Perkembangan Keuangan Pengukuran Kinerja Swamitra KILAT Saat Ini Performa Keuangan

Koperasi KILAT mengembangkan jaringan kerja sama dan kemitraan dengan pihak terkait dengan sebaik-baiknya. Baik dengan lembaga perbankan seperti Bank Bukopin, Bank BRI, Bank Mandiri dan Bank BCA. Serta kemitraan dengan Koperasi Sekunder Jabar, CV Harapan Jaya, CV Duta Kencana, dan PT WECO.

d. Perkembangan Keuangan

Perkembangan keuangan Koperasi KILAT, seperti asset terus mengalami peningkatan setiap tahun rata-rata 12 persen. Begitupula dengan modal kerja dari tahun 2004 hingga tahun 2006 meningkat sebesar 7 persen atau mencapai Rp 596.000.222,00. Seiring dengan perkembangan jumlah anggota dan kondisi perekonomian yang semakin membaik, sehingga pendapatan Koperasi KILAT bertambah jumlahnya dari tahun 2002 meningkat sebesar 10,8 persen. Pada akhir tahun 2006, tepatnya 26 Januari 2007 Koperasi KILAT berhasil membagikan SHU kepada para anggotanya sebesar Rp 227.101.916,00 kepada 115 anggota, meningkat sebesar 73 persen dari tahun 2002 yang senilai Rp 100.461.249,00. Total Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib yang terkumpul dari anggota sebesar Rp 18.800.000,00 dan Rp 89.220.000,00. Sedangkan untuk tahun 2006, total simpanan pokok menjadi sebesar Rp 18.200.000,00 dan simpanan wajib sebesar Rp 89.220.000,00. Omset penjualan dari penjualan, penyewaan alat-alat kerja instalatir dan material listrik untuk kepentingan anggota dan masyarakat. Sementara ini adalah sumber pendapatan utama bagi usaha koperasi. Sedangkan unit usaha simpan pinjam masih belum dapat berkontribusi banyak secara ekonomi.

4.2. Gambaran Kemitraan

Swamitra KILAT adalah nama kemitraan antara Bank Bukopin dengan Koperasi KILAT dalam hal memodernisasi usaha simpan pinjam dalam jangka waktu lima tahun dan dapat diperpanjang sampai waktu kesepakatan. Visi kemitraan ini adalah menjadi yang terdepan dalam pelayanan jasa simpan pinjam dan jasa keuangan lainnya kepada anggota. Visi ini dijabarkan dengan misi sebagai berikut : c. Berperan dalam pengembangan usaha kecil dan meningkatkan nilai tambah investasi anggota. d. Mendorong kapabilitas dan kesejahteraan karyawan. e. Volume pinjaman yang optimal dengan berprinsipkan soundable, profitable dan marketable. f. Kemandirian usaha melalui penguatan permodalan dan kelancaran solvabilitas usaha. Lambang Swamitra berwarna hijau yang memiliki nilai kemakmuran dan kesejahteraan. Logo Swamitra yang dapat terlihat pada Gambar 13, menandakan kemitraan yang memiliki prinsip saling memberi menerima, memperkuat dan membentuk sinergitas. Gambar 13. Logo Swamitra Pencapaian visi dan misi Swamitra membutuhkan sumber daya yang cakap, kompeten dan profesional. Oleh karena itu, Bank Bukopin selalu melakukan pembinaan, pelatihan, dan pendidikan kedinasan bagi karyawan Divisi UKKM yang membina langsung Swamitra. Karyawan Divisi UKKM Bank Bukopin Cabang Bogor terdiri dari satu Supervisi Pengelola Account atau yang lebih dikenal Coordinator Supervisi Account Officer-AO yang dibantu oleh tiga orang Supervisi AO UKKM Bank Bukopin yang bertanggung jawab terhadap kuantitas dan kualitas usaha bisnis mikro, pelaksanaan sistem dan prosedur bisnis mikro dan melaksanakan fungsi supervisi dan pembinaan. Selain itu, terdapat dua Pengawas Operasional Swamitra POS yang bertugas dan berfungsi dalam memonitor operasi Swamitra, mendukung jaringan pengelolaan transaksi dan pengolahan data USP Swamitra. Dengan jaringan on-line, Pengawas Operasional Swamitra POS dapat memonitor seluruh transaksi pada USP Swamitra yang berada dalam supervisinya. Sistem aplikasi komputerisasi Swamitra secara otomatis akan memberikan keterangan dan atau peringatan pada setiap transaksi yang dilakukan oleh Swamitra. Sistem tersebut dikenal dengan Swasys. Pengurus Swamitra sekurang-kurangnya berjumlah delapan orang yang merupakan pegawai koperasi, dengan uraian pekerjaan job description sebagai berikut: a. Satu orang Manajer Operasional 1. Bertanggung jawab terhadap jalannya Swamitra baik bisnis maupun operasi. 2. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sistem dan prosedur Swamitra. 3. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan fungsi supervisi dan pembinaan. b. Satu orang Koordinator Operasi 1. Mengkoordinir dan bertanggung jawab semua kegiatan bisnis Swamitra. 2. Pelaksanaan sistem dan prosedur pinjaman. 3. Melaksanakan fungsi supervisi dan pembinaan. c. Dua orang Pembina Pinjaman 1. Bertanggung jawab terhadap fungsi penghimpunan dan penyaluran dana. 2. Bertanggung jawab terhadap sistem dan prosedur pinjaman. 3. Bertanggung jawab terhadap fungsi supervisi dan pembinaan terhadap debitur. 4. Menyusun rencana kerja dan anggaran Swamitra. 5. Meningkatkan kinerja Swamitra dan memonitor kebenaran pelaporan portfolio dan kualitas debiturnya. 6. Counter part bagi kegiatan pengawasan. 7. Memonitor penggunaan kredit dan memeriksa kelengkapan administrasi pinjaman. d. Satu orang Credit Support 1. Melindungi dan mengamankan Swamitra atas kurangnya nilai agunan bila kredit macet. 2. Mengantisipasi dan mengamankan Swamitra atas tidak benar usaha debitur. 3. Menghindari Swamitra atas kemungkinan agunan kredit yang dokumennya cacat. 4. Memberikan informasi yang akurat tentang kondisi agunan untuk keperluan kredit . e. Satu orang Teller yaitu melaksanakan transaksi tunai dan slip pembukuan harian, mingguan, dan bulanan. f. Dua orang Internal Control 1. Mengendalikan Pelaksanaan Kontrol 2. Pelaksanaan Prosedur Kontrol 3. Melaksanakan Verifikasi Transaksi Pengadaan posisi Collector disesuaikan dengan kondisi Swamitra. Divisi Komersial meliputi posisi Manajer Operasional, AO Swamitra, dan Collector. Alur tanggung jawab pengelolaan Swamitra KILAT dan Swamitra pada umumnya terlihat pada Gambar 14. Gambar 14. Alur Tanggung Jawab Pengurus Swamitra Supervisi AO UKKM Bank Bukopin POS UKKM Bank Bukopin Manajer Collector AO Kord. operasi Internal Control Teller CS Pincab Bank Bukopin Koperasi KILAT Swamitra memiliki standar mengenai produk simpanan, produk pinjaman, jasa pelayanan, dan gedung kantor. Adapun standar mengenai gedung Swamitra sebagai berikut : a. Ukuran Luas gedung Swamitra dengan asumsi jumlah karyawan minimal 8 orang. Maka memerlukan ruang berukuran minimal 25 m 2 . Pada bagian ruangan yang langsung menjadi tempat pelayanan anggota, minimal ruangan harus 16 m 2 . Jika kantor Swamitra bertingkat, maka pada bagian ruangan yang langsung menjadi tempat pelayanan anggota, minimal luas ruangan harus mencapai 16 m 2 . b. Tampak Depan Desain tampak depan Swamitra pada umumnya telah distandarkan. Seluruh Swamitra diharuskan memenuhi ciri-ciri sebagai berikut : 1 Tampak depan didesain sedemikian rupa sehingga mudah dikenali sebagai kantor Swamitra, dengan mengedepankan warna khas Swamitra sebagai colour image Hijau – Biru – Kuning sesuai warna identitas Swamitra saat ini. 2 Bentuk papan reklame billboard akan ditetapkan dalam aturan tersendiri, dengan ciri-ciri umum : a Papan nama Swamitra yang melekat pada gedung kantor, berbentuk persegi panjang, dengan warna dan desain mengikuti identitas Swamitra saat ini. Ukuran disesuaikan dengan tampak muka gedung kantor, dan diberi lampu penerang spotlight. b Bilboard luar gedung berbentuk empat persegi panjang, dengan kedua sisi bertuliskan Swamitra. Pada pojok kanan bergambar lambang Bank Bukopin sedangkan pojok sebelah kiri lambang koperasi, dengan warna dan lambang mengikuti identitas Swamitra saat ini.

4.2.1. Peranan Koperasi dan Bank Bukopin dalam Swamitra KILAT

Bank Bukopin dan Koperasi memiliki peranan yang sesuai dengan tanggung jawab serta wewenang masing-masing dalam kemitraan ini. Peran Bank Bukopin dan Koperasi KILAT dalam Swamitra KILAT, dijabarkan sesuai dengan Pola Perjanjian Kerja Sama, yaitu PKS Investor. a. Peran Bank Bukopin adalah sebagai berikut : 1. Melakukan alih kerja sama dan alih pengetahuan dalam pengelolaan Swamitra. 2. Menyediakan sistem dan prosedur operasional Swamitra. Sistem yang dipakai saat ini adalah swasys yaitu sistem aplikasi yang mengolah dan mendukung transaksi laporan keuangan di seluruh Swmitra dengan pengelolaan terpusat dan bersifat real time online system. Prosedur operaional yang menjadi acuan dalam Swamitra adalah Pedoman Kerja Operasional yang disusun bersama Koperasi KILAT untuk mengatur hubungan antar personil dalam struktur operasional Swamitra sekaligus memberikan pendeskripsian tugas dan wewenang setiap personil sesuai dengan buku pedoman SDM. 3. Menyelenggarakan rekrutmen dan penerimaan karyawan Swamitra. Pengadaan program-program pendidikan dan pelatihan rutin bagi calon tenaga kerja untuk meningkatkan kualitas SDM Swamitra. Selain itu, Bank Bukopin memiliki andil dalam menetapkan penggajian dan pemberhentian karyawan melalui mekanisme penilaian kinerja pada setiap akhir bulan. 4. Menyediakan kredit kepada koperasi untuk pengelolaan Swamitra, baik berupa Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi untuk memantau pengadaan sarana dan prasarana dalam Swamitra. 5. Melakukan monitoring dan supervisi kegiatan operasional Swamitra secara periodik untuk dilaporkan kepada koperasi. b. Peranan dari Koperasi KILAT adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan Swamitra baik yang telah ada maupun yang akan dibutuhkan seperti ruangan kantor, listrik, dan telepon. 2. Menyediakan Modal Disetor sebesar Rp 100.000.000,00 ditambah Modal Kerja minimal Rp 250.000.000,00. Selain itu pada saat awal pendirian membayar jasa kemitraan sebesar Rp 15.000.000,00. Setiap tahunnya, Koperasi KILAT wajib menyetorkan modal tambahan sebesar 10 persen dari total pinjaman yang disalurkan Swamitra KILAT. 3. Memberikan rekomendasi anggota yang akan mengajukan kredit dengan bertindak sebagai salah satu anggota dalam Komite Pinjaman. 4. Melakukan pembinaan kepada anggota dan calon anggota serta koperasi lainnya yang menggunakan jasa Swamitra. 5. membantu kelancaran kegiatan usaha dan operasional Swamitra dengan memberikan izin dan kewenangan kepada Swamitra untuk menggunakan sarana koperasi seperti perizinan goodwill, relasi, dan langganan, NPWP, kop surat, stempel dan sebagainya.

4.3. Pengukuran Kinerja Swamitra KILAT Saat Ini

Pengukuran kinerja Swamitra KILAT dilakukan oleh Group of Line Business UKKM Bank Bukopin untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan Swamitra KILAT dalam pencapaian target dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya guna memberikan masukan untuk meningkatkan kinerja. Sistem pengukuran meliputi Performa Keuangan, Performa Pemasaran, dan Performa Kinerja Pengurus.

a. Performa Keuangan

Pengurus Swamitra KILAT yang juga merupakan karyawan Unit Usaha Koperasi KILAT harus melaporkan perkembangan kondisi keuangan kepada Supervisi Swamitra KILAT yang meliputi : a. Funding Laporan funding menggambarkan perkembangan total nilai Simpanan Swamitra dan Simpanan Berjangka Swamitra dan jumlah deposan. Sampai akhir Bulan Desember 2006 total simpanan berjumlah Rp 1.789.295.651,73. Sebesar 78,57 persen dari total simpanan, berasal dari Simpanan Berjangka Swamitra deposito sebesar Rp 1.406.000.000,00. Nilai komposisi simpanan melebihi batas yang dianjurkan yaitu 40 persen. Hal ini dikarenakan deposito merupakan sumber dana yang memiliki harga tinggi karena biaya bunga yang harus dibayarkan tinggi. Total anggota yang menyimpan dananya sebanyak 532 orang. Sebanyak 521 anggota adalah nasabah Simpanan Swamitra dan sebanyak 11 anggota adalah nasabah deposito. Anggota atau nasabah terdiri dari anggota dan calon anggota Koperasi KILAT dan juga masyarakat umum yang hanya menggunakan jasa Swamitra KILAT. Namun, laporan ini tidak dapat menjelaskan jumlah anggota yang gugur dan menutup rekeningnya. Selain itu tidak menjelaskan komposisi saldo anggota. Informasi keduanya diperlukan untuk tindakan perbaikan. Perkembangan Simpanan Swamitra dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Komposisi Simpanan Swamitra KILAT Tahun 2006 b. Lending Laporan yang memaparkan total oustanding pinjaman atau pinjaman yang diberikan PYD dan jumlah debitur. Total debitur pada bulan Desember 2006 sebanyak 288 yang masih outstanding atau berada di tangan peminjam dengan total baki debet sebesar Rp 522.792.412,9. Semenjak bulan Juli sampai Desember 2006 PYD terus mengalami penurunan sebesar 75 persen, dapat terlihat pada Gambar 16 perkembangan PYD Tahun 2006. 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 Rp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan ke Deposito Tabungan Gambar 16. Perkembangan PYD Tahun 2006 c. Laporan Rugi Laba Laporan Rugi Laba memberikan informasi mengenai sumber pendapatan dan pengeluaran dana. Pada tahun 2006, pendapatan yang diterima lebih besar dari beban biaya yang dikeluarkan. Sehingga Swamitra KILAT memperoleh laba bersih atau SHU sebesar Rp. 116.901.573,21. Apabila dibandingkan dengan perolehan SHU tahun 2005 yang masih minus sebesar Rp 35.573.567,67. Maka peningkatan perolehan keuntungan Swamitra cukup signifikan yaitu sebesar 426,23 persen. Keterangan lebih lengkap pada Lampiran 6. d. Neraca Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi asset, liability, dan equity pada saat tertentu yang menggambarkan cara perusahaan menggunakan aktiva dalam memperoleh pendapatan dan beberapa variabel kunci yang dapat dikombinasikan dengan informasi lain untuk menentukan efisiensi perusahaan, dapat terlihat pada Lampiran 7. Sisi aktiva dalam neraca suatu lembaga keuangan menggambarkan pola pengalokasian dana. Penempatan dan Swamitra KILAT menggunakan pool of funds approach, yaitu alokasi dana dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana seperti sifat, jangka waktu, dan tingkat harga perolehannya. Giro pada Bank Bukopin ini juga menghasilkan pendapatan bunga. 500.000.000 1.000.000.000 1.500.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000 Rp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan ke Seperti halnya pada lembaga keuangan lainnya dan perbankan, Swamitra KILAT memiliki prioritas utama dalam penempatan dana untuk menjaga likuiditas dengan pembentukan primary reserve, berupa kas dan rekening giro pada Bank Bukopin yang besarnya Rp 1.689.911.820,30. Alokasi dalam bentuk aktiva yang memberikan hasil income lainnya yaitu loan atau PYD berupa bunga pinjaman. Pinjaman yang diberikan PYD atau outstanding pinjaman merupakan sumber pendapatan utama bagi Swamitra KILAT. Nilai pinjaman sebesar Rp 522.792.412,91 belum dapat memenuhi target yang ingin dicapai sebesar Rp 1.000.000.000,00 Aset Swamitra KILAT mengalami yang nilainya setiap bulan mengalami peningkatan. Hal ini berarti bahwa telah terjadi pertumbuhan usaha di Unit Simpan Pinjam Koperasi KILAT Swamitra. Sebab semakin besar aset yang dimiliki oleh Swamitra KILAT sebesar Rp 2.205.133.490,35 maka akan meningkatkan kemampuan Swamitra KILAT dalam memperoleh pendapatan. Total Aset merupakan salah satu indikator pertumbuhan USP Koperasi berdasarkan KepMen No. 351KEPMXII1998. Sisa Hasil Usaha menunjukkan bahwa mobilisasi dana pada Usaha Simpan Pinjam di Swamitra telah berjalan baik, hal ini terlihat pada tahun ke dua telah menghasilkan SHU yang positif sebesar Rp 116.901.573,21 dibandingkan dengan tahun pertama pendiriannya yang masih dalam kondisi merugi dan belum Break Even Point. Kemudian pos dalam neraca dimasukkan ke dalam unsur penting yang menyangkut likuiditas. Kondisi keuangan tidak baik karena Kewajiban pihak ketiga lebih besar yaitu Rp 2.050.295.651,73, dibandingkan dengan cadangan dan modal hanya sebesar Rp 1.919.751.363,46 Tabel 8. Sehingga likuiditas Swamitra akan terganggu jika terjadi penarikan dana dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang bersamaan pencairan pinjaman anggota. Selain itu, semakin besar nilai CPP Cadangan Penghapusan Piutang sebesar Rp 51.214.000,00 dapat mengurangi pendapatan yang akan diterima. Tabel 8. Laporan Likuiditas Swamitra KILAT per Desember 2006 KETERANGAN NOMINAL Rp. CPP Swamitra 51.214.000,00 Modal Disetor 61.670.000,00 Kas 195.250,00 Giro 1.689.911.820,30 SHU tahun lalu 35.573.567,67 SHU tahun berjalan 101.119.860,83 Posisi Cadangan dan Modal 1.919.751.363,46 Simpanan 383.295.651,73 Simpanan Berjangka 1.406.000.000,00 MTT BUKOPIN 261.000.000,00 Kewajiban Pihak Ketiga 2.050.295.651,73 d. Laporan BDR menunjukkan tingkat kolektibilitas dari pinjaman yang diberikan. BDR secara keseluruhan sebesar 4,16 persen dengan total pinjaman yang diberikan Rp. 522.792.412,91. Besarnya jumlah peminjam yang tergolong kredit macet coll 4 dan kredit diragukan dapat mempengaruhi besarnya BDR. Semakin besar nilai BDR maka kondisi pinjaman dalam menghasilkan pendapatan akan semakin buruk. Tabel 9. Tingkat BDR Swamitra KILAT per Desember 2006 Baki Debet Coll Tunggakan Bunga Debitur BDR 497.470.218,12 1 56.499.210,26 277 0,00 7.127.874,00 2 603.459,00 5 0,68 0,00 3 0,00 0,00 18.194.320,79 4 205.046,00 6 3,48 Kolektibilitas adalah kondisi pembayaran pokok atau angsuran pokok dan bunga pinjaman oleh peminjam, serta tingkat kemungkin diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva produktif. Agar mengurangi penurunan kualitas pinjaman, maka prosedur pinjama harus memperhatikan 5 C, yaitu Character, Capital, Capacity, Condition, dan Collateral. 2 Performa Pemasaran Kegiatan Evaluasi terhadap kegiatan pemasaran dilakukan secara deskriptif, belum terdapat tolak ukur yang jelas mengenai besaran yang tetap seperti biaya, mutu dan waktu. 3 Performa Kinerja Pengurus Penilaian kinerja oleh UKKM Bank Bukopin terhadap para pegawai Swamitra memiliki aspek-aspek sendiri yang dianggap penting sebagai suatu patokan dalam proses penilaiannya. Aspek-aspek tersebut mewakili setiap kemampuan yang harus dimiliki oleh masing-masing pegawai atau pengurus. Aspek tersebut juga menggambarkan prestasi kerja maupun kemampuan, kecakapan dan keterampilan kerja para pengurus. Aspek yang dinilai di dalam penilaian kinerja pengurus di Swamitra KILAT berdasarkan pada DP3 Daftar Penilaian dan Pelaksanaan Kerja. Secara garis besar terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek hasil kerja kuantitatif berupa progress improvement, dan aspek kualitatif meliputi penilaian kualitas hasil dari pelaksanaan tugas. Aspek kedua yaitu sifat-sifat pribadi memiliki tingkat kepentingan sebesar 30 persen. Aspek terakhir yaitu proses pada saat pelaksanaan tugas. Unsur-unsur yang merupakan titik perhatian utama dalam penilaian hasil kinerja pengurus adalah : 1. Hasil Kerja, baik berupa kualitatif maupun kuantitatif dengan bobot 50 2. Sifat-sifat pribadi dengan bobot 30, berupa : a. Rasa Tanggung Jawab d. Loyalitas atau Dedikasi b. Penampilan e. Sopan Santun c. Kejujuran 3. Pelaksanaan Tugas dengan bobot 20, berupa a. Kemampuan Kerjasama b. Pengetahuan tentang Pekerjaan c. Kehadiran d. Kemauan Bekerja e. Inisiatif f. Ketekunan dan Kerapihan Terdapat dua divisi dalam struktur organisasi Swamitra, yaitu Divisi Operasional dan Divisi Komersial. Divisi Operasional terdapat posisi Credit Support, Teller, Internal Control dan Koordinator Operasional. Sedangkan Divisi Komersial terdapat posisi Account Officer dan Manajer Operasonal Swamitra. Setiap divisi memiliki penjabaran aspek penilaian yang berbeda, Divisi Operasional lebih menekankan kualitas proses tugas berupa kecepatan maupun ketepatan pelaksanan tugas, yang berorientasi pemenuhan kepentingan anggota. Sedangkan Divisi Komersial lebih menekankan progress imporevement berupa jumlah anggota dan nominal tertentu. Secara keseluruhan, nilai gabungan pengurus Swamitra sebesar 3,01. Nilai ini berada pada selang 2,50-3,49. Artinya bahwa prestasi atau pencapaian kinerja dari pengurus Swamitra KILAT dinilai cukup baik. Rata-rata nilai prestasi kerja pengurus dalam aspek kuantitatif memiliki nilai yang cukup karena belum dapat mencapai target yang diharapkan. Sehingga sebaiknya pihak manajemen dapat menentukkan kebutuhan pelatihan bagi pengurus untuk mengembangkan kecapakan kerja para pengurus.

4.4. Perkembangan Swamitra KILAT

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PT. BANK RAKYAT INDONESIA TBK Studi Kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Pasar Minggu

5 22 148

PENILAIAN KINERJA UNIT USAHA SYARIAH PADA BANK KONVENSIONAL DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD Penilaian Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank Konvensional Dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Pt Bank Central Asia).

0 2 16

PENILAIAN KINERJA UNIT USAHA SYARIAH PADA BANK KONVENSIONAL DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD (STUDI KASUS PADA PT Penilaian Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank Konvensional Dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Pt Bank Central Asia)

0 1 12

ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD Analisis Kinerja Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Dengan Prespektif Balanced Scorecard (Studi Pada Bank Mandiri Dan Bank Syariah Mandiri.

0 1 15

ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD Analisis Kinerja Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Dengan Prespektif Balanced Scorecard (Studi Pada Bank Mandiri Dan Bank Syariah Mandiri.

0 4 15

KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Negeri (KPN) JUJUR Andong Kabupaten Boyolali).

0 1 9

KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Negeri (KPN) JUJUR Andong Kabupaten Boyolali).

0 3 111

ENVIRONMENTAL BALANCED SCORECARD DAN ETI

0 1 16

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SUCOFINDO PALEMBANG -

3 10 92

Analisis kinerja perusahaan berdasarkan metode balanced scorecard : studi kasus pada Koperasi Susu Warga Mulya DIY pada tahun 2006-2010 - USD Repository

0 0 183