Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN

alam, dan buatan manusia. Disamping itu, memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhannya. Pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan berorientasi pada tiga dimensi, yakni keberlanjutan atau pertumbuhan ekonomi economic growth, keberlanjutan kesejahteraan yang adil dan merata social progress, dan keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang ecological balance. Lebih tepatnya dalam interaksi ini, lingkungan hidup adalah sebagai pendukung keberlanjutan kehidupan rumah tangga yang pada akhirnya bermuara kepada kegiatan perekonomian. Dengan demikian, dalam pembangunan harus diperhatikan dua hal penting: pertama, menjaga kelenturan sistem biologi dan fisik terhadap perubahan; dan kedua, menjaga kelenturan dan kapasitas dinamis sistem untuk beradaptasi terhadap perubahan.

3.2 Kerangka Pemikiran

Perubahan politik Nasional, termasuk desentralisasi pada prinsipnya berpengaruh terhadap kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung”. Perubahan yang terjadi dimulai dengan adanya perubahan sistem pemerintahan di wilayah negara Republik Indonesia, dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan tersebut berpangaruh terhadap akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan PULL di wilayah Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Dengan demikian, terjadi perubahan penguasaan atas sumber daya perikanan PULL yang ada, sesuai dengan perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan yang ada. Hal ini semua merupakan perubahan kelembagaan yang mengakibatkan terjadinya social inequality. Pada tahap selanjutnya social inequality yang terjadi mengakibatkan adanya perubahan pada kelimpahan sumber daya perikanan PULL, yang pada gilirannya juga kembali akan menghasilkan social inequality berupa kemiskinan pada masyarakat nelayan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa social inequality tidak saja merupakan produk, tetapi juga merupakan penghasil suatu permasalahan seperti polusi, konsumsi berlebih, degradasi sumber daya, rusaknya habitat, dan percepatan pertumbuhan penduduk Bell, 1998. Terkait dengan pengelolaan terhadap sumber daya perikanan PULL dan masyarakat di suatu wilayah tertentu, pola pengelolaan dengan sistem ”lelang lebak lebung ” meskipun tujuannya baik, tetapi mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain adalah diizinkannya warga yang bukan nelayan ikut serta dalam pelelangan hak usaha penangkapan ikan Zain, 1982. Hal ini menyebabkan hak usaha penangkapan ikan pada sumber daya perikanan PULL di Kabupaten Ogan Komering Ilir diperoleh pemilik modal yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali Arifin, 1972; Nasution et al., 1992; Sripo, 2002. Dalam kondisi demikian, nelayan memperoleh hak penangkapan ikan bukan lagi secara langsung dari pemerintah, melainkan membayar sewa kepada pemilik modal. Dampak lebih lanjut adalah objek lelang PULL yang sebagian besar dibeli oleh bukan nelayan secara langsung, maka terjadi sistem penjualan areal penangkapan ikan secara terpisah-pisah oleh pemenang lelang. Dalam hal ini, meskipun harga perairan menjadi semakin tinggi, nelayan tetap akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari usaha penangkapan yang mereka lakukan pada masa satu tahun yang sedang berjalan, sekalipun harus melaksanakan penangkapan terhadap seluruh jenis dan ukuran ikan yang ada di perairan yang mereka kuasai selama satu tahun tersebut. Dengan demikian sewa perairan yang meningkat tersebut dibebankan terhadap sumber daya perikanan PULL atau populasi ikan yang ada pada perairan tersebut. Ini merupakan gambaran dampak kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung”, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan menurunkan tingkat pendapatan nelayan. Dengan kata lain, meskipun nilai hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan tinggi, tetapi pendapatan nelayan tetap saja rendah. Bahkan dengan adanya beban “bunga uang” yang berasal dari peningkatan sewa perairan dan biaya operasional penangkapan ikan, maka masyarakat nelayan terjerat dalam kemiskinan. Oleh karena itu, kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung” mengakibatkan semakin sempitnya akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan PULL, terjadinya degradasi kondisi Tatanan dan Sistem Pemerintahan pada Tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan Perda Propinsi, Perda Kabupaten, Perdes Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan “Lelang Lebak Lebung” Teori Keberlanjutan Kelembagaan Ostrom, 1990: 2008 Semakin Sempitnya Akses Masyarakat Nelayan Terhadap Sumber daya Perikanan Teori Akses, Ribot dan Peluso, 2003 Kemiskinan Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung Bell, 1998; Beteille, 1977; BPS, 2006; Sumarwan, 1993 Alternatif Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan Lebak Lebung Yang Adaptif Welcomme, 1979; 1985; Ilyas et al, 1990; Pomeroy, 1994; Nikijuluw, 1998. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan “Lelang Lebak Lebung” dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan. Kebijakan Nasional di Bidang Tata Pemerintahan Desa UU No. 5 Tahun 1979 Degradasi Kondisi Sumber daya Perikanan Perairan Umum Lebak Lebung Dahuri, 2003; Charles, 2001. sumber daya perikanan PULL dan kemiskinan masyarakat nelayan, yang secara skematis dikemukakan pada Gambar 1. Berdasarkan landasan filosofis dan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pokok bahasan dikemukakan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsep dan teori yang akan digunakan dalam penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan ”lelang lebak lebung” dan kemiskinan masyarakat nelayan. Pokok Bahasan Konsep dan Teori Efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung”.  Keberlanjutan kelembagaan Ostrom, 1990; 2008. Akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan umum “lebak lebung”.  Akses Ribbot dan Peluso, 2003. Degradasi kondisi sumber daya perikanan “lebak lebung” dan kemiskinan masyarakat nelayan.  Pengelolaan Sumber daya Perikanan Berkelanjutan Dahuri, 2003; Charles, 2001.  Social Inequality Bell, 1998; Beteille, 1977.  Kemiskinan Pangan Rumah Tangga Masyarakat Nelayan BPS, 2006; Sumarwan, 1993. Alternatif kelembagaan adaptif dalam mengatur pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum “lebak lebung”.  Pengelolaan Sumber daya Perikanan Welcomme and Henderson, 1976; Welcomme, 1979;1985; Ilyas et al., 1990  Ko-manajemen Pomeroy, 1994; Nikijuluw, 1998.

3.3 Paradigma, Pendekatan dan Metode Penelitian