Matriks Internal-Eksternal Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

4. Mengalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk menentukkan nilai skor. 5. Menjumlahkan skor setiap variabel untuk menentukan skor total bagi organisasi yang dinilai. Rata-rata dari analisis ini berjumlah 2.5. Apabila nilainya berada di bawah 2.5, maka Swamitra KILAT secara internal dalam keadaan lemah, atau secara eksternal dalam keadaan ancaman. Begitupula kebalikannya, skor total 4.0 mengindikasikan bahwa Swamitra KILAT mampu menggunakan kekuatan internalnya untuk menghadapi permasalahan yang ada atau dapat secara luar biasa menangkap peluang. Sebaliknya jika skor total bernilai 1.0. Maka menandakan Swamitra KILAT tidak mampu menghadapi ancaman dan memiliki sejumlah kelemahan.

3.5.2. Matriks Internal-Eksternal

Matriks IE terdiri dari sembilan sel yang merupakan pemetaan skor total dari matriks IFE dan matriks EFE yang bertujuan untuk melihat posisi Swamitra KILAT dan untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan. Ilustrasi matriks IE dapat dilihat pada Gambar 11. SKOR TOTAL IFE Kuat Rata-rata Lemah 4,00 3,00 2,00 1,00 Growth and Build I Growth and Build II Hold and Maintain III Growth and Build IV Hold and Maintain V Harvest and Diverst VI Hold and Maintain VII Harvest and Diverst VIII Harvest and Diverst IX Gambar 11. Model Matrik IE Sumber : David, 2006 S K O R T O T A L E F E Skor total dari matriks IFE ditunjukkan pada sumbu horizontal X dan skor total dari matriks EFE ditunjukkan pada sumbu vertikal Y. Pada sumbu X matriks IE, skor total IFE yang diberi bobot 1.0- 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah, skor 2.0-2.99 adalah sedang dan skor 3.0-4.0 adalah tinggi. Matriks IE terbagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategi yang berbeda. Bagian pertama yang terdiri dari sel I, II, IV dapat disebut posisi tumbuh dan bina growth and build. Strategi yang disarankan yaitu strategi intensif berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau strategi integratif meliputi integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Bagian kedua terdiri dari sel II, V, VII merupakan posisi pertahankan dan pelihara hold and maintain. Strategi terbaik pada posisi ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Bagian ketiga terdiri dari sel VI, VIII, IX dapat menggunakan strategi panen dan divestasi harvest and divest.

3.5.3. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

Strategi yang telah ditetapkan dijabarkan ke dalam empat perspektif Balanced Scorecard untuk menetapkan sasaran strategis, ukuran dan inisiatif strategis berdasarkan masing-masing perspektif dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan Swamitra KILAT. Model penjabaran seperti terlihat pada Tabel 4. Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu ditentukan bobot atau tingkat kepentingan organisasi terhadap masing-masing perspektif Balanced Scorecard, sasaran strategis, dan ukuran strategisnya. Penentuan nilai bobot kepentingan dari tiap perspektif beserta sasaran strategis dan ukuran hasil utamanya diberikan agar dapat dibandingkan dengan tingkat kepentingannya satu sama lain dengan metode pairwased comparison. Tabel 4. Penjabaran Ukuran Strategis ke dalam Balanced Scorecard Ukuran Srategis Sasaran Strategi Hasil Lag indicator Pemicu kerja Lead indicator Inisiatif Strategis Perspektif keuangan Perspektif keanggotaan Perspektif proses bisnis internal Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Total Sumber : Kaplan dan Norton, 1996 Langkah-langkah dalam pemberian bobot bagi masing-masing perspektif, sasaran, dan ukuran hasil utama adalah: 1. Melakukan perbandingan antar suatu elemen perspektif, sasaran strategis, atau ukuran hasil dengan elemen lainnya yang disajikan dalam bentuk tabulasi Tabel 5. Perbandingan dilakukan dengan diberikan nilai pada skala 1 sampai 5. Nilai 1 berarti suatu elemen dianggap tidak penting dibandingkan dengan elemen yang menjadi perbandingannya. Nilai 2 berarti suatu elemen dianggap kurang penting jika dibandingkan dengan elemen pembandingnya. Nilai 3 berarti kedua elemen memiliki tingkat kepentingan yang sama. Nilai 4 berarti suatu elemen dianggap lebih penting dibandingkan elemen pembandingnya. Sedangkan nilai 5 berarti suatu elemen sangat penting dibandingkan dengan elemen nilai yang telah dipertimbangkan kemudian diisikan pada sel A ij . Perbandingan antara kedua unsur elemen yang sama tidak diberi nilai untuk sasaran yang hanya memiliki suatu ukuran, maka bobot dari ukuran tersebut disamakan dengan bobot dari sasarannya. 2. Memberikan nilai kebalikan dari perbandingan pada langkah satu untuk mengisi sel A ji misalnya nilai 2 untuk kebalikan dari nilai 4. 3. Menjumlahkan masing-masing nilai unsur elemen tiap baris dan tiap kolom, kemudian menjumlahkan hasilnya. 4. Melakukan penghitungan bobot untuk masing-masing elemen dengan cara membandingkan total nilai masing-masing elemen dengan jumlah total nilai, kemudian dikalikan dengan persen. Perhitungan nilai bobot dalam elemen Balanced Scorecard: Bobot Ai = O Ai O Aij x 100 ..................... 4 Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan PerspektifSasaran StrategisUkuran Hasil A1 A2 A3 ..... Aj Σ Bobot A1 A12 A13 A1j A2 A21 A23 A2j A3 A31 A32 A3j ... A Ai1 Ai2 Ai3 Aij Proses perancangan suatu penilaian kinerja berdasarkan konsep Balanced Scorecard diperlukan suatu kejelasan dalam upaya mewujudkan visi, misi, dan strategi ke dalam tujuan-tujuan strategis dan pengukuran kritis critical measurement. Mengacu pendapat Yuwono et al 2002 dan Mulyadi 2002, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghasilkan suatu rancangan sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan Balanced Scorecard adalah sebagai berikut : 1 Peta Strategi Strategy Map atau Peta Strategi merupakan visualisasi dari alur sistemasi dan pola pikir Balanced Scorecard yang dapat menunjukkann hubungan sebab akibat dari sasaran-sasaran strategis dalam setiap perspektif Balanced Scorecard Norton, 1996 b . Penentuan perspektif disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan dari perusahaan tersebut. Pada umumnya terdapat empat perspektif yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran Niven, 2002. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya tambahan perspektif ataupun perubahan nama dari perspektif. Pada badan usaha berbentuk koperasi perspektif pelanggan diperluas menjadi perspektif keanggotaan karena perbedaan karakteristik koperasi dari badan usaha lain yaitu adanya identitas ganda dari anggota the dual identity of the member, yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi user own oriented Mutasowiffin, 2002. Proses pemetaan dimulai dengan menterjemahkan visi dan misi perusahaan yang didasari koridor strategi perusahaan ke dalam bentuk sasaran-sasaran strategis dari keempat perspektif keuangan, keanggotaan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan dan pembelajaran. Perumusan strategi secara penuh dan menjadi kewenangan yang dilakukan oleh seluruh pihak manajemen. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias hasil penelitian akibat interfensi pihak luar dalam penentuan sasaran strategis perusahaan. 2 Menentukan tolok pencapaian ukur sasaran strategis di empat perspektif Balanced Scorecard Setelah sasaran strategis ditentukan, selanjutnya ditentukan juga ukuran pencapaiannya. Terdapat dua ukuran yang perlu ditentukan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis, yakni ukuran hasil lag indicator dan ukuran pemicu kinerja lead indicator. Ukuran hasil menunjukkan keberhasilan pencapaian sasaran strategis yang diukur dengan menggunakan ukuran tertentu Ukuran pemacu kinerja dapat disebut sebagai ukuran yang menyebabkan hasil tercapai. 1. Perspektif Keuangan Terdapat tiga tema keuangan yang mendorong penetapan strategis bisnis, yaitu bauran dan pertumbuhan pendapatan yang umumnya menggunakan ukuran tingkat pertumbuhan penjualan atau pada lembaga keuangan pinjaman yang diberikan PYD, pemanfaatan aktiva, dan pangsa pasar. Kedua, yaitu usaha penghematan biaya dan peningkatan prduktivitas dapat diukur dengan efisiensi biaya CER, penurunan biaya, dan lain sebagainya. Tema ketiga yaitu pengembalian investasi dapat menggunakan ukuran ROI, ROCE, ROE, ROA, dan EVA. Proses mendapatkan nilai EVA berbeda dengan mendapatkan nilai rasio keuangan. Proses menghitung EVA ada beberapa tahapan. EVA dihitung setelah semua komponen pembentuknya diketahui selanjutnya dimasukkan ke dalam rumus perhitungan EVA Tabel 6 Tabel 6. Langkah langkah perhitungan EVA ÿÿrsTahapan Perhitungan Sumber 1. NOPAT NOPAT = Laba Bersih+Biaya bunga Laba Rugi 2. Kd Kd = Biaya Bunga Hutang Kd = Kd 1-T Laba Rugi Neraca 3. Ke Ke = Dividen + Growth Harga saham Diketahui 4. Stuktur Modal Wd = Hutang Asset We = Ekuitas Asset Neraca 5. WACC WACC=[KdxWd+Ke+We] Diketahui 6. IC IC= asset-non Interest bearing liabilities Neraca 7. COC COC=WACC x IC Diketahui 8. EVA EVA= NOPAT-COC Diketahui Perhitungan Net Operating Profit After Tax NOPAT digunakan pendekatan keuangan di mana laba bersih atau net income dijumlahkan dengan interest bunga bersih. Pada perhitungan NOPAT ini diasumsikan telah dilakukan penyesuaian-penyesuaian dengan merubahkan periodik ekivalen ekuitas pada laba tersebut Biaya hutang Kd dihitung dengan membagi antara biaya bunga yang terjadi pada tahun tersebut dengan total hutang. Pajak atas biaya modal yang pada penelitian ini dinotasikan dengan Kd adalah berdasarkan peraturan kebijaksanaan yang diterapkan masing-masing perusahaan. Besar pajak yang dikenakan tercantum secara implisit dalam perhitungan laba bersih setelah pajak yang terdapat dalam laporan keuangan atau prospektus tahunan dimana tarif yang dikenakan berbeda untuk tiap perusahan Pada penelitian ini untuk menghitung biaya ekuitas Ke digunakan pendekatan discounted cashflow model. Model ini melihat ke sebagai nilai SHU yang dibagikan ditambah dengan persentase pertumbuhan dari asset. Struktur modal perusahaan merupakan persentase yang seimbang dari tiap-tiap komponen hutang dan modal yang dimiliki perusahaan. Persentase komponen hutang dilambangkan dengan Wd sedangkan persentase komponen modal yaitu We. Perhitungan WACC dengan menggunakan pejumlahan hasil kali antara bobot tertimbang atas komponen hutang dan komponen modal ekuitas perusahaan dari seluruh stuktur modal perusahaan dengan presentase masing-masing biaya hutang dan biaya ekuitas. Invested Capital IC merupakan modal perusahaan hutang dan ekuitas dalam mengelola usahanya, dikurangi dengan non interist bearing liabilities. Perhitungan biaya modal merupakan perkalian antara rata-rata pertimbangan dengan modal yang diinvestasikan. Economic Value Added EVA dihitung setelah semua komponen pembentuk EVA, yaitu NOPAT Net Operating Profit After Tax dan COC Cost of Capital diketahui. Selanjutnya dimasukkan ke dalam Rumus perhitungan EVA, yaitu dengan mengurangi antara NOPAT dengan COC . 2. Perspektif Keanggotaan Pada perspektif keanggotaan pelanggan pada umumnya terdapat ukuran market share, costomer retention, customer acquisition dan customer satisfation, dan profitabilitas pelanggan. Customer satisfaction berupa indeks kepuasan anggota yang diperoleh melalui survei dan wawancara. Sehingga pihak manajemen dapat mengetahui secara langsung persepsi anggota terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Menurut Mc Neal dan Lamb 1992 dan Cronin J dan Steven Taylor dalam Tjiptono 2002, survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan directly reported satisfaction yaitu menanyakan langsung tingkat kepuasan pelanggan terhadap atribut-atribut pelayanan. Pihak manajemen berkeinginan untuk memisahkan indeks kepuasan anggota peminjam dengan anggota penyimpan, untuk memperoleh informasi yang lebih detail mengenai kepuasan anggota terhadap kualitas pelayanan. Mengacu pada pendapat Gronross 2000 dalam Tjiptono 2004 yang mengatakan bahwa dimensi kualitas jasa terdiri dari outcome-rate technical quality, process-recated functional quality dan image- related . Ketiga dimensi ini kemudian dijabarkan ke dalam tujuh kriteria penilaian kualitas jasa, yaitu: 1 professionalism dan skill, 2 reputation dan credibility, 3 attitudes dan behavior , 4 accessibility dan flexibility, 5 reliability dan trustworthiness , 6 service recovery, dan 7 serviscape. Swamitra KILAT belum memiliki pedoman pelayanan seperti pada bank ataupun lembaga keuangan lainnya. Oleh karena itu, atribut indikator kepuasan pelayanan diperoleh dari penelusuran berbagai sumber seperti skripsi, tesis dan jurnal yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan jasa, dapat terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Atribut Indikator Kepuasan Pelayanan Swamitra KILAT No. Kriteria Atribut Indikator Kepuasan Pelayanan Deskripsi 1. Professional- ism dan Skill 1. Pengetahuan dan keterampilan petugas. Pelanggan menganggap bahwa penyedia jasa, para karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisiknya memiliki kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan secara profesional. 2. Reputation dan Credibility 1. Kredibilitas dan kepercayaan. Pelanggan meyakini bahwa bisnis penyedia jasa dapat dipercaya, memberikan value for money yang selayaknya, dan mencerminkan kinerja dan nilai positif. 3. Attitudes dan Behavior 1. Keakraban, keramahan, dan kesungguhan. Pelanggan merasa bahwa para karyawan kontrak memperhatikan mereka dan berusaha membantu memecahkan masalah pelanggan secara spontan dan senang hati. 4. Accessibility dan Flexibility 1. Lokasi strategis. 2. Kemudahan prosedur dan persyaratan. 3. Jam Operasional. 4. Penawaran suku bunga. Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan, dan sistem operasionalnya dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat mengaksesnya dengan mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat bersifat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan. 5. Reliability dan Trustworthin- ess 1. Realisasi. 2. Kecepatan dan ketepatan. Pelanggan meyakini bahwa apapun yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa, karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji- janjinya dan bertindak demi kepentingan pelanggan. 6. Service Recovery 1. Kemampuan dan kesigapan. Pelanggan meyakini bahwa bila ada kesalahan atau bila terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, penyedia jasa akan segera dan secara aktif mengambil tindakan untuk mengendalikan solusi yang tepat. 7. Serviscape 1. Penampilan kantor. 2. Kebersihan dan kenyamanan. 3. Fasilitas pendukung, Pelanggan merasa bahwa kondisi fisik dan aspek lingkungan service encounter lainnya mendukung pengalaman positif atas proses jasa. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Untuk mengetahui ukuran yang tepat dalam perspektif proses bisnis internal harus diketahui terlebih dahulu proses mana yang paling kritikal dalam tema strategis perusahaan. Rantai nilai proses bisnis internal terdiri dari tiga proses bisnis utama yaitu proses inovasi, proses operasi, dan proses layanan purna jual. Komponen pengukuran dapat menggunakan dimensi biaya, mutu, dan waktu. 4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran terdapat tiga ukuran utama yaitu kepuasan pekerja, retensi pekerja, dan produktivitas pekerja. Ukuran kepuasan pekerja dapat diperoleh melalui survei. Faktor yang dapat dijadikan dasar untuk melihat kepuasan pekerja yaitu hasil penelitian mengenai Job Descriptive Index JDI yang dikenal sebagai The Cornell Studies of Satisfaction . Untuk suvei kepuasan pekerja dapat menggunakan alat analisis deskriptif mean. Mean adalah rata-rata dari observasi suatu variabel dan merupakan jumlah semua observasi dibagi jumlah observasi. Mean dapat dirumsukan sebagai berikut : n x x Σ = ................................................. 5 Keterangan : x = mean atau rata-rata Σx = jumlah data semua responden n = jumlah responden 3 Menentukan target Penetapan target sangat penting bagi manajemen dalam mengkomunikasikan apa yang diinginkannya kepada karyawan. Target memberi andil terhadap perbaikan kinerja pengurus dengan menyediakan suatu tantangan bagaimana mereka dapat menginterpretasikan umpan balik atas kinerja aktual karyawan atau pengurus. Oleh karenanya target kinerja didesain dan ditetapkan untuk menjangkau dan organisasi agar mencapai tujuan-tujuan strategisnya. 4 Menentukan inisiatif strategis Inisiatif strategi adalah tindakan yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah ditentukan. Apabila target-target kinerja pada setiap perspektif yang telah ditetapkan, pihak manajemen perlu menilai apakah inisiatif yang ada akan mampu mencapai target atau apakah inisiatif program baru untuk peningkatan kinerja perlu ditetapkan. Langkah selanjutnya adalah menghitung skor kinerja yang dihasilkan dari masing-masing ukuran hasil. Skor kinerja diperoleh dengan mengalikan tingkat pencapaian dengan bobot yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran skor untuk masing-masing perspektif kemudian dijumlahkan. Menurut Salterio dalam Puspita 2007, hasil pengukuran skor total kemudian dibandingkan dengan skala 100, skala tersebut menunjukkan kinerja dari organisasi yang diteliti. Dengan hasil skala sebagai berikut : 50 100

3.5.4. Teknik Rentang Kriteria

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN BALANCED SCORECARD TERHADAP KINERJA MANAJEMEN PT. BANK RAKYAT INDONESIA TBK Studi Kasus pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Pasar Minggu

5 22 148

PENILAIAN KINERJA UNIT USAHA SYARIAH PADA BANK KONVENSIONAL DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD Penilaian Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank Konvensional Dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Pt Bank Central Asia).

0 2 16

PENILAIAN KINERJA UNIT USAHA SYARIAH PADA BANK KONVENSIONAL DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD (STUDI KASUS PADA PT Penilaian Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank Konvensional Dengan Perspektif Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Pt Bank Central Asia)

0 1 12

ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD Analisis Kinerja Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Dengan Prespektif Balanced Scorecard (Studi Pada Bank Mandiri Dan Bank Syariah Mandiri.

0 1 15

ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DENGAN PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD Analisis Kinerja Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Dengan Prespektif Balanced Scorecard (Studi Pada Bank Mandiri Dan Bank Syariah Mandiri.

0 4 15

KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Negeri (KPN) JUJUR Andong Kabupaten Boyolali).

0 1 9

KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI KEMUNGKINAN PENERAPAN BALANCED SCORECARD DALAM MENGEVALUASI KINERJA KOPERASI (Studi Kasus Pada Koperasi Pegawai Negeri (KPN) JUJUR Andong Kabupaten Boyolali).

0 3 111

ENVIRONMENTAL BALANCED SCORECARD DAN ETI

0 1 16

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN BALANCED SCORECARD PADA KOPERASI SUCOFINDO PALEMBANG -

3 10 92

Analisis kinerja perusahaan berdasarkan metode balanced scorecard : studi kasus pada Koperasi Susu Warga Mulya DIY pada tahun 2006-2010 - USD Repository

0 0 183