I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebijakan ekonomi nasional kini memfokuskan pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Salah satu perwujudannya adalah keberpihakan kepada
pengusaha kecil melalui Peraturan Bank Indonesia dalam Pakto No. 27 Tahun 1998, menyatakan bahwa 20 persen dari total kredit yang diberikan
oleh bank umum nasional harus dialokasikan untuk pengusaha kecil. Perubahan pun terjadi pada perencanaan strategis perbankan nasional yang
mulai memfokuskan pelayanan kepada pengusaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM. Hal ini merupakan hasil pembelajaran pada saat krisis,
ditandai dengan masalah kredit macet yang tinggi yaitu sekitar 55-70 persen dari nilai pinjaman, negatif NIM perbankan nasional sebesar Rp 73 triliun,
77 bank kondisi negatif CAR, bahkan terpaksa beroperasi dengan kondisi negatif spread Alfiansi, 2003. Kondisi ini berakibat pada penutupan 16
bank swasta nasional oleh pemerintah. Meski merasakan dampak krisis, lembaga jasa keuangan yang fokus
pembiayaannya kepada UMKM yang dikenal dengan Lembaga Keuangan Mikro LKM, relatif lebih mudah dalam proses pemulihan. Misalnya Bank
BRI dapat menurunkan Non Performing Loan NPL dari 52,92 persen tahun 1998 hingga 21,38 persen tahun 1999. Bahkan 40 persen keuntungan
Bank BRI kontribusi dari kredit mikro Deuster, 2002. Sebab segmen UMKM yang dituju memiliki daya tahan yang relatif lebih baik
dibandingkan perusahaan besar. Lembaga keuangan mikro lainnya yang juga membantu permodalan
pengusaha kecil adalah Swamitra. Swamitra merupakan nama kemitraan antara Bank Bukopin dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro yang
memiliki usaha simpan pinjam. Sejak diperkenalkan pada pertengahan tahun 1997, Swamitra banyak mengalami perkembangan. Jumlah kantor Swamitra
sebanyak 272, dengan jumlah total pinjaman yang diberikan sebesar Rp 167 milyar, total simpanan sebesar Rp 195,03 milyar. Laba sebesar Rp 0,966
milyar pada tahun 2005 Annual Report Swamitra, 2006.
Kota Bogor sendiri terdapat enam Swamitra yang beroperasi, salah satunya adalah Swamitra KILAT. Swamitra KILAT merupakan kemitraan
strategis antara Bank Bukopin dengan Koperasi Warga Instalatir Listrik. Kemitraan ini disebabkan kelemahan yang dimiliki oleh koperasi seperti
persoalan manajemen dan solvabilitas usaha. Bank Bukopin memiliki kompetensi yang baik. Sehingga Bank Bukopin berperan dalam monitoring
dan supervisi terhadap fungsi sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi, keuangan dan manajemen Swamitra. Kemitraan ini diharapkan
tercapainya penguatan permodalan, solvabilitas usaha, pertumbuhan simpan pinjam, alih pengetahuan, nilai tambah usaha, dan jaringan antar Swamitra.
1.2. Perumusan Masalah