Penentuan Faktor-faktor yang berpengaruh

nisbah bahanpelarut yang digunakan. Pada setiap bahan faktor-faktor tersebut berbeda pengaruhnya terhadap hasil ekstrak yang diperoleh. Berdasarkan penelitian Ahmed 2006 maserasi biji withania somnifera nisbah bahan dan pelarut 1:2 menghasilkan ekstrak 12.75, sedangkan pada biji H.auriculata mencapai 18.22. Dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan nisbah bahan dan pelarut yang optimal.

1. Penentuan Faktor-faktor yang berpengaruh

Penentuan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perolehan hasil ekstrak heksana dan etanol dilakukan melalui percobaan terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut. Masing-masing faktor tersebut terdiri dari beberapa taraf. Pada dasarnya berbagai senyawa bahan alam yang diekstraksi menggunakan pelarut faktor waktu dan nisbah bahanpelarut cukup menentukan, akan tetapi faktor tersebut sangat tergantung dari jenis dan bahan alam yang akan diekstraksi. Dengan demikian sebelum dilakukan ekstrak dalam skala yang lebih besar kedua faktor tersebut perlu dicoba terlebih dahulu. Data hasil perolehan ekstrak heksana dan etanol pada Lampiran 3 dan 5, sedangkan hasil analisis sidik ragam faktor-faktor yang berpengaruhi pada berbagai kondisi waktu dan nisbah bahanpelarut yang dicoba dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 6. Sedangkan hasil ekstrak yang diperoleh disajikan pada Gambar 21 dan 22. Dari Gambar 21 dan 22, menunjukkan hasil ekstrak g semakin meningkat dengan bertambahnya waktu Maserasi pada setiap perlakuan nisbah bahanpelarut. Dengan meningkatnya nisbah bahanpelarut hasil ekstrak g juga semakin meningkat. Hal ini terbukti pada nisbah bahanpelarut 1:7 menunjukkan hasil ekstrak heksana tertinggi yaitu mencapai 1,50 g Lampiran 3, sedangkan pada ekstrak etanol mencapai 0,99 g Lampiran 5. Hasil Analisis Sidik Ragam Lampiran 4 dan 6, menunjukkan bahwa waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut berpengaruh nyata terhadap hasil ekstrak heksana dan etanol. Hasil ekstrak cenderung meningkat dengan menggunakan pelarut heksana dan etanol dengan semakin lama waktu Maserasi baik pada nisbah bahanpelarut 1:3 dan 1:5 maupun pada nisbah bahanpelarut 1:7 gml. Hal ini diduga bahwa semakin lama waktu Maserasi dan semakin tinggi nisbah bahanpelarut akan mengakibatkan semakin banyak hasil ekstrak heksana yang diperoleh, karena pada saat ekstraksi berlangsung terjadi perpindahan massa dari dalam padatan menuju cairan akibat proses difusi. Disamping itu juga diduga dengan adanya Maserasi serbuk biji kamandrah dalam waktu yang lebih lama dapat menjadikan serbuk biji menjadi lebih menggembung swelling sehingga mengakibatkan mudahnya masuk pelarut yang digunakan ke dalam bahan. Menurut Harborne 1987 bahwa banyaknya perolehan hasil ekstrak dari suatu bahan yang akan diekstraksi dipengaruhi oleh jenis pelarut, waktu perendaman dan nisbah bahan dengan pelarut. 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 4 hr 6 hr 8 hr Waktu Maserasi hr H asi l E k st ra k g Nisbah bahanpelarut 1:3 Nisbah bahanpelarut 1:5 Nisbah bahanpelarut 1:7 Gambar 21. Pengaruh Waktu Maserasi dan Nisbah Bahanpelarut Terhadap Hasil Ekstrak Heksana 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 4 hr 6 hr 8 hr Waktu Maserasi hr H asi l E k st ra k g Nisbah bahanpelarut 1:3 Nisbah bahanpelarut 1:5 Nisbah bahanpelarut 1:7 Gambar 22. Pengaruh Waktu Maserasi dan Nisbah Bahanpelarut Terhadap Hasil Ekstrak Etanol Nisbah bahan dan pelarut juga menentukan banyaknya hasil ekstrak yang diperoleh. Bila nisbah bahan dan pelarut semakin kecil, atau semakin banyak jumlah pelarut yang ditambahkan, maka kemampuan pelarut untuk melarutkan komponen ekstrak dalam bahan akan bertambah akibat luasnya kontak antara bahan dan pelarut, sehingga rendemen hasil ekstraksi juga akan meningkat. Kelarutan bahan dalam pelarut bertambah seiring dengan penambahan jumlah pelarut. Hasil ekstrak juga akan terus meningkat hingga larutan menjadi jenuh. Pada saat larutan jenuh tidak terjadi pergerakan komponen dari bahan ke pelarut akibat persamaan konsentrasi antara kedua fase. Setelah titik jenuh larutan tercapai, tidak akan terjadi peningkatan hasil ekstrak dengan penambahan pelarut. Bila dilihat dari kecenderungan jumlah hasil ekstrak yang diperoleh, kenaikan hasil ekstrak yang diperoleh dari waktu maserasi 4 hari hingga hari ke-6 lebih besar ekstrak yang dihasilkan bila dibandingkan dengan waktu Maserasi hari ke-6 sampai hari ke-8. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya laju ekstraksi komponen bioaktif ditunjukkan dengan besarnya nilai hasil ekstrak yang diperoleh, disebabkan oleh perbedaan konsentrasi yang besar antara bahan dan pelarut pada awal proses ekstraksi. Nilai laju ekstraksi akan menurun seiring dengan banyaknya komponen yang terekstraksi dari dalam bahan dan akan minimum nilainya apabila kesetimbangan konsentrasi antara bahan dan pelarut tercapai. Menurut Bombardelli 1991 lama ekstraksi menentukan jumlah komponen yang dapat diekstraksi dari bahan. Lama ekstraksi berhubungan dengan waktu kontak antara bahan dan pelarut. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dan pelarut semakin besar sehingga kelarutan komponen bioaktif dalam larutan akan meningkat. Dengan demikian hasil ekstrak juga akan semakin bertambah hingga larutan mencapai titik jenuh. Dari hasil uji Duncan pengaruh waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut menunjukkan peningkatan hasil ekstrak pada nisbah bahanpelarut 1 : 3 dan 1 : 5, tetapi tidak berbeda nyata pada peningkatan nisbah bahanpelarut 1 : 7 baik pada ekstrak heksana maupun ekstrak etanol. Kenaikan yang lambat terjadi pada nisbah bahanpelarut 1 : 5 dan 1 : 7, diduga disebabkan pada serbuk biji kamandrah yang diekstrak prosesnya akan terus berlangsung selama komponen bahan padat yang akan dipisahkan menyebar diantara kedua fase dan akan berakhir bila kedua fase berada dalam kesetimbangan. Kesetimbangan akan terjadi bila seluruh zat terlarut sudah larut semuanya di dalam zat cair dan konsentrasi larutan yang terbentuk menjadi seragam. Kondisi ini dapat tercapai dengan mudah atau sulit tergantung pada struktur zat padatnya. Rangkaian proses ekstraksi meliputi persiapan bahan yang akan diekstrak, kontak bahan dengan pelarut, pemisahan residu dengan filtrat dan proses penghilangan pelarut dari ekstrak. Diharapkan penggunaan pelarut dengan jumlah yang lebih kecil dan dapat mengoptimalkan kondisi ekstraksi sekaligus mengurangi biaya operasi secara keseluruhan tanpa mengurangi jumlah komponen bioaktif bahan yang dapat terekstrak. Volume pelarut yang terlalu besar dapat meningkatkan biaya produksi karena pelarut merupakan komponen utama dalam ekstraksi dengan pelarut. Pengambilan recovery kembali pelarut untuk menekan biaya operasi dapat dilakukan namun operasional dilapangan sulit dilakukan karena penguapan pelarut yang tidak sempurna, kebocoran pada saat proses, kondensasi yang tidak sempurna, terbuang bersama ampas atau terikut dalam produk. Kondisi perolehan hasil ekstrak heksana dan etanol tertinggi pada penelitian ini diperoleh pada waktu Maserasi 8 hari dengan nisbah bahanpelarut 1:7 gml yang menghasilkan ekstrak heksana 1.50 g dan etanol 0.99 g. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waktu Maserasi yang digunakan berada pada kisaran 4 - 8 hari, sedangkan nisbah bahanpelarut berada pada kisaran 1 : 3 – 1 : 7 gml yang digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2. Optimasi Proses Ekstraksi Untuk Memperoleh Ekstrak Heksana

Dokumen yang terkait

Sifat Antirayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen)

5 71 66

Telaah Etnobotani Croton Tiglium L. sebagai Obat Tradisional dan Prospek Pengembangannya di Bengkulu

0 7 9

Biorospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Studi Agrobiofisik dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 1

Identifikasi Senyawa Aktif Tanaman Kamandrah (Croton tiglium) dan Biji Jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai Larvasida Nabati Vektor Demam Berdarah Dengue

3 31 216

Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Budidaya dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 59

Rekayasa proses ekstraksi minyak biji Kamandrah (Croton tiglium L.) dengan pengempaan dan pengembangannya sebagai larvasida nabati pencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

1 36 416

Biological Larvicides Formulation based on Standardized of Kamandrah’s (Croton tiglium L.) Seed Oil as Preventive of Dengue Haemorrhagic Fever.

1 14 97

Efektivitas Minyak Biji Kamandrah (Croton tiglium) Dan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Larvasida, Anti Oviposisi Dan Ovisida Nyamuk Aedes aegypti Dan Aedes albopictus

3 15 82

(B. Kesehatan) Pengembangan Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica L. urban) Terstandar sebagai Antistres.

0 0 1

Daya Bunuh Ekstrak Biji Kamandrah (Croton tiglium L) Terhadap Kepik cokelat Pengisap Polong Kacang Panjang (Riptortus linearis) Dan Penggunaannya Sebagai Media Pembelajaran. | Illah | EJIP BIOL 9358 30555 1 SM

2 14 19