30 menit. Ditambah 200 ml NaOH 1,25 dalam Erlenmeyer, kemudian dididihkan kembali di bawah pendingin balik selama 30 menit. Disaring dan dicuci dengan 20 ml
H
2
SO
4
1,25 , 50 ml air panas dan 25 ml alkohol. Residu beserta kertas saring dikeringkan pada suhu 130
o
C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Diabukan selama 30 menit pada suhu 60
o
C, dan didinginkan sampai bobot
konstan, kemudian ditimbang.
Kadar protein, sebanyak 0,1 g bahan dimasukkan dalam labu Kjeldahl, ditambah 2,5 ml asam sulfat pekat, 1 g katalis dan batu didih, kemudian mendidihkan 1
– 1,5 jam . Labu didinginkan, yang isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi,
ditambahkan 15 ml larutan NaOH 50 , dibilas dengan air suling.
Kadar abu, 2 g bahan dimasukkan dalam tanur dengan suhu 600
o
C, proses pengabuan dilakukan selama 2 jam, kemudian bahan didinginkan dan ditimbang. Kadar
karbohidrat = 100 - protein + lemak + serat kasar + air + abu. Tatacara analisis proksimat pada Lampiran 2, sedangkan hasil analisis kandungan proksimat seperti
ditunjukkan pada Gambar 20.
6.2 3.14
40.01 26.69
8.41 15.51
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0 35.0
40.0 45.0
Kadar Air Kadar Abu
Kadar Lemak Kadar Protein
Serat Kasar Karbohidrat
Komponen Kan
du nga
n
Hasil analisis kandungan proksimat Gambar 20. menunjukkan bahwa serbuk biji kamandrah yang digunakan dalam penelitian ini mengandung lemak 40.01, kadar
Gambar 20. Hasil Analisis Kadar Air dan Kandungan Proksimat Biji Kamandrah
serat kasar 8.45, protein 26.69, abu 3.14, dan karbohidrat 15.51. Dari hasil analisis kandungan proksimat tersebut membuktikan bahwa serbuk biji kamandrah
Croton tiglium L. banyak mengandung lemak, kemudian diikuti kandungan protein, karbohidrat dan kadar abu yang hanya 3.14.
Penentuan kadar air dan kandungan proksimat simplisia serbuk biji kamandrah ini merupakan informasi penting untuk menentukan jenis pelarut yang digunakan dalam
mengekstraksi senyawa aktif yang terkandung pada biji kamandrah. Mengingat pada biji kamandrah terdapat senyawa polar dan non polar. Agar senyawa target dapat
diperoleh secara maksimal, maka pelarut yang digunakan juga berdasar kepolarannya. Senyawa yang bersifat polar akan dilarutkan dengan senyawa polar, sedangkan
senyawa non polar dilarutkan dengan pelarut non polar. Pada penelitian ini pelarut polar menggunakan etanol, sedangkan pelarut non polar menggunakan heksana.
B. Optimasi Proses Ekstraksi Menggunakan pelarut Heksana dan Etanol
Optimasi proses ekstraksi dari pelarut heksana dan etanol merupakan bagian tahapan penelitian utama. Proses ekstraksi senyawa bioaktif dari biji kamandrah
dilakukan dengan metode maserasi pada suhu ruang, dengan pertimbangan senyawa bioaktif yang terdapat dalam biji tidak terdegradasi karena pengaruh panas yang tinggi.
Sedangkan tujuan ekstraksi menggunakan metode Maserasi ini agar diperoleh senyawa bioaktif dari biji melalui pemisahan menggunakan pelarut yang bersifat polar dan non
polar. Mengingat senyawa aktif yang terdapat dalam biji kamandrah belum diketahui apakah bersifat polar atau non polar, maka untuk memperoleh senyawa tersebut
dilakukan pemisahan dengan kedua jenis pelarut tersebut, pelarut polar menggunakan etanol dan non polar menggunakan heksana. Menurut Harborne 1987 disamping jenis
pelarut, faktor lain yang perlu diperhatikan untuk memperoleh senyawa aktif dalam bahan semaksimal mungkin, perlu memperhatikan antara lain waktu Maserasi dan