g. Daya Tawar Pemasok
Pemasok dalam hal ini adalah penabung, deposan, dan pihak lain yang menyalurkan dana melalui Swamitra KILAT.
Lembaga keuangan bank melakukan promosi yang sangat intens, untuk membangun kredibilitas dengan menawarkan sejumlah
kelengkapan fasilitas seperti ATM, phone banking, mobile banking, dan internet banking. Daya tawar yang kuat penyimpan
dikarenakan banyak alternatif pilihan dalam memperoleh jasa yang bermutu. Makin meningkat dan kompleksnya kebutuhan
nasabah akan menuntut Swamitra KILAT untuk terus melakukan pengembangan inovasi produk. Fasilitas pendukung yang juga
dapat dikembangkan adalah fee based income dari jasa keuangan lainnya berupa pembayaran rekenng listrik, telepon, dan air.
h. Ketersediaan Barang Subtitusi
Produk simpan pinjam bersaing dengan produk alternatif lain selain perbankan, seperti reksadana, mutual funds, pasar
modal, pegadaian, asuransi, leasing. Tetapi segmen yang dituju oleh Swamitra KILAT adalah pengusaha mikro, kecil dan
koperasi, belum menjadi alternatif pilihan penting bagi mereka untuk berinvestasi, sehingga produk subtitusi tersebut belum
menjadi ancaman berarti bagi Swamitra KILAT.
i. Hambatan Masuk
Kendala lain yang dimiliki oleh lembaga perbankan dan juga Swamitra KILAT adalah tingginya biaya operasional.
Memfokuskan pelayanan pada segmen UMKM memiliki konsekuensi tersendiri, seperti tidak adanya kepastian usaha, juga
persaingan dari segi harga dan pelayanan. Oleh karena itu, lembaga keuangan yang baru berdiri akan kesulitan bersaing
dengan bank yang sudah lama berdiri dengan dukungan pemodal besar. Sehingga skala ekonomis yang diharapkan sulit terpenuhi.
Swamitra KILAT menawarkan produk yang tidak memiliki perbedaan signifikan dengan lembaga keuangan yang sudah ada.
Oleh karenanya, memerlukan suatu strategi tepat untuk penghimpunan lending dan funding agar solvabilitas usaha dapat
berjalan baik.
4.4.3. Identifikasi Peluang dan Ancaman
Analisis terhadap kondisi lingkungan eksternal Swamitra KILAT yang meliputi lingkungan jauh dan lingkungan industri
menghasilkan beberapa faktor yang menjadi peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut kemudian diberikan bobot dan rating, dapat
dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Perubahan Faktor Strategis Eksternal Swamitra
KILAT No.
Faktor Strategis Eksternal Skor
Total
PELUANG 1.
Pangsa pasar dan pembiayaan yang masih luas 0,26
2. Usaha kelistrikan dan usaha kecil yang berpotensi
terus berkembang 0,53
3. Potensi mendapatkan
fee based dari payment point 0,51 4.
Preferensi masyarakat dan anggota koperasi yang masih menjadikan tabungan dan deposito alternatif
utama berinvestasi 0,26
ANCAMAN 1.
Pemerintah Daerah Kota Bogor yang masih pada posisi pengkajian Swamitra KILAT
0,15 2.
Persaingan Usaha Sejenis yang semakin kompetitif 0,12
3. Kurangnya minat masyarakat untuk berinvestasi
atau menyimpan dananya kepada Swamitra 0,17
4. Persepsi dan harapan yang tinggi atas pelayanan
yang diterimanya dari lembaga keuangan 0,19
5. Peraturan yang ketat mengenai penyaluran
pinjaman kepada masyarakat 0,14
6. Persaingan dalam daya tarik tingkat suku bunga
0,12 Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui bahwa faktor yang
menjadi peluang utama bagi Swamitra KILAT adalah usaha kelistrikan dan usaha kecil yang masih berpotensi berkembang
dengan skor 0,53. Sedangkan yang menjadi ancaman yang utama Swamitra KILAT adalah persaingan usaha yang sejenis dan
persaingan tingkat suku bunga dengan skor yang sama yaitu 0,12.
4.4.4. Analisis Lingkungan Internal a. Keuangan
Biaya tetap Swamitra KILAT dapat dikatakan cukup tinggi Tabel 15 yaitu sebesar Rp
149,511,285.88. Biaya tetap meliputi tenaga kerja, sewa aplikasi teknologi, biaya umum dan
transportasi, non operasional, listrik dan telepon. Namun, pihak manajemen belum menganggarkan biaya untuk pendidikan dan
pelatihan. Tabel 15. Biaya Tetap Swamitra KILAT
Jenis Biaya Jumlah Rupiah
Overhead Cost 12.459.273,82
Biaya Tenaga Kerja 7.528.200,00
Biaya Pendidikan Dan Latihan -
Biaya Sewa Aplikasi Teknologi 500.000,00
Biaya Umum Administrasi 1.922.515,49
Biaya Non Operasional 950.000,00
Biaya Listrik Dan Telepon 1.558.558,33
Biaya Over Head Tahunan 149.511.285,88
Tingginya biaya operasional Swamitra KILAT karena terdapat penambahan beban lain seperti beban bunga MTT
Modal Tidak Tetap Bukopin dan beban jasa manajemen yang harus dibayarkan kepada Bank Bukopin rata-rata sebesar Rp
82.679.322,00. Besarnya cost of loanable fund dari Swamitra KILAT yang komposisi deposito lebih besar menambah
tingginya beban bunga yang harus dikeluarkan dalam biaya operasional.
b. Sumber Daya Manusia
Secara kualitatif, Swamitra KILAT memiliki sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
pendidikan dan pengalaman. Kualifikasi karyawan Swamitra KILAT setara dengan karyawan Bank Bukopin. Mereka telah
menerima training sesuai dengan posisi masing-masing. Namun, selama dua tahun ini baru mengadakan pelatihan bagi Internal
Control. Padahal, pelatihan yang sifatnya berkesinambungan dan
terprogram dibutuhkan oleh semua pengurus untuk pengembangan wawasan dan peningkatan kemampuan teknikal
dan analitis karyawan khususnya di bidang perkreditan. Swamitra KILAT telah melaksanakan reward dan
punishment sebagai salah satu aspek penilaian kinerja karyawannya. Hal ini merupakan keunggulan berkat kerja
samanya dengan Bukopin yang melakukan supervisi atas operasional Swamitra KILAT.
c. Pemasaran
Analisis Pemasaran dilakukan dengan menganalisis bauran pemasaran yang meliputi analisis produk, harga, tempat,
promosi, dan proses.
1 Produk Product
Proses melakukan simpan pinjam tergolong mudah, dengan menyetorkan simpanan Rp 50.000,00 sudah terdaftar
menjadi nasabah Swamitra KILAT. Keuntungan yang diperoleh dalam simpanan deposito adalah bunga deposito
dapat dibayar bulanan atau diambil sekaligus pada saat jatuh tempo, bunga dapat langsung ditambahkan pada jumlah
nominal deposito, dan deposito dapat dijadikan jaminan pinjaman yaitu back to back jaminan. Meski demikian, fitur
produk Swamitra kurang bervariasi dan inovatif sehingga kurang menarik bagi anggota.
2 Harga Price
Harga dalam industri perbankan dinyatakan dengan tingkat suku bunga dan biaya. Tingkat suku bunga yang
ditetapkan oleh Swamira KILAT cukup tinggi bila dibandingkan dengan bank umum, baik bunga tabungan
maupun bunga kredit. Tingkat suku bunga simpanan maupun deposito cukup menarik berkisar 4-5 persen per tahun,
deposito berkisar 11 persen-13,5 persen. Bunga tabungan yang tinggi dapat menjadi keuntungan karena dapat menarik
nasabah untuk menabung di Swamitra KILAT. Akan tetapi, dengan tingginya bunga tabungan akan mengakibatkan
tingginya bunga pinjaman, yaitu berkisar 24 -31 persen Hal ini akan menyulitkan Swamitra KILAT dalam menyalurkan
dananya. Meski biaya tergolong rendah yaitu biaya komisi dan provisi masing-masing 1 persen.
3 Tempat Place
Swamitra KILAT terletak di Jalan Merdeka No. 116 Bogor. Tempat tersebut sangat strategis karena terletak di
pusat pasar dan perkantoran sehingga mudah dalam akses transportasi seperti jurusan 5 Pasar Anyar, jurusan 07
Warung Jambu sehingga mudah dicapai oleh nasabah dari berbagai tempat. Namun, letaknya berdekatan juga dengan
bank-bank besar seperti Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank Danamon Simpan Pinjam DSP.
4 Kegiatan Promosi Promotion
Jalinan kerja sama USP koperasi KILAT dengan Bank Bukopin memang tidak diragukan lagi dalam manajemen dan
pengelolaan lembaga keuangan. Nama Bank Bukopin sebagai mitra kerja sama dapat memberikan kepercayaan kepada
anggota dan masyarakat dalam menyimpan dan meminjam dana di Swamitra KILAT. Sehingga menjadi alat promosi
yang bagus untuk memperkuat kepercayaan masyarakat kepada Swamitra KILAT. Namun demikian, Swamitra
KILAT belum optimal melaksanakan kegiatan promosi, hanya sebatas brosur dan personal selling oleh petugas Divisi
Commercial. Kegiatan promosi yang kurang gencar mengakibatkan kurangnya belum dikenalnya nama Swamitra
KILAT. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 menyatakan
bahwa anggota koperasi sebagai pemilik dan pengguna jasa. Makna yang terkandung dalam pernyataan ini adalah
keberadaan anggota sebagai pemilik berkewajiban memberikan kontribusi, loyalitas, dan rasa memiliki sense of
belonging. Rasa memiliki terhadap Swamitra KILAT masih kurang karena kurang aktif dalam memasarkan jasa Simpan
Pinjam Swamitra wawancara AO Swamitra 5 Proses Process
Swamitra KILAT memiliki sistem manajemen operasional yang baik dan sejajar dengan perbankan. Dapat
dilihat dari manajemen SDM yang telah terorganisir baik meliputi perencanaan karyawan pengangkatan, pelatihan, dan
uraian dan tanggung jawab karyawan yang jelas. Selain itu, proses simpanan dan pinjaman memiliki SOP Standard
Operating Procedur yang terangkum dalam Buku Pedoman Operasional Swamitra. Semua prosedur berorientasi
pelayanan prima kepada nasabah berupa kemudahan, kecepatan dan mutu kualitas proses.
6 Produktivitas dan kualitas Swamitra KILAT menempatkan AO Swamitra di
bagian depan dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang baik, seperti meja dan kursi yang nyaman, tersedia
leaflet dan brosur produk Swamitra. Kondisi ruangan yang tenang mendukung proses pelayanan kepada anggota.
7 Orang People Kualifikasi pengurus Swamitra KILAT setara dengan
karyawan Bank Bukopin. Sehingga kompetensi yang dimiliki standar dengan karyawan perbankan.
8 Bukti Fisik Penampilan kantor dan pemilihan barang interior dan
eksterior merupakan petunjuk visual atas mutu jasa yang akan diberikan. Penampilan gedung sudah distandarkan
dengan semua Swamitra di Indonesia.
4.4.5. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan
Analisis terhadap lingkungan internal Swamitra KILAT melalui aspek-aspek fungsional yang meliputi aspek keuangan,
pemasaran, operasional, dan sumber daya manusia yang menghasilkan beberapa faktor yang menjadi kekuatan dan
kelemahan dari Swamitra KILAT. Faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada Tabel 16. Hasil analisis tersebut diketahui bahwa faktor
yang menjadi kekuatan utama bagi Swamitra KILAT adalah SDM
berkualitas dan berorientasi pada kepuasan nasabah, khususnya anggota dengan skor 0,39.
Tabel 16.Hasil Perubahan Faktor Strategis Internal Swamitra KILAT No.
Faktor Strategis Internal Skor
total
KEKUATAN
1. SDM berkualitas dan berorientasi pada kepuasan
nasabah, khususnya anggota 0,39
2. Operasionalisasi Swamitra menggunakan standar
perbankan 0,34 3.
Didukung oleh sistem informasi dan teknologi yang handal
0,23 4.
Pelayanan yang fokus pada anggota Koperasi KILAT dan pengusaha kecil
0,19 5.
Kredibilitas Swamitra KILAT yang baik atas kerja samanya dengan Bank Bukopin
0,29 6.
Kemudahan dalam melakukan transaksi simpan pinnjam 0,35
KELEMAHAN 1.
Kegiatan promosi atas produk Swamitra KILAT kurang intensif
0,09 2.
Fitur produk kurang lengkap dan menarik 0,16
3. Kualitas pinjaman yang diberikan masih harus
ditingkatkan 0,15
4. Biaya operasional yang tinggi
0,11 5.
Belum adanya jaringan on line antar Swamitra di seluruh Indonesia
0,19 6.
Kurangnya pelatihan bagi karyawan 0,08
7. Belum terbangunnya rasa kepemilikan anggota
terhadap Swamitra KILAT 0,12
2,45
2,78
Faktor-faktor tersebut kemudian dianalisis dengan cara memberikan bobot dan rating sehingga teridentifikasi kelemahan.
Kelemahan utama Swamitra KILAT adalah kegiatan promosi atas produk Swamitra KILAT kurang insentif dan belum adanya jaringan
on line antar Swamitra dengan skor yang sama yaitu 0,09.
4.4.6. Matriks Eksternal-Internal
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks EFE dan IFE, maka dapat diketahui bahwa nilai total skor atas faktor-faktor
strategis internal dari Swamitra KILAT adalah 2,45 yang masih tergolong rata-rata. Sedangkan total skor atas faktor-faktor strategis
eksternal adalah sebesar 2,70 yang termasuk sedang. Total skor atas faktor-faktor strategis internal dan eksternal tersebut menempatkan
Swamitra KILAT pada sel V, terlihat pada Gambar 20.
SKOR TOTAL IFE Kuat
Rata-rata Lemah
4,00 3,00
2,00 1,00
Grow and Build I
Grow and Build II
Hold and Maintain III
Grow and Build IV
Hold and Maintain V
Harvest and Diverst
VI Hold and Maintain
VII Harvest and
Diverst VIII
Harvest and Diverst
IX
Gambar 20. Matriks IE Swamitra KILAT Perusahaan yang berada pada sel V tersebut, paling baik
dikendalikan dengan menggunakan strategi hold dan maintain pertahankan dan pelihara. Strategi yang umum digunakan adalah
strategi penetrasi pasar yaitu berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk meningkatkan produk dan jasa melalui upaya pemasaran
S K
O R
T O
T A
L
E F
E
yang lebih besar. Strategi penetrasi pasar bagi Swamitra KILAT yaitu kegiatan pemasaran yang ekstensif, melalui usaha publisitas
yang menarik dan efektif kepada segmen pasar yang telah dituju. Kemudian strategi pengembangan pasar juga dianjurkan pada
perusahaan yang berada pada sel V. Strategi pengembangan pasar bagi Swamitra KILAT adalah pemasaran untuk memperkenalkan
produk-produk atau jasa Swamitra KILAT ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru. Selama ini wilayah Bogor
yang baru terlayani adalah Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Utara dan Bogor Selatan. Hal ini dikarenakan usaha kelistrikan berada di
daerah tersebut. Sehingga segmen sasaran belum mencapai wilayah Bogor Barat dan Kabupaten Bogor yang juga merupakan sentra
industri kecil. Strategi pengembangan produk dengan perbaikan dan modifikasi produk atau jasa.
Strategi yang telah diterapkan harus dipertahankan seperti competitive strategy. Competitive strategy atau strategi persaingan
adalah strategi yang bertujuan untuk memilih keunggulan kompetitif dan mereduksi kelemahan yang dimiliki dan reaksi cepat dan
tanggap atas langkah strategis yang dilakukan pesaing. Strategi ini meliputi optimalisasi penggunaan IT, membangun hubungan
berorientasi anggota, meningkatkan pembiayaan proyek kelistrikan dan pengusaha kecil serta membangun kapabilitas pengurus.
Strategi yang dinilai berhasil adalah cooperative strategy, yaitu kemitraan dengan instansi lain dalam pemanfaatan jasa keuangan
Swamitra KILAT telah dilakukan, misalnya dengan 45 perusahaan biro teknik, Koperasi Konsuil, dan AKLI dan lainnya. Terakhir
adalah strategi pertumbuhan profitabilitas. Supervisi Swamitra yaitu Divisi UKKM Bank Bukopin menginginkan keuntungan yang
diperoleh dapat tumbuh secara berkesinambungan. Sehingga strategi pertumbuhan profitabilitas merupakan strategi yang dipilih Bank
Bukopin untuk mencapai tujuan kemitraan dengan dengan meningkatkan pendapatan bunga dan sumber pendapatan lainnya.
4.5. Peta Strategi Swamitra KILAT dengan Empat Perspektif Balanced
Scorecard
Balanced Scorecard dapat menjelaskan strategi-strategi yang ditetapkan dengan baik sehingga peta strategi dapat menjadi alat untuk
mengkomunikasikan strategi kepada seluruh karyawan dalam bentuk ukuran-ukuran aktivitas operasional. Mengacu pada visi, misi, tujuan dan
strategi yang telah ditetapkan, pihak Supervisi UKKM Bank Bukopin bersama Manajer Operasional Swamitra KILAT menetapkan sasaran
strategis pembangun Balanced Scorecard pada keempat perspektifnya.
4.5.1 Perspektif Keuangan
Swamitra KILAT tidak lagi berada pada awal siklus pertumbuhan. Hal ini berarti tidak lagi mencari produk dan jasa yang
paling tepat untuk diproduksi yang nantinya akan memiliki potensi perumbuhan dengan melibatkan sumber daya yang cukup banyak.
Berkat kerja samanya dengan Bank Bukopin, unit simpan pinjam koperasi Swamitra KILAT telah memiliki infrastruktur dan jaringan
distribusi yang telah tersistem dan tidak memerlukan investasi yang terlalu besar. Penanaman investasi ulang lebih diarahkan peningkatan
aktivitas berkelanjutan. Berkaitan dengan hal tersebut, Supervisi Account Officer Divisi UKKM Bank Bukopin menetapkan sasaran
finansialnya kepada tiga hal yaitu : 1 meningkatnya keuntungan berkelanjutan, 2 efisiensi biaya-biaya, dan 3 meningkatnya
pendapatan. 1 Meningkatnya keuntungan secara berkelanjutan
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan Swamitra KILAT dalam upaya menumbuhkembangkan kegiatan
usaha simpan pinjam adalah perolehan keuntungan. Pada badan usaha berbentuk koperasi biasanya disebut Sisa Hasil Usaha atau
SHU. Nilai perolehan SHU ini berkaitan dengan komponen- komponen ekonomi lainnya yaitu volume usaha pendapatan dan
beban usaha biaya.
Jadi, selain memperhatikan aspek keutamaan anggota, Swamitra KILAT juga memperhatikan aspek ekonomis yaitu
perolehan keuntungan yang berkelanjutan. Hal ini dikarenakan dalam rangka pemenuhan kepentingan anggota yang pada nantinya
SHU akan dibagikan kepada anggota. Selain itu juga terkait dengan kepentingan Bank Bukopin selaku investor. Semakin besar SHU
Swamitra KILAT menunjukkan profit yang akan diperoleh Bank Bukopin dan Koperasi KILAT menjadi bertambah.
2 Efisiensi biaya-biaya Efisiensi biaya merupakan hal yang wajib dilakukan oleh
setiap perusahaan maupun lembaga keuangan seperti Swamitra KILAT yang berorientasi profit. Hal tersebut beralasan mengingat
semakin efisien sebuah perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya maka semakin besar jumlah perolehan keuntungan.
Sehingga sasaran efisiensi biaya ini dipilih bertujuan untuk mendukung keberhasilan perolehan keuntungan yang
berkelanjutan. Sasaran ini dipilih karena Swamitra KILAT mengalami
permasalahan tingginya biaya operasional maupun non operasional. Biaya overhead yang harus dikeluarkan oleh Swamitra
KILAT, baik yang termasuk biaya operasional maupun biaya non operasional seringkali tidak tertutupi oleh pendapatan dari
pinjaman. Jadi faktor yang juga menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh adalah besarnya biaya yang dikeluarkan. Sehingga
diharapkan dengan penetapan sasaran ini Swamitra KILAT dapat mengalokasikan pembiayaan yang sifatnya produktif dan efektif.
Hal ini merupakan suatu kendala umum bagi lembaga perbankan yang memfokuskan pada pembiayaan untuk sektor mikro, dengan
unsur biaya terbesar adalah biaya bunga atas pinjaman modal kerja. Apalagi Swamitra KILAT tergolong memberikan bunga simpanan
yang tinggi.
3 Meningkatnya pendapatan Sasaran berikutnya yang dipilih pada perspektif keuangan
adalah meningkatnya pendapatan. Aktiva produktif berupa pinjaman, merupakan sumber pendapatan utama bagi usaha simpan
pinjam Swamitra KILAT. Disamping pendapatan lainnya seperti pendapatan dari penempatan dana di rekening giro Bank Bukopin.
Pendapatan Swamitra masih tergantung dari pendapatan bunga sehingga belum adanya pendapatan dari non bunga atau yang
dikenal fee based income. Namun demikian pihak manajemen sedang menyusun rencana untuk memperoleh fee based income
seperti pembukaan layanan air, telepon, dan listrik. Sasaran ini dipilih juga sebagai salah satu upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Swamitra KILAT harus memenuhi kebutuhan operasional, disamping pemenuhan
kebutuhan anggota sebagai pemilik dan juga pengguna. Kelangsungan hidup dan bekembangnya usaha simpan pinjam
Swamitra KILAT sangat tergantung pada besarnya pendapatan yang diperoleh. Pendapatan diusahakan melebihi biaya yang
dikeluarkan dan hendaknya pula pendapatan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga laba yang diperoleh juga akan terus
meningkat.
4.4.2. Perspektif Keanggotaan
Swamitra KILAT merupakan lembaga jasa keuangan yang berbadan koperasi meski bermitra dengan lembaga perbankan seperti
Bank Bukopin. Dimana terdapat perbedaan karakteristik koperasi dengan badan usaha lainnya yaitu adanya keterkaitan dan tidak
terpisahnya antara members, customers dan residual claimants. Dengan kata lain bahwa anggota Swamitra KILAT adalah sebagai
pemilik dan sekaligus pengguna jasa Swamitra KILAT pelanggan. Sehingga pada Swamitra KILAT terdapat perspektif keanggotaan pada
penyusunan scorecard.
Salah satu prinsip koperasi adalah keutamaan anggota. Hal ini berarti pembentukan swamitra KILAT itu sendiri merupakan
perwujudan dari upaya memberikan nilai tambah bagi kepentingan dan kesejahteraan anggotanya. Sehingga pada perspektif keanggotaan
terdapat sasaran strategis yang dipilih yaitu: 1 optimalnya pertumbuhan simpan pinjam, 2 loyalitas dan 3 kepuasan anggota.
a. Optimalnya pertumbuhan simpan pinjam Permasalahan koperasi simpan pinjam pada umumnya adalah
sulitnya menghimpun dana simpanan dari anggota dan masyarakat. Sehingga koperasi kekurangan likuiditasnya dan tidak dapat
memobilisasi dana kepada anggota yang dianggap feasible. Kondisi ini pun dialami unit Usaha Simpan Pinjam Koperasi
KILAT sebelum bermitra dengan Bank Bukopin. Melalui kemitraan ini diharapkan dapat terbangunnya
partisipasi anggota dalam menggunakan jasa simpan pinjam Swamitra KILAT. Dalam kaitannya sebagai pengguna jasa,
partisipasi anggota dalam kegiatan simpan pinjam sangat penting karena salah satu faktor pertama penentu keberhasilan usaha jasa
simpan pinjam. Dengan partisipasi anggota diharapkan dapat optimalnya mobilisasi dana Swamitra KILAT. Hipotesis untuk
optimalnya pertumbuhan simpan pinjam terkait dengan solvabilitas usaha. Solvabilitas menunjukkan kemampuan lembaga dalam
memanfaatkan semaksimal mungkin dana yang telah terhimpun untuk kemudian disalurkan kepada calon debitur yang dianggap
feasible. Semakin besar pinjaman yang dimobilisasi dari dana simpanan maka kemungkinan untuk memperoleh pendapatan juga
akan semakin besar. Sehingga Swamitra KILAT dapat mencapai sasaran perolehan keuntungan secara berkelanjutan.
b. Terbangunnya loyalitas anggota Mengelola permintaan berarti mengelola pelanggan.
Pelanggan Swamitra KILAT adalah anggota, yang muncul dari dua kelompok yaitu anggota baru dan anggota lama yang setia
menggunakan jasa simpan pinjam. Swamitra KILAT berusaha sebaik-baiknya mempertahankan anggota dalam rangka membina
hubungan jangka panjang dengan anggota. Pihak manajemen menyadari bahwa kehilangan seorang anggota lebih dari sekedar
kehilangan satu kali transaksi. Artinya kehilangan anggota berarti kehilangan seluruh transaksi yang akan dilakukan anggota selama
berhubungan dengan perusahaan. Hipotesis terbangunnya loyalitas anggota adalah
mempertahankan anggota merupakan tindakan ekonomis untuk mengurangi biaya karena perusahaan yang telah memiliki anggota
loyal tidak perlu menerapkan strategi pemasaran yang offensif. Sehingga mempertahankan anggota lebih mudah dan murah dari
pada mencari anggota baru. Bahkan anggota dapat menjadi pembangun bisnis dengan melakukan transaksi dalam frekuensi
yang tinggi dan akan membawa anggota baru. Sehingga akan meningkatkan partisipasi anggota yang lainnya dan menambah
pendapatan bagi Swamitra KILAT. c. Kepuasan anggota
Kepuasan anggota adalah respon terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dengan kinerja aktual yang
dirasakan setelah pemakaian. Jika kinerja sesuai dengan harapan, maka anggota akan terpuaskan. Sehingga dengan pemilihan
sasaran strategis ini diharapkan kepuasan yang terbangun akan terciptanya rintangan beralih switching barriers, biaya beralih
switching cost dan terbangunnya loyalitas anggota. Hipotesis dari anggota yang merasa puas maka akan memberi tahu kepada calon
anggota tentang pengalaman positif yang diterimanya. Kondisi ini dapat tercapai melalui penciptaan nilai kepada anggota customer
value. Anggota yang loyal akan banyak menggunakan jasa Swamitra KILAT. Sehingga menambah perolehan pendapatan dan
menciptakan keuntungan berkelanjutan.
4.5.3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Sasaran strategis yang dipilih oleh pihak manajemen Swamitra KILAT Manajer Operasional dan Divisi UKKM Bank Bukopin
yaitu: 1 meningkatnya mutu pelayanan 2 efektivitas pengembalian pinjaman, dan 3 pengembangan kerja sama.
a. Meningkatnya mutu pelayanan Pelayanan adalah sebuah pengalaman. Oleh karena itu
memberikan pelayanan sama dengan menciptakan pengalaman kepada anggota. Persaingan yang kompetitif diantara pelaku usaha
di bidang jasa keuangan serta kemajuan teknologi yang cepat, menuntut adanya peningkatan mutu pelayanan. Swamitra KILAT
sangat memperhatikan mutu dari pelayanannya. Hal ini terlihat dari sistem operasional yang dirancang dan dioperasikan sedemikian
rupa untuk mempermudah akses anggota. Misalnya jam operasional Swamitra KILAT yang panjang dari jam 08.00 pagi
sampai 05.00 sore. Hipotesis dengan terciptanya pelayanan yang terjamin mutunya
maka akan menjadi key drivers penting dalam proses penciptaan loyalitas anggota. Loyalitas anggota akan membangun customer
based yang lebih kokoh, terlihat dari keaktifan anggota dalam menggunakan jasa keuangan Swamitra KILAT. Sehingga akan
tercapainya perolehan keuntungan berkelanjutan. b. Efektivitas pengambalian pinjaman
Swamitra KILAT harus mampu menyalurkan pinjaman seefektif mungkin untuk menghindari terjadinya permasalahan-
permasalahan. Efektivitas pinjaman dapat dinilai dari efektivitas pengajuan pinjaman, penggunaan, dan pengembalian pinjaman.
Tingkat pengembalian pinjaman yang tinggi menunjukkan kemampuan debitur yang baik dan keberhasilan pengurus dalam
melakukan monitoring dan evaluasi pinjaman yang diberikan. Hipotesis meningkatnya pengembalian pinjaman akan
meningkatkan pendapatan yang diterima Swamitra KILAT. Hal ini
berarti perusahaan telah melakukan optimalisasi kegiatan simpan pinjam.
c. Pengembangan kerjasama Swamitra KILAT merupakan bentuk kemitraan Bank Bukopin
dengan Koperasi KILAT. Namun tidak menutup kemungkinan Swamitra KILAT menjalin kemitraan dengan perusahaan dan
instansi lainnya. Kerja sama tercantum dengan jelas dalam strategi Swamitra KILAT. Hipotesis dari kerja sama, yaitu kerjasama yang
terjalin dengan mitra strategis menunjukkan korelasi yang kuat dengan sasaran strategis optimalnya pertumbuhan simpan pinjam.
Semakin banyak kemitraan yang terjalin maka akan semakin banyak dana yang diperoleh untuk kemudian disalurkan berupa
pinjaman. Sehingga pendapatan yang akan diterima dari spread bunga akan semakin bertambah. Sehingga semakin dekat untuk
mencapai tujuan perkembangan usaha yang ditandai dengan perolehan keuntungan yang berkelanjutan.
4.5.4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan proses bisnis internal mengungkapkan serangkaian faktor penting yang dibutuhkan dalam pelaksanaan strategi.
Kemampuan pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasikan perlunya pengembangan sumber daya manusia sebagai fungsi sentral
penggerak. Sehingga sasaran strategis dari perspektif ini adalah kompetensi dan profesionalisme pengurus, kepuasan dan motivasi
pengurus, serta terbangunnya kehandalan IT. a. Kompetensi dan profesionalisme pengurus
Sumber daya manusia yang kompeten sangat dibutuhkan untuk mendukung operasional dari setiap organisasi. Terlebih lagi
Swamitra KILAT yang berfungsi sebagai sumber pendanaan bagi pengusaha kecil sangat membutuhkan orang-orang yang ahli dan
mengerti akar permasalahan pengembangan usaha kecil dan mikro. Permasalahan umum yang dialami oleh koperasi adalah kurangnya
profesionalisme pengurus, terlihat dari keterampilan dan kompetensi
yang rendah dan tingkat pendidikan yang rendah pula. Divisi UKKM Bank Bukopin dalam proses seleksi pengurus, menginginkan
kualifikasi yang tinggi untuk pengurus Swamitra KILAT. Hal ini bertujuan untuk meningkatnya profesionalisme, sehingga Swamitra
KILAT dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap anggota. Upaya lain untuk mencapai sasaran strategis ini yaitu penerapan
sistem reward dan punishment yang adil dan tegas. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan sikap profesionalisme pengurus. Sedangkan
pemerkayaan dan peningkatan kompetensi pengurus diwujudkan dengan program training pada awal masuk sebagai pengurus dan
pelatihan dan pengembangan untuk memantapkan keterampilan dan keahlian pengurus.
Hipotesis dari meningkatnya profesionalisme dan kompetensi pengurus akan meningkatkan mutu pelayanan kepada anggota
sehingga meningkatkan kepuasan dan loyalitas anggota. Meningkatnya loyalitas anggota akan meningkatkan pendapatan dan
keuntungan yang diperoleh. Pengurus yang kompeten di bidangnya akan mengetahui betul bagaimana cara memperlakukan anggota
dengan baik dan membantu permasalahan mereka sehingga akan menciptakan kedekatan hubungan dengan anggota.
c. Kepuasan dan motivasi pengurus Kepuasan kerja mencerminkan perasaan emosional yang
menyenangkan atau tidak, dalam memandang pekerjaannya, seperti kepuasan terhadap atasan, promosi, kompensasi, rekan kerja, dan
fasilitas yang disediakan. Kepuasan dan motivasi kerja merupakan kunci keberhasilan bagi perusahaan yang berada pada industri yang
tingkat persaingannya tinggi. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan pertanda organisasi dikelola dengan baik dan pada dasarnya
merupakan hasil manajemen perilaku yang positif. Hipotesisnya meningkatnya kepuasan pengurus, maka
pengurus dapat termotivasi untuk menghasilkan kinerja terbaik akan terwujud. Sehingga pelayanan bermutu akan tercapai. Pada akhirnya
adalah pencapaian sasaran strategis yaitu perolehan keuntungan berkelanjutan.
c. Terbangunnya teknologi yang handal Tersedianya sarana teknologi operasional seperti Swasys dan
web site swamitra.com bertujuan untuk membantu kelancaran kegiatan Swamitra. Fasilitas ini memiliki daya guna dan sesuai
dengan karakter dari pola pembiayaan mikro. Teknologi dan informasi Information and Technology menjadi sasaran strategis
perspektif ini karena IT yang disewakan oleh Bank Bukopin harus dipergunakan secara optimal. Agar terciptanya efektivitas kegiatan
operasional. Aplikasi IT sendiri bertujuan untuk mempermudah operasionalisasi Swamitra KILAT dalam upaya pemenuhan
kepentingan anggotanya. Sehingga kehandalan IT berorientasi kepada kepuasan anggota agar dapat mendorong kinerja pada
perspektif keuangan yaitu sustainable outstanding financial return perolehan keuntungan secara berkelanjutan.
Selain berorientasi kepada anggota, kehandalan IT juga bertujuan memberi kemudahan kepada pengurus dalam menjalankan
tugasnya yaitu melayani anggota. Sehingga karyawan pun merasa diperhatikan dengan penyediaan teknologi modern guna mendukung
kelancaran tugasnya. Sehingga hipotesis dari terbangunnya kehandalan IT akan meningkatkan kepuasan pengurus sebagai
pengguna, juga akan meningkatkan kepuasan anggota. Anggota yang merasa puas akan menggunakan jasa Swamitra dalam frekuensi yang
sering sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Penjabaran desain hipotesis mengenai hubungan sebab akibat
melalui empat perspektif Balanced Scorecard merupakan sarana yang efektif untuk membangun pencapaian visi, misi, dan tujuan
strategis perusahaan. Keterkaitan masing-masing sasaran strategis dari setiap perspektif akan menghasilkan sasaran utama yang akan
dicapai oleh perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Peta strategi pada Swamitra KILAT dapat terlihat pada Gambar 21.
Visi : Menjadi yang terdepan dalam pelayanan jasa simpan pinjam dan jasa keuangan lainnya kepada anggota
Misi : • Berperan dalam pengembangan usaha kecil dan meningkatkan nilai tambah investasi anggota
• Mendorong kapabilitas dan kesejahteraan karyawan. • Volume pinjaman yang optimal dengan berprinsipkan soundable, profitable dan marketable.
• Kemandirian usaha melalui penguatan permodalan dan kelancaran solvabilitas usaha Tujuan dan manfaat :
• Tumbuh kembang USP Swamitra • Alih teknologi dan manajemen
• Kecepatan ketepatan informasi keuangan • Jaringan kerja antar Swamitra
• Meningkatnya pelayanan kepada anggota • Mobilisasi dana
Strategi : Mengembangkan usaha yang bersinergi dengan pengembangan kemitraan dan meningkatkan daya saing
dengan mengunggulkan kekuatan dan mereduksi kelemahan guna
mengambil peluang dan mengantisipasi ancaman serta pertumbuhan profitabilitas.
Meningkatnya pendapatan Efisiensi biaya-biaya
Optimalnya pertumbuhan simpan pinjam
Perolehan keuntungan
Meningkatnya mutu pelayanan
Meningkatnya kepuasan pengurus Meningkatnya kompetensi
dan profesionalisme Efektivitas pengembalian
pinjaman Pengembangan kerja
sama Kepuasan anggota
Loyalitas anggota
Terbangunnya kehandalan IT
Perspektif Keuangan
Perspektif Keanggotaan
Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Gambar 21. Peta Strategis Balanced Scorecard Swamitra KILAT
4.6. Perancangan Balanced Scorecard Swamitra KILAT
4.6.1. Penentuan Ukuran Pencapaian Sasaran Strategis
Sasaran strategis yang telah dirumuskan untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan melalui strategi yang telah dipilih perlu
ditetapkan ukuran pencapaiannya. Ada dua ukuran pencapaian untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis, yaitu :
a Ukuran hasil outcome measurement sebagai lag indicators b Ukuran pemacu kinerja performance driver sebagai lead
indicators.
a. Perspektif Keuangan
Ukuran hasil pencapaian sasaran strategis meningkatnya pendapatan secara berkesinambungan sustainable outstanding
financial returns ditunjukkan dengan ukuran EVA dan SHU. Penentuan EVA sebagai salah satu indikator karena EVA mampu
mengukur profitabilitas operasi sesungguhnya. Perbedaan utama antara metode EVA dengan ROE maupun ROA adalah EVA
memperhitungkan biaya modal. Ukuran ini dipacu oleh peningkatan SHU serta berkurangnya biaya hutang dan biaya
modal. Besarnya biaya modal mencerminkan tingkat pengembalian yang diharapkan oleh anggota koperasi sebagai pemilik dan Bank
Bukopin sebagai investor. Ukuran hasil berikutnya yang digunakan sebagai indikator
keberhasilan pencapaian sasaran strategis perolehan keuntungan berkelanjutan yaitu, SHU. Apabila Swamitra KILAT mampu
meningkatkan SHU yaitu tingkat keuntungan yang diperoleh, maka diharapkan mampu dalam menghasilkan financial return yang
meningkat pula secara berkelanjutan. Dengan demikian tujuan badan usaha koperasi yang selain memfokuskan kepentingan
anggota juga memperhatikan aspek ekonomis untuk keberlangsungan usaha simpan pinjam guna memenuhi
kepentingan anggota juga.
Ukuran hasil pencapaian sasaran strategis meningkatkan pendapatan adalah outstanding pinjaman PYD, dan Asset
Utilization Ratio AUR. Ukuran-ukuran ini dipacu oleh Dropping Pinjaman dan nilai aset. Pihak manajemen Swamitra KILAT
menetapkan ukuran tersebut karena dinilai cukup representatif dalam memantau kondisi keuangan perusahaan.
Pinjaman PYD merupakan sumber pendapatan potensial yang utama bagi Swamitra KILAT. Oleh karena itu, semakin tinggi
pinjaman yang diberikan, maka pendapatan yang akan diperoleh
meningkat. Sehingga ukuran hasil ini dipacu oleh ukuran kualitas pinjaman.
Aset dapat menggambarkan pola aktivitas Swamitra KILAT dalam pengalokasian dananya untuk menghasilkan pendapatan.
Pendapatan yang diperoleh yaitu pendapatan bunga, pendapatan operasional dan pendapatan operasional lainnya. Sehingga ukuran
AUR dipilih untuk melihat efektifitas penggunaan aset dalam menghasilkan pendapatan
. Ukuran hasil pencapaian sasaran stategis efisiensi biaya-biaya
ditunjukkan dengan ukuran Cost Efficiency Ratio CER. CER ditetapkan sebagai indikator hasil sasaran strategis ini karena
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan dana untuk menghasilkan pendapatan. CER diperoleh dari rasio antara biaya
dana dengan total pendapatan yang dihasilkan oleh mobilisasi dana tersebut. Dana yang dimaksud berupa dana simpanan nasabah
Swamitra, dana pinjaman dari Bank Bukopin, maupun dana pinjaman dari pihak ketiga. Nilai CER akan berpengaruh terhadap
pendapatan yang akan diperoleh Swamitra KILAT. Semakin rendah tingkat CER berarti Swamitra KILAT telah melakukan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya untuk meningkatkan pendapatan. Pendapatan yang tinggi dapat diperoleh jika Swamitra
KILAT dapat meningkatkan cost effectiveness proses yang digunakan untuk menyediakan produk dan jasa bagi anggota.
b. Perspektif Keanggotaan