi bahan pengisi memiliki aturan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku menurut Handbook of Pharmaceutical Excipients Anonim, 1986 yang terdiri dari komponen bahan penghancur, bahan pelincir, bahan pelicin, dan bahan tambahan pengisi lain berupa amylum maydis dan avicel. Kesemua komponen ini disesuaikan dengan total solid yang terdapat pada bahan hasil ekstrak yang ada. Berdasarkan perhitungan pengisian kapsul, maka dosis pemberian pada manusia diberikan adalah 11,08 mlkg bb atau setara dengan 9,86 mgkg bb diberikan 1 kapsul per hari. Bila dibandingkan dengan dosis anjuran produk komersial dulkolak 10 mg kg bb masih lebih rendah. Adapun penampakan bentuk sediaan kapsul hasil ekstrak terstandar dan penampakan produk kapsul dalam botol kemasan, pada Gambar 46. Menurut Anief 2000, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi apabila membuat produk dalam bentuk kapsul antara lain 1 bobot dalam kapsul harus seragam, 2 keseragaman dari isi zat yang berkhasiat, 3 waktu hancur yang tidak lebih dari 15 menit, dan 4 kapsul tersimpan dalam wadah yang tertutup rapat. Dari perlakuan pengisian kapsul yang dilakukan dianggap semua persyaratan tersebut telah memenuhi kreteria diatas sehingga produk yang dihasil layak untuk dikonsumsi. Walaupun demikian agar produk ini dapat dipasarkan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mendapatkan pengakuan secara legal oleh lembaga yang berkompetensi. Gambar 46. Penampakan Produk Kapsul dalam Botol Kemasan

3. Perancangan Proses

Dokumen yang terkait

Sifat Antirayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen)

5 71 66

Telaah Etnobotani Croton Tiglium L. sebagai Obat Tradisional dan Prospek Pengembangannya di Bengkulu

0 7 9

Biorospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Studi Agrobiofisik dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 1

Identifikasi Senyawa Aktif Tanaman Kamandrah (Croton tiglium) dan Biji Jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai Larvasida Nabati Vektor Demam Berdarah Dengue

3 31 216

Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Budidaya dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 59

Rekayasa proses ekstraksi minyak biji Kamandrah (Croton tiglium L.) dengan pengempaan dan pengembangannya sebagai larvasida nabati pencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

1 36 416

Biological Larvicides Formulation based on Standardized of Kamandrah’s (Croton tiglium L.) Seed Oil as Preventive of Dengue Haemorrhagic Fever.

1 14 97

Efektivitas Minyak Biji Kamandrah (Croton tiglium) Dan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Larvasida, Anti Oviposisi Dan Ovisida Nyamuk Aedes aegypti Dan Aedes albopictus

3 15 82

(B. Kesehatan) Pengembangan Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica L. urban) Terstandar sebagai Antistres.

0 0 1

Daya Bunuh Ekstrak Biji Kamandrah (Croton tiglium L) Terhadap Kepik cokelat Pengisap Polong Kacang Panjang (Riptortus linearis) Dan Penggunaannya Sebagai Media Pembelajaran. | Illah | EJIP BIOL 9358 30555 1 SM

2 14 19