Kota Bogor sendiri terdapat enam Swamitra yang beroperasi, salah satunya adalah Swamitra KILAT. Swamitra KILAT merupakan kemitraan
strategis antara Bank Bukopin dengan Koperasi Warga Instalatir Listrik. Kemitraan ini disebabkan kelemahan yang dimiliki oleh koperasi seperti
persoalan manajemen dan solvabilitas usaha. Bank Bukopin memiliki kompetensi yang baik. Sehingga Bank Bukopin berperan dalam monitoring
dan supervisi terhadap fungsi sumber daya manusia, pemasaran, teknologi informasi, keuangan dan manajemen Swamitra. Kemitraan ini diharapkan
tercapainya penguatan permodalan, solvabilitas usaha, pertumbuhan simpan pinjam, alih pengetahuan, nilai tambah usaha, dan jaringan antar Swamitra.
1.2. Perumusan Masalah
Swamitra KILAT masih memiliki persoalan dalam menghimpun dana dari anggota dan calon anggota serta memobilisasi dana kepada anggota
yang dianggap feasible. Jumlah saldo simpanan sampai dengan Bulan Desember 2006 sebesar Rp 1.789.295.651,73 atau meningkat sebesar 9
persen. Akan tetapi, dari 521 anggota yang menyimpan, terdapat 12,67 persen anggota yang tidak aktif menyimpan dan bahkan 21,4 persen anggota
membiarkan rekeningnya tutup karena sudah tidak memenuhi jumlah saldo minimal. Permasalahan lainnya adalah menurunnya volume pinjaman
Swamitra KILAT. Nilai pinjaman yang diberikan pada Desember 2006 sebesar Rp 522.792.412,91 atau berkurang sebesar 16 persen dari bulan
sebelumnya. Penurunan pinjaman yang diberikan PYD dapat berakibat menurunnya pendapatan yang akan diterima. Pertumbuhan PYD Swamitra
KILAT dapat terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pertumbuhan PYD Swamitra KILAT Tahun 2006
-40 -35
-30 -25
-20 -15
-10 -5
Pertum buhan -11
-24 -29
-37 -16
Agus tus Septem ber
Oktober Novem ber
Des em ber
Permasalahan tersebut membawa konsekuensi bahwa pihak manajemen sebaiknya mengambil tindakan strategis yang tepat dalam
menghadapi persaingan yang kompetitif. Strategi yang tepat sangat diperlukan, sebagai reaksi dan antisipasi terhadap perubahan kondisi
lingkungan. Keputusan yang salah dapat menimbulkan kerugian besar dan akan sulit sekali untuk melakukan pemulihan.
Sebagai sebuah bentuk kemitraan yang dilakukan di atas pondasi kerjasama yang memperhatikan prinsip saling membutuhkan, saling
memperkuat dan menguntungkan. Maka Swamitra KILAT memerlukan penilaian aktualisasi visi, misi, dan tujuan dengan strategi yang telah
dilaksanakan. Dalam kerangka manajemen strategis, kegiatan kunci yang dapat memberikan umpan balik dari keseluruhan rangkaian tindakan
manajemen adalah pengukuran. Selama ini pengukuran kinerja yang dilakukan Swamitra KILAT pada
umumnya hanya berdasarkan aspek keuangan sebagai satu-satunya indikator pengukuran kinerja. Segala perhatian dan aktivitas pergerakan Swamitra
hanya ditujukan pada bagaimana meningkatkan hasil keuangannya dan mengabaikan aspek nonkeuangan seperti kepuasan anggota, kapabilitas
pengurus dan kualitas proses operasional Swamitra KILAT. Sedangkan tolak ukur keuangan baik berbentuk neraca, dan laporan rugi laba belum
dapat memberikan informasi strategis ke depan secara komprehensif dan hanya berorientasi pada jangka pendek. Sedangkan Swamitra KILAT berada
pada lingkungan bisnis yang dinamis, high competitive dan merupakan saluran kepentingan bagi koperasi anggota, pengurus dan Bank Bukopin.
Sistem pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard dapat melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan masa yang akan datang dan berfungsi sebagai kerangka kerja dalam mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan strategi ke dalam
seperangkat ukuran kinerja yang padu tanpa menimbulkan saling berbenturan conflict of interest. Selain itu dapat dinilai, apa yang telah
dibina dalam intangible asset seperti loyalitas anggota. Sehingga hasil dari pengukuran dengan Balanced Scorecard lebih proporsional.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi perkembangan Swamitra KILAT? 2. Bagaimana peta strategi pengembangan Swamitra KILAT yang sesuai ?
3. Bagaimana sistem pengukuran kinerja yang sesuai? 4. Sejauhmana pencapaian kinerja Swamitra KILAT tahun 2006 dengan
pendekatan Balanced Scorecard? 5. Bagaimana tindakan korektif yang dilakukan setelah memperoleh hasil
pengukuran?
1.3. Tujuan