e. Pengupasan Cangkang dari Biji
Cangkang merupakan kulit yang menyelimuti biji berwarna putih kecoklatan. Pengupasan cangkang shell dari biji agar diperoleh daging biji kernel yang diambil
sebagai bahan baku utama ekstraksi.
f. Pengecilan ukuran bahan
Pengecilan bahan dilakukan dengan tujuan agar bahan menjadi berbentuk serbuk dengan ukuran 40 mesh. Ukuran partikel dari serbuk biji kamandrah
mempengaruhi kecepatan proses ekstraksi dan besarnya hasil ekstrak yang dihasilkan. Pengecilan ukuran bahan dilakukan dengan blender pada skala laboratorium.
Setelah persiapan bahan telah dilakukan, kemudian dilakukan tahapan proses ekstraksi yang dilakukan sebagai berikut :
g. Maserasi
Maserasi dilakukan selama 6,2 hari dengan nisbahbahan 1 : 6,9 gml. Waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut diambil berdasarkan kondisi optimum yang
diperoleh dari penelitian terdahulu. Suhu yang digunakan adalah suhu kamar yaitu 27
o
C.
h. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memisahkan bahan dan pelarut dalam hal ini memisahkan antara ampas dan ekstrak kasar. Berdasarkan hasil penelitian ekstrak kasar
yang diperoleh 54,42 g 92,86 dari total bahanpelarut.
i. Pengeringan
Dari hasil ekstrak kasar yang diperoleh, kemudian dilakukan pemisahan ekstrak senyawa aktif dengan pelarut etanol menggunakan rotavapor. Suhu yang digunakan
60
o
C dan lama 45 menit, suhu dan lamanya pengeringan berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan. Hasil pemisahan pelarut dari ekstrak senyawa aktif diperoleh 1,38 g
k. Pengujian dan Karakterisasi
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan menggunakan GC-MS diperoleh senyawa aktif tetradecanoic acid yang sinonim dengan asam miristat yang berfungsi
sebagai pencahar terdapat dalam ekstrak etanol. Maka ekstrak etanol yang dikembangkan menjadi produk akhir.
Berdasarkan hasil ekstraksi menggunakan metode Maserasi diperoleh hasil ekstrak 1,38 g. Bila dilihat dari dosis pemberian pada manusia dari hasil perhitungan
konversi hewan uji ke manusia, menunjukkan dosis yang diberikan masih lebih kecil bila dibandingkan dosis pemberian dari biji secara etnobotani penggunaan turun
temurun dan hasil penelitian Siagian dan Rahayu 1999. Adapun dosis penggunaan dari biji dan hasil ekstrak terstandar seperti pada Tabel 16.
Tabel 16. Dosis Penggunaan dari Biji dan Hasil Ekstrak Terstandar Dosis penggunaan dari biji
Dosis Penggunaan dari Hasil Ekstrak Terstandar
Rerata 100 biji
Rendemen ekstrak per
biji 18,6 Etnobotani
Penelitian Siagian dan
Rahayu 1999 Hasil Uji
Khasiat Pada Mencit
Konversi Pada
Manusia 1,55 g
0,28 g 28,83 mg
¼ biji 27,075
mgkg bb manusia
1,5 g biji 27,9 mgkg bb
manusia 0,06 ml
5,34 mgg bb mencit
9,86 mgkg bb manusia
Keterangan : Penggunaan secara etnobotani dan penelitian Siagian dan Rahayu 1999
Penggunaan dari ekstrak terstandar hasil penelitian
Penggunaan herbal terstandar mempunyai proses pembuatan yang jelas dan standar, dosis yang tepat yang telah teruji secara pre klinis dan terjamin keamanannya.
Maka mengkonsumsi herbal terstandar akan lebih tepat dan aman dibandingkan dengan mengkonsumsi biji secara langsung, karena besarnya biji tidak sama untuk tiap-tiap
konsumsi masyarakat.
2. Penentuan Produk Akhir Ekstrak Terstandar