Akses pada Masa Pemerintahan Marga

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN

PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG Akses dapat bermakna sebagai kemampuan dan karena itu permasalahan akses dapat dilihat dalam tatanan hubungan sosial yang lebih luas bundle of powers yang mengakibatkan seseorang mampu memperoleh keuntungan dari sumber daya tanpa mengindahkan ada tidaknya hubungan properti bundle of rights. Konsep akses seperti ini memfasilitasi analisis secara mendasar mengenai siapa yang memanfaatkan dan tidak memanfaatkan sesuatu, dengan cara seperti apa, dan kapan dalam situasi seperti apa, termasuk illegal access Ribot dan Peluso, 2003. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa analisis akses adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memetakan mekanisme perolehan, pemeliharaan, dan pengendalian akses. Dalam hal ini, proses analisis akses meliputi: a identifikasi dan pemetaan alur keuntungan dari kepentingan masing- masing aktor; b identifikasi mekanisme masing-masing aktor yang meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur dan distribusi keuntungan; dan c analisis hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusi-institusi dimana keuntungan diperoleh. Dengan dasar bahwa kebanyakan sumber daya hanya dapat di ekstraksi dengan menggunakan teknologi, sehingga mereka yang memiliki akses terhadap teknologi yang lebih tinggi akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak dibandingkan terhadap yang tidak memiliki. Sementara, akses modal sering juga disebut sebagai akses terhadap kekayaan dalam bentuk keuangan dan peralatan termasuk juga teknologi yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi, produksi, konversi, mobilisasi buruh, dan proses lain yang sejalan dengan pengambilan keuntungan dari sesuatu atau orang lain.

6.1 Akses pada Masa Pemerintahan Marga

Untuk mendapatkan hak usaha penangkapan ikan, nelayan sebagai anggota masyarakat yang melaksanakan usaha penangkapan ikan pada prinsipnya harus mengikuti proses pelelangan yang diadakan oleh pemerintah Marga, yang berlangsung di kantor Marga. Untuk wilayah penelitian ini, masyarakat Desa Berkat harus mengikuti pelaksanaan pelelangan yang diadakan pada kantor Marga Sirah Pulau Padang saat ini berada di ibukota kecamatan Sirah Pulau Padang, yang terletak di desa Sirah Pulau Padang. Pelelangan tersebut dilakukan setiap tahun sekitar bulan November atau Desember untuk masa usaha penangkapan ikan pada tahun berikutnya. Pelelangan dilaksanakan dengan cara penawaran meningkat, tetapi tidak ada harga standar yang ditetapkan oleh panitia lelang. Penetapan harga pertama kali dilakukan oleh juru lelang yang menawarkan pertama kali kepada para peserta lelang. Bagi nelayan yang memenangkan pelelangan, maka diharuskan membayar secara tunai pada saat pemenang lelang ditetapkan oleh juru lelang. Panitia Lelang adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk oleh Pemerintah Marga yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Lelang Lebak Lebung, yang secara langsung diawasi oleh Pasirah Kepala Marga. Tidak ada Pengawas Lelang yang berasal dari unsur pemerintahan diatasnya, termasuk tidak ada pula pengawasan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten OKI. Juga tidak ada Peninjau Lelang atau Perorangan atau Lembaga atau Badan Hukum yang secara sukarela ikut dalam pengawasan pelaksanaan lelang. Peserta Lelang adalah perorangan yang terdaftar sebagai penduduk pada wilayah Marga yang bersangkutan sebagai calon pengemin yang berminat untuk menawarmelelang 1 satu atau lebih objek lelang. Dalam proses pelelangan, dimulai dengan pengarahan dari Pasirah sebagai Kepala Marga; juga sebagai Pengawas dan Ketua Panitia Lelang yang mengemukakan bahwa “proses pelelangan yang diadakan merupakan mekanisme yang dilakukan untuk penetapan hak usaha penangkapan ikan pada seseorang yang memang berhak untuk mengusahakannya ”. Objek lelang adalah bagian perairan umum lebak lebung dengan batas- batas menggunakan ciri-ciri alam yang terdapat di sekitarnya, seperti pohon- pohon tanaman tahunan dan alur sungai, yang ditetapkan oleh pemerintahan Marga yang dibantu oleh para staf Marga; termasuk Pembarab, Penggawo dan Kerio. Masa penguasaan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung yang dilelang tersebut adalah satu tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari hingga 31 Desember tahun berikutnya. Proses pelelangan dilakukan dengan penawaran harga yang meningkat, yang dilakukan secara tertib serta pembayaran dilakukan secara tunai. Kemudian, bagi mereka yang dinyatakan sebagai pemenang dan kemudian tidak dapat membayar secara tunai, maka pemenang lelang dipindahkan kepada penawar tertinggi kedua. Dengan dasar pengemin yang ada di desa Berkat hanya satu orang, maka akses masyarakat nelayan yang lainnya yang ingin melaksanakan usaha penangkapan ikan pada perairan lebak lebung harus mendapatkan hak usaha dari pengemin dengan cara sewa secara individu. Anggota masyarakat atau nelayan yang menyewa perairan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan disebut “bekarang”. Lama waktu penguasaan hak usaha tersebut sesuai dengan perjanjian hasil mufakat antara nelayan dan pengemin. Bagi sebagian nelayan ada yang hanya menyewa pada saat air berada di perairan lebak atau perairan lebak dan sungainya. Bagi nelayan yang yang hanya menyewa pada perairan lebak atau lebak dan sungainya, penggunaan alat tangkap ditetapkan oleh pihak pengemin. Kemudian, ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga harus dijual kepada pihak pengemin dengan harga yang ditentukan oleh pengemin meskipun menurut mereka berdasarkan harga yang berlaku di pasaran. Terkait dengan pengadaan alat tangkap dan perahu serta sarana penangkapan lainnya dapat saja diadakan oleh nelayan sendiri atau diadakan oleh pihak pengemin. Lama waktu pengusahaan penangkapan ikan di perairan lebak dan sungainya berkisar antara 8 – 9 bulan yang berlangsung sekitar bulan Maret hingga Nopember. Sementara untuk nelayan yang menyewa pada perairan lebak hanya berlangsung sekitar 5-6 bulan atau berkisar bulan Maret hingga Juli. Pada perairan lebak, biasanya pada bulan Juni atau Juli masyarakat petani sudah mulai mengolah tanah untuk menanam padi di sawah lebak. Penguasaan lebung merupakan perairan umum hak bersama antara pengemin dan pemilik sawah dimana lebung tersebut berada. Jika pengemin ingin mendapatkan ikan hasil tangkapan pada perairan lebung, maka harus membayar separuh harga yang ditetapkan secara bersama oleh kedua belah pihak. Begitu pula sebaliknya jika pemilik sawah yang menginginkan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan di perairan lebung tersebut. Setelah dicapai kesepakatan di antara pengemin dan pemilik sawah terkait dengan nilai yang diperkirakan terkandung di dalam lebung, maka pihak yang membayar dapat saja mengalihkan hak penangkapan ikan kepada pihak lainnya. Bagi nelayan atau anggota masyarakat yang memenangkan pelelangan yang dilakukan oleh Pelaksana Lelang, berhak melaksanakan usaha penangkapan ikan dengan cara dan alat tangkap apapun, sesuai dengan ketentuan yang diperbolehkan peraturan perundang-perundangan yang berlaku. Pengemin dalam prakteknya tidak menangkap sendiri ikan yang ada dalam satu wilayah objek lelang tersebut, melainkan juga menyewakannya kepada seseorang atau sekelompok nelayan lainnya. Pengemin dalam hal ini berhak mengatur alat dan cara penangkapan yang harus diikuti oleh nelayan penyewa. Hak nelayan penyewa adalah menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap dan cara penangkapan ikan yang disetujui pada saat mengutarakan maksud menyewa perairan terhadap pengemin. Pembayaran sewa perairan oleh nelayan penyewa dapat saja dibayar tunai atau dengan cara hutang yang selanjutnya dibayar dengan cara memperhitungkan nilai ikan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang membayar secara tunai dan membeli alat tangkap dengan modal sendiri, ikan hasil tangkapannya bebas untuk dijual kepada pedagang ikan manapun juga, tidak pada pengemin. Sebaliknya bagi penyewa yang berhutang, maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada pengemin, dengan harga yang ditentukan pengemin. Adapun aktor yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung pada masa pemerintahan Marga adalah masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, dan pemerintah Marga Kepala Marga dan perangkatnya. Keuntungan dengan adanya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung didapatkan oleh ketiga aktor diatas, yaitu masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, serta pemerintah Marga. Masyarakat nelayan dalam hal ini terbatas hanya masyarakat nelayan yang bermukim dalam satu wilayah Marga saja yang dapat memanfaatkan sumber daya perikanan perairan umum dalam wilayah Marga tersebut, sehingga tidak banyak terjadi persaingan yang ketat di antara masyarakat. Pedagang atau pemilik modal yang berada dalam wilayah Marga tersebut jumlahnya terbatas dan belum banyak berhubungan dengan pedagang lainnya di kota. Sementara pemerintah Marga bersifat otonom untuk dapat memanfaatkan nilai hasil lelang lebak lebung yang ada pada wilayah Marganya.

6.2 Akses pada Masa Pemerintahan Kabupaten