Optimasi Proses Ektraksi Untuk Memperoleh Ekstrak Etanol

3. Optimasi Proses Ektraksi Untuk Memperoleh Ekstrak Etanol

Ekstraksi serbuk biji kamandrah untuk mendapatkan ekstrak etanol menggunakan metode Maserasi. Penelitian utama adalah mencari peubah optimum waktu perendaman, nisbah bahanpelarut yang dapat memaksimalkan hasil ekstrak etanol. Pencarian peubah optimum dilakukan menggunakan metode Respone Surface Methods RSM dengan rancangan percobaan 2 2 faktorial. Matrik ordo pertama optimasi diambil dari percobaan waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut yang dapat mengoptimalkan hasil ekstrak menggunakan pelarut etanol. Pembentukan Model Linier Matrik ordo pertama optimasi respon hasil ekstrak etanol terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut dapat dilihat seperti pada Lampiran 17, sedangkan hasil analisis sidik ragam ordo pertama optimasi pengaruh pemberian pelarut etanol terhadap hasil ekstrak disajikan pada Lampiran 18. Hasil penelitian menggunakan rancangan faktorial dan titik pusat menunjukkan respon hasil ekstrak etanol yang dihasilkan terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut berkisar 0.66 – 0.99 gml. Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 19, menunjukkan bahwa efek kuadratik lebih signifikan bila dibandingkan dengan efek linier hal ini ditunjukkan F hitung sebesar 66.95. Hal ini menunjukkan bahwa interval peubah yang dipilih telah mendekati titik optimum. Sedangkan model ordo pertama dari peubah kode untuk optimasi respon hasil ekstrak etanol terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut sebagai berikut : Y = 0.952500 + 0.025000 X 1 + 0.045000 X 2 – 0.202500 X 1 2 - 0.020000 X 2 2 dengan : Y = peroleh hasil ekstrak etanol X 1 = waktu Maserasi X 2 = nisbah bahanpelarut Meskipun nilai R 2 untuk persamaan ordo pertama relatif tinggi yaitu R 2 = 0,9625, namun hasil uji lack of fit ketidak sesuaian model bersifat nyata α 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa model ordo pertama ekstraksi yang diperoleh tidak tepat digunakan untuk menduga respon perolehan hasil ekstrak etanol. Menurut Box et al., 1978 syarat model yang baik mempunyai hasil uji penyimpangan model yang bersifat tidak nyata α 0.05. Dengan demikian dari perancangan faktorial dan titik pusat pada ordo pertama perlu ditambahkan empat titik observasi central composite design untuk mendapatkan lokasi titik optimum yang tepat dalam analisis statistik selanjutnya untuk menduga ordo kedua pada model kuadratik. Pembentukan Model Kuadratik Pembentukan model respon ekstrak etanol terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut menggunakan data pada rancangan faktorial, titik pusat, dan titik bintang, seperti pada Lampiran 22. Hasil analisis sidik ragam Lampiran 23. menunjukkan bahwa waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut berpengaruh nyata terhadap perolehan hasil ekstrak etanol. Hasil analisis sidik ragam ANOVA ordo dua menunjukkan bahwa pengaruh kuadratik nyata pada tingkat kepercayaan 143.97 dengan nilai nyata sebesar 97 X 1 dan X 2 nyata dengan nilai nyata sebesar 95, sedangkan nilai nyata sebesar 99 X 1 2 dan interaksi antara X 1 X 2 tidak nyata dengan nilai nyata sebesar 84, seperti pada Lampiran 24. Hasil analisis statistik tahap kedua untuk respon perolehan hasil ekstrak etanol Y pada percobaan dengan model kuadratik pada titik faktorial, titik pusat dan titik bintang diperoleh persamaan model sebagai berikut: Y = 0.952503 + 0.030180 X 1 + 0.026039 X 2 – 0.101268 X 1 2 - 0.020000 X 2 2 dengan : Y = peroleh hasil ekstrak heksana X 1 = waktu Maserasi X 2 = nisbah bahanpelarut Hasil uji kesahihan model menunjukkan bahwa model kuadratik hasil ekstrak etanol mempunyai nilai koefisien determinan R 2 sebesar 93. Hal ini menunjukkan bahwa 93 dari keragaman pada parameter optimasi yang dapat dijelaskan oleh model. Hasil uji lack of fit uji ketidak sesuaian data pada model ordo kedua ini bersifat tidak nyata α = 0.48 yang berarti model dapat diterima. Berdasarkan kesesuain ini maka model ordo kedua dianggap lebih sesuai untuk menduga respon hasil ekstrak etanol terhadap waktu maserasi dan nisbah bahanpelarut, karena telah memenuhi uji kesahihan model, seperti pada Lampiran 25. Hasil uji asumsi sisa menunjukkan bahwa gambar sisa menyebar acak disekitar nol. Pemeriksaan asumsi kenormalan juga menunjukkan Gambar sisa mendekati garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa sisa telah terdistribusi normal dan memenuhi asumsi identik seperti pada Gambar 26. 0,60 0,65 0,70 0,75 0,80 0,85 0,90 0,95 1,00 1,05 Nilai Residual -2,0 -1,5 -1,0 -0,5 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 E xpected Normal V a lu e Gambar 26. Gambar Sisa Uji Kenormalan Respon Hasil Ekstrak Etanol Terhadap Waktu Maserasi dan Nisbah Bahanpelarut. Penentuan Nilai Optimum Perolehan Hasil Ekstrak Etanol Model persamaan yang telah memenuhi uji kesahihan model dapat digunakan untuk menduga kondisi optimum respon hasil ekstrak etanol terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut. Berdasarkan gambar garis bentuk yang memusat, dapat diketahui bahwa titik optimum sudah dicapai. Analisis permukaan dan gambar garis bentuk permukaan respon hasil ekstrak etanol terhadap waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut seperti pada Gambar 27 dan 28. Hasil analisis kanonik yang digunakan untuk menentukan titik optimum adalah penentuan titik stasioner yang terjadi pada waktu Maserasi dan nisbah bahanpelarut, seperti Lampiran 26. Hasil analisis kanonik titik optimum diperoleh pada waktu Maserasi 6.21 hari dan nisbah bahanpelarut 1: 6.91 gml. Dari hasil percobaan laboratorium pada waktu Maserasi 6.21 hari dan nisbah bahanpelarut 1: 6.91 gml menghasilkan hasil ekstrak etanol yang diperoleh sebesar 0.93 g lebih kecil dari nilai prediksi respon pada titik stasioner diperoleh Y = 0.95 gml. Dengan demikian kondisi proses yang optimum yang menghasilkan hasil ekstrak etanol paling tinggi terjadi pada waktu Maserasi 6.21 hari dan nisbah bahanpelarut 1: 6.91 gml dengan hasil ekstrak yang diperoleh sebesar 0.93 g 18.6. Gambar 27 Respon Permukaan Hasil Ektrak Etanol Terhadap Waktu Maserasi dan Nisbah Bahanpelarut 3 ,008 0,3 85 0,3855 y 0,0 58 , 5 y 0,03 y y 0,8 0,6 0,4 0,2 Hasil ekstrak yang diperoleh bergantung pada kandungan ekstrak yang terdapat pada contoh dan jenis pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan merupakan pelarut organik yang mempunyai titik didih rendah, tidak beracun, dan tidak mudah terbakar. Kelarutan zat dalam pelarut tergantung dari ikatan polar dan non polar. Menurut McCabe dan Smith 1974 pemilihan pelarut untuk proses ekstraksi tergantung dari sifat komponen yang akan diekstraksi. Salah satu sifat yang penting adalah polaritas suatu senyawa. Ekstraksi senyawa aktif dari suatu jaringan tanaman dengan berbagai jenis pelarut pada tingkat kepolaran yang berbeda bertujuan untuk memperoleh hasil yang optimum, baik jumlah ekstrak maupun senyawa aktif yang terkandung dalam bahan. 0,8 0,6 0,4 0,2 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Waktu Maserasi hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rasio Bahanpelarut gml Gambar 28. Gambar Garis Bentuk Respon Hasil Ekstrak Etanol Terhadap Waktu dan Nisbah Bahanpelarut Dari hasil percobaan ekstrak yang diperoleh 18.6 jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Okokon et al., 2004 menunjukkan dalam 100 g serbuk daun Croton zambesicus yang dimaserasi menggunakan pelarut etanol 1:3 selama 72 jam 3 hari menghasilkan ekstrak 3.81. Hal ini diduga karena biji Croton tiglium banyak mengandung minyak yang bersifat non polar sehingga hasil yang dihasilkan juga lebih banyak. C. Identifikasi dan Karakterisasi Senyawa Aktif Ekstrak Biji Kamandrah Sebagai Laksatif

1. Uji Fitokimia Terhadap Hasil Ektrak Heksana dan Etanol

Dokumen yang terkait

Sifat Antirayap Ekstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) Terhadap Rayap Tanah (Macrotermes gilvus Hagen)

5 71 66

Telaah Etnobotani Croton Tiglium L. sebagai Obat Tradisional dan Prospek Pengembangannya di Bengkulu

0 7 9

Biorospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Studi Agrobiofisik dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 1

Identifikasi Senyawa Aktif Tanaman Kamandrah (Croton tiglium) dan Biji Jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai Larvasida Nabati Vektor Demam Berdarah Dengue

3 31 216

Bioprospeksi Tanaman Obat Kamandrah (Croton tiglium L.): Budidaya dan Pemanfaatannya sebagai Larvasida Hayati Pencegah Demam Berdarah Dengue

0 11 59

Rekayasa proses ekstraksi minyak biji Kamandrah (Croton tiglium L.) dengan pengempaan dan pengembangannya sebagai larvasida nabati pencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

1 36 416

Biological Larvicides Formulation based on Standardized of Kamandrah’s (Croton tiglium L.) Seed Oil as Preventive of Dengue Haemorrhagic Fever.

1 14 97

Efektivitas Minyak Biji Kamandrah (Croton tiglium) Dan Jarak Pagar (Jatropha curcas) Sebagai Larvasida, Anti Oviposisi Dan Ovisida Nyamuk Aedes aegypti Dan Aedes albopictus

3 15 82

(B. Kesehatan) Pengembangan Ekstrak Etanol Pegagan (Centella asiatica L. urban) Terstandar sebagai Antistres.

0 0 1

Daya Bunuh Ekstrak Biji Kamandrah (Croton tiglium L) Terhadap Kepik cokelat Pengisap Polong Kacang Panjang (Riptortus linearis) Dan Penggunaannya Sebagai Media Pembelajaran. | Illah | EJIP BIOL 9358 30555 1 SM

2 14 19