informasi bahwa proyek pekerjaan PJU wilayah Kotamadya dan Kabupaten Bogor nilainya mencapai Rp 3.000.000.000,00 yang
dibagikan pada 16 perusahaan kontraktor yang tergabung dalam AKLI. Penetapan nilai suatu pekerjaan atau Surat Perintah Kerja
tergantung dari Gred dan Kompetensi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi, dengan rata-rata nilai suatu pekerjaan sebesar Rp.
500.000.000,00 AKLI, 2006 Indikator ekonomi lainnya yaitu tingkat inflasi. Tingkat
inflasi di Kota Bogor tahun 2006 masih terkendali yaitu 6,15 persen, angka ini menyebabkan daya beli meningkat sebesar Rp
566.180,00. Kondisi kesejahteraan masyarakat Kota Bogor pada posisi sedang 20-49 persen karena persentase pengeluaran
konsumsi masyarakat non makanan lebih tinggi yaitu 50,64 persen, termasuk penggunaan jasa perbankan Sukherman, 2007
Kondisi tersebut merupakan peluang positif bagi Swamitra KILAT untuk memperbesar market share di sektor UMKM.
c. Sosial Budaya
Meningkatnya pengalaman dan semakin beragam kebutuhan atribut pelayanan perbankan pada masyarakat Kota
Bogor terkait dengan perkembangan teknologi dan pendidikan. Indeks Pembangunan Masyarakat IPM berada pada posisi
kualitas menengah atas atau senilai 74,3. Masyarakat memiliki preferensi yang beragam. Kondisi ini pun terjadi pada nasabah
Swamitra KILAT yang mudah tertarik pada promosi yang ditawarkan lembaga keuangan lain. Terlebih masyarakat
memiliki kecenderungan untuk menyimpan uangnya pada bank besar seperti Bank BNI, Bank Mandiri dan Bank BCA.
Kurangnya minat untuk berinvetasi pada koperasi ataupun lembaga keuangan mikro yaitu kurangnya kepercayaan dan daya
tarik yang ditawarkan pada lembaga keuangan mikro masih kurang. Sedangkan untuk sumber dana pembiayaan, koperasi dan
lembaga keuangan mikro menjadi pilihan utama.
Kondisi sosial lainnya yang mendukung adalah preferensi masyarakat Kota Bogor dalam berinvestasi dan menyimpan
uangnya pada produk tradisional bank seperti deposito dan simpanan, dapat terlihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Komposisi Jenis Simpanan Tahun 2000
Jenis Simpanan Tahun 2005
54,2 Deposito 44,3 21,4 Tabungan 29,2
24,4 Giro 26,5 Sumber : BI dalam Azrin, 2007
Swamitra KILAT yang didirikan atas prakarsa dari para anggota, hal ini merupakan peluang bagi Swamitra KILAT untuk
dapat lebih menjalin hubungan yang dalam deep relationship kepada anggota, karena biaya mendapatkan nasabah lebih tinggi
dibandingkan mempertahankan. Menyingkapi keadaan yang demikian, Swamitra KILAT lebih berupaya untuk
mempertahankan loyalitas nasabahnya.
d. Teknologi
Perkembangan teknologi yang semakin canggih memicu lembaga keuangan untuk mengimplementasikan teknologi
informasi yang modern dalam kegiatan operasionalnya. Mengingat segmen pasar adalah UMKM, maka teknologi lebih
difokuskan penggunaannya dalam pelaksanaan operasional Swamitra KILAT sendiri. Kegiatan manajemen mulai dari
pencatatan transaksi, database, pembuatan laporan keuangan, dan sebagainya semua telah terkomputerisasi. Swamitra KILAT
telah melakukan pelaporan kinerja keuangan kepada Bank Bukopin secara on line dengan menggunakan ekstranet. Selain
itu, pengerjaan laporan keuangan dan penghitungan rasio keuangan telah menggunkan software. Sehingga pelayanan
kepada nasabah dapat lebih baik, bahkan sejajar dengan perbankan. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kinerja operasional Swamitra KILAT.
e. Persaingan dalam Industri