c analisis hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang
melibatkan institusi-institusi dimana keuntungan diperoleh. Dengan demikian analisis akses dapat digunakan untuk menganalisis
bagaimana sumber daya tertentu dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk memperoleh pemahaman mengenai bagaimana akses tersebut dapat menjadi
sarana aktor yang berbeda-beda untuk memperoleh atau kehilangan keuntungan dari sumber daya, baik yang tangible maupun intangible. Analisis akses juga
dapat digunakan untuk menganalisis kebijakan lingkungan tertentu yang membuat peran aktor mampu atau tidak mampu memperoleh, memelihara, atau
mengendalikan akses sumber daya atau dinamika mikro dari siapa yang mendapatkan keuntungan dari sumber daya serta bagaimana caranya. Keuntungan
untuk memperoleh sumber daya ditengahi dengan adanya pembatas-pembatas yang telah ditetapkan dalam konteks politik ekonomi dan kerangka budaya saat
pencarian akses berlangsung. Hal ini menimbulkan apa yang disebut sebagai “mekanisme akses struktural dan saling berhubungan” structural dan relational
mechanism of access. Terdapat beberapa mekanisme akses sumber daya berbasis hak yaitu akses teknologi, kapitalmodal dan lain-lain.
Dengan dasar bahwa kebanyakan sumber daya hanya dapat diekstraksi dengan menggunakan teknologi, maka mereka yang memiliki akses terhadap
teknologi yang lebih tinggi akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak memiliki. Sementara, akses modal sering juga
disebut sebagai akses terhadap kekayaan dalam bentuk keuangan dan peralatan termasuk juga teknologi yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi, produksi,
konversi, mobilisasi buruh, dan proses lain yang sejalan dengan pengambilan keuntungan dari sesuatu atau orang lain. Akses kapitalmodal dapat digunakan
untuk mengendalikan atau memelihara akses sumber daya.
2.4 Degradasi dan Pengelolaan Sumber daya Perikanan
Tujuan pengelolaan sumber daya ikan di lndonesia adalah untuk mencapai kondisi pemanfaatan sumber daya ikan secara berkelanjutan sustainable bagi
kesejahteraan seluruh masyarakat, yang sekaligus mencegah terjadinya degradasi sumber daya perikanan. Untuk itu, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya
perikanan harus serasi dengan indikator pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya perikanan, yang setidaknya mencakup empat dimensi,
yaitu: 1 ekonomi, 2 sosial, 3 ekologi, dan 4 pengaturan governance Dahuri, 2003.
Pembangunan perikanan
berkelanjutan dapat
diartikan sebagai
pembangunan atau suatu proses yang disengaja untuk mengarahkan sub-sektor perikanan agar lebih maju jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya dengan
mempertimbangkan daya pulihnya. Ada 5 lima persyaratan dalam terlaksananya pembangunan perikanan berkelanjutan Dahuri, 2000, agar tidak terjadi degradasi
sumber daya perikanan, yaitu: Pertama, perlunya keharmonisan ruang spatial harmony untuk
kehidupan manusia dan kegiatan pembangunan yang dituangkan dalam peta tata ruang.
Kedua, adalah tingkat atau rate pemanfaatan sumber daya dapat pulih seperti sumber daya kelautan dan perikanan atau hutan mangrove tidak boleh
melebihi kemampuan pulih renewable capacity dari sumber daya tersebut dalam kurun waktu tertentu. Dalam terminologi pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya perikanan tangkap, kemampuan pulih yang dimaksudkan dikenal dengan istilah hasil tangkapan maksimum yang lestari Maximum Sustainable Yield,
MSY. Nilai MSY ini diperhitungkan berdasarkan perkiraan jumlah populasi ikan yang terdapat pada suatu wilayah atau ekosistem dibagi dengan jumlah upaya
baik dalam bentuk jumlah alat tangkap atau jumlah kapal yang digunakan untuk melaksanakan penangkapan ikan di wilayah tersebut.
Ketiga, adalah eksploitasi sumber daya kelautan misalnya bahan tambang dan mineral sumber daya tidak dapat pulih harus dilakukan dengan cara-cara
yang tidak merusak lingkungan agar tidak mematikan kelayakan usaha viability sektor pembangunan ekonomi lainnya.
Keempat, membuang limbah ke suatu lingkungan ekosistem harus disesuaikan dengan kapasitas asimilasi lingkungannya baik berupa limbah organik
maupun unsur hara yang sifatnya dapat teruraikan oleh alam biodegradable. Kelima, dalam merancang dan membangun kawasan yang terkait dengan
sumber daya kelautan dan perikanan, misalnya wilayah pesisir dan laut harus
sesuai dengan kaidah-kaidah alam atau kaidah yang tidak merusak secara ekologis
design and construction with nature.
Pembangunan berkelanjutan dapat pula bermakna pembangunan yang pada prinsipnya ingin mengintegrasikan masalah ekologi, ekonomi, dan sosial
Serageldin, 2004. Kemudian, Munasinghe 2002 menyatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan
harus berdasarkan atas empat faktor, yaitu: 1 terpadunya konsep equity”
lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan keputusan; 2 dipertimbangkan
aspek ekonomi secara khusus; 3 aspek lingkungan; dan 4 aspek sosial budaya. Pembangunan berkelanjutan
sustainable development dapat pula didefinisikan sebagai pembangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang, tanpa mengorbankan generasi yang
akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya.
Lebih lanjut, Charles 2001 mengemukakan bahwa pembangunan perikanan berkelanjutan
mengandung 4 empat aspek keberlanjutan yaitu; 1
ekologi, yaitu memelihara keberlanjutan stokbiomass perikanan, sehingga
tidak melewati daya dukungnya, serta meningkatkan kapasitas dan kualitas
ekosistem yang menjadi perhatian utamanya; 2
sosial ekonomi, yaitu memperhatikan keberlanjutan kesejahteraan pelaku
perikanan pada tingkat individu. Mempertahankan atau mencapai tingkat
kesejahteraan masyarakat yang lebih tinggi merupakan perhatian keberlanjutan;
3 komunitas, yaitu keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas
atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang
berkelanjutan; 4
kelembagaan, yaitu menyangkut pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat dalam sistem pengelolaan sebagai prasyarat dari
ketiga keberlanjutan yang dikemukakan pada 3 point sebelumnya. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan secara teknis
didefinisikan sebagai suatu upaya pemanfaatan sumber daya perikanan dan jasa- jasa lingkungan yang terdapat di dalam kawasan perairan laut dan daratan untuk
kesejahteraan manusia, terutama pemanfaat-pemanfaat terkait dengan tingkat pemanfaatannya yang tidak melebihi daya dukung carrying capacity perairan
tersebut untuk menyediakannya Dahuri, 2003. Dalam hal ini terdapat 3 tiga aspek utama yang harus diperhatikan dalam kerangka pembangunan perikanan
berkelanjutan yaitu aspek ekologi, sosial dan ekonomi. Masing-masing aspek tersebut mempunyai persyaratan-persyaratan agar pembangunan suatu wilayah
atau suatu sektor dapat berlangsung secara berkelanjutan. Dan antar aspek tersebut seyogyanya terintegrasi menjadikan pembangunan menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dengan demikian
diharapkan generasi mendatang masih dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana generasi saat ini memenuhi kebutuhannya.
Pengelolaan sumber daya perikanan dari perspektif sosial-ekonomi adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola permintaan total agregate demand
manusia terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan agar tidak melampaui kemampuan suatu wilayah misalnya pesisir dan lautan untuk
menyediakannya dalam suatu kurun waktu tertentu. Sebagai contoh misalnya jumlah ikan yang dipanen dalam suatu wilayah perairan tertentu haruslah
mempertimbangkan daya dukung perairan tersebut untuk menyediakan ikan tersebut dalam suatu jangka waktu tertentu, sehingga panen ikan berikutnya
dilakukan setelah datang saatnya. Dengan kata lain, panen ikan di suatu perairan tertentu harus diatur berdasarkan jangka waktu panennya sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan untuk pemulihannya. Dengan dasar bahwa pembangunan perikanan berkelanjutan mensyaratkan
banyak faktor, maka dalam pengelolaan berkelanjutan pada perikanan tangkap juga mensyaratkan banyak faktor yang harus dipenuhi; antara lain keterpaduan
intansi pengelola dan pemanfaatan sumber daya perikanannya secara berkelanjutan. Pemerataan kesempatan antar generasi, konservasi biodiversitas
dan integritas secara ekologi, pemerataan manfaat sosial dan pendapatan dan lain- lain adalah beberapa perihal pokok yang harus juga diperhatikan dalam
pemanfaatan dan pengelolaannya. Untuk itu dalam rangka pengelolaan sumber daya perikanan secara berkelanjutan merupakan pengelolaan yang tujuan akhirnya
adalah pemanfaatan ekosistem sumber daya perikanan tangkap dapat berlangsung secara terus-menerus untuk generasi sekarang tanpa mengurangi kesempatan
generasi mendatang untuk memanfaatkannya. Untuk itu, beberapa tindakan yang dapat dijadikan acuan untuk mencapai pengelolaan perikanan tangkap
berkelanjutan antara lain adalah pengelolaan terhadap persediaan stok ikan, pengelolaan terhadap kegiatan penangkapan ikan dan pengaturan lisensi hak
penangkapan ikan. Pada prinsipnya pengelolaan yang dapat dilaksanakan pada tingkat
persediaan ikan adalah mengintroduksi spesies ikan baru stocking atau menebarkan kembali restocking jenis-jenis ikan yang sama seperti yang terdapat
semula dengan benih ikan tebar dari tempat lainnya. Penebaran ini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dan atau mempertahankan produksi atau
hasil tangkapan ikan di perairan umum dengan tujuan agar ikan yang ditebarkan dapat beradaptasi sehingga tumbuh dan berkembang biak di lingkungan yang baru
atau hanya mengharapkan ikan yang ditebar untuk dibesarkan dan selanjutnya dapat dipanen setelah mencapai ukuran tertentu. Namun demikian, keberhasilan
upaya penebaran bergantung kepada banyak faktor antara lain adalah potensi biologi dan komposisi jenis ikan dalam perairan yang ditebari. Disamping itu
teknik penebaran yang terdiri dari pemilihan jenis dan ukuran ikan, waktu penebaran, dan perlindungan awal pada ikan yang baru ditebarkan.
Pengaturan lisensi adalah pembatasan kepada nelayan yang akan menangkap ikan pada suatu areal sumber daya perikanan tertentu dengan
menetapkan siapa saja yang berhak untuk menangkap ikan pada areal tersebut. Pengaturan lisensi ini akan berperanan sangat penting terutama perikanan yang
sifatnya komersial dan rekreasi Welcomme, 1985. Tujuannya adalah agar terjadi keseimbangan antara penangkap ikan dengan ketersediaan sumber daya ikan yang
akan ditangkap sehingga populasi ikan dapat dipertahankan kesinambungannya. Penutupan musim juga merupakan upaya pengelolaan sumber daya
perikanan dengan jalan melindungi ikan-ikan tertentu pada ukuran tertentu dengan maksud memberikan kesempatan kepada ikan tersebut untuk tumbuh dan
berkembang secara biologi dan fisik. Secara biologis alami, kebanyakan perikanan di sungai misalnya mempunyai sistem penutupan alami secara biologis, dimana
pada saat air mulai meluapi pinggiran sungai dan memenuhi daerah kiri kanan sungai anak-anak ikan mulai mencari tempat perlindungan ke arah bagian perairan
yang lebih aman. Dalam hubungannya dengan kegiatan penangkapan, ukuran ikan tersebut sangat kecil untuk ditangkap dan memerlukan upaya yang tinggi dalam
menangkapnya serta belum mempunyai nilai yang tinggi secara ekonomi. Oleh karena itu melindungi ikan-ikan tertentu sampai ukuran tertentu dengan maksud
memberikan kesempatan kepada ikan tersebut untuk tumbuh dan berkembang secara biologi dan fisik sangat diperlukan terutama di sumber daya perikanan
yang dieksploitasi secara komersial. Penetapan daerah perlindungan perikanan terutama dengan melindungi
habitat seperti yang berfungsi sebagai tempat memijah spawning grounds hingga daerah kehidupan spesies ikan tertentu merupakan suatu yang diperlukan
dalam rangka menunjang upaya mempertahankan suatu spesies ikan tertentu atau tingkat produksi perikanan di suatu wilayah. Berdasarkan keperluan perlindungan
spesies ikan tertentu. daerah perlindungan dapat bertujuan untuk melindungi jenis ikan langka dan ataupun berfungsi sebagai penyangga produksi perikanan di
daerah sekitarnya. Dalam rangka menunjang produksi perikanan di suatu perairan tertentu
dapat dikemukakan bahwa agar ikan yang berada di daerah perlindungan dapat tumbuh dan berkembang maka daerah perlindungannya harus mempunyai kualitas
perairan yang cukup baik, cukup tersedia pakan alami, terdapat habitat yang sesuai bagi tempat pemijahan dan naungan bagi telur dan larva ikan, adanya jalur
migrasi yang lancar sehingga ikan dapat menyebar ke daerah sekitarnya untuk menyokong benih secara alami, mempunyai kedalaman yang cukup sehingga
dapat menampung banyak induk ikan. Dengan keadaan demikian diharapkan daerah perlindungan perikanan tersebut pada akhirnya akan berdampak secara
ekonomi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan nelayan yang menangkap ikan di sekitar daerah tersebut.
Pengaturan mata jaring adalah pengaturan penggunaan alat tangkap tertentu yang selektif dalam menangkap ikan dengan mempertimbangkan
pembatasan ukuran mata jaring yang diperkirakan hanya dapat menangkap jenis ikan tertentu. Hal ini bertujuan melindungi ikan-ikan yang masih berukuran kecil
agar dapat tumbuh menjadi ukuran ikan yang layak untuk ditangkap. Pelarangan penggunaan alat tangkap tertentu banning of certain gears adalah pembatasan
atau pelarangan sama sekali terhadap alat tangkap ikan yang bersifat destruktif. Dalam hal ini misalnya penggunaan bahan-bahan beracun pada bagian sungai
utama yang bertujuan mengusir ikan dapat berakibat lebih luas pada ikan-ikan
yang sensitif.
2.5 Ketidaksetaraan Sosial dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan