7 Pengorganisasian hak kepemilikan yang dibuat di dalam Perdes telah
disepakati dan disetujui oleh masyarakat dan tidak ada campur tangan pemerintah kecamatan dan kabupaten.
8 Jaringan usaha, yang dalam hal ini bermakna bahwa pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya perikanan PULL yang diatur dengan Peraturan Desa pada tingkat desa dapat saja dipertahankan dan kesepakatannya dapat
saja diubah sesuai dengan hasil kesepakatan diantara pemerintah desa dengan masyarakat nelayan dan anggota masyarakat lainnya dalam suatu
pengaturan perubahan peraturan desa.
Beberapa hasil pengamatan setelah adanya perubahan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan pada perairan yang tidak dilelang, antara lain
adalah tidak ada lagi “pengemin” atau pemenang lelang pada wilayah Desa Berkat ini. Berdasarkan aturan yang ditetapkan dalam Perdes, seluruh masyarakat desa
berhak menangkap ikan dan bagi mereka yang akan melaksanakan penangkapan ikan diwajibkan mendaftarkan diri kepada Kepala Desa dan membayar uang
administrasi berkisar Rp.5.000.- hingga Rp.25.000.- Suatu hal yang teramati juga adalah meningkatnya masyarakat yang melaksanakan penangkapan ikan menjadi
lebih dari 150 orang, padahal biasanya mereka yang menjadi nelayan hanya berkisar 70
– 75 orang. Dengan demikian terlihat bahwa dari segi isi terlihat bahwa peraturan desa
merupakan wadah pengaturan terkait pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan PULL yang memenuhi prinsip keberlanjutan kelembagaan menurut
prinsip yang dikemukakan Ostrom 1990; 2008. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi isi, ternyata peraturan desa yang
dirancang di salah satu desa yang memiliki areal PULL sama efektifnya dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung” yang
berlaku pada periode pemerintahan Marga.
5.4 Ikhtisar
Terdapat perbedaan pokok pengaturan “lelang lebak lebung” antar dua periode pemerintahan yang dikaji. Perbedaan tersebut dimulai dengan banyaknya
campur tangan pejabat administratif kepala wilayah pedesaan, kecamatan, hingga bupati pada masa pemerintahan kabupaten, dibandingkan pada masa Marga
hanya dilakukan oleh seorang Kepala Marga Pasirah. Lebih lanjut, berdasarkan 8 delapan komponen yang merujuk kepada keberlanjutan kelembagaan,
kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung” pada masa pemerintahan Marga masih berada pada kondisi yang efektif jika
dibandingkan dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung” pada masa pemerintahan kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa
kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung” pada
masa pemerintahan Marga berfungsi sebagai wadah pengaturan terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan PULL.
Di sisi lain, pada tahun penangkapan ikan 2009 dan 2010 kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan pada PULL dibagi dua kategori yaitu ada
yang dilelang dan ada perairan yang tidak dilelang. Prosedur pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum yang dilelang pada prinsipnya
sama dengan yang berlaku pada periode 1983 hingga tahun 2008. Di lain pihak, pada perairan yang tidak dilelang diserahkan pengelolaannya kepada pemerintah
desa bersama masyarakat dan dalam hal ini pemerintah desa berkewajiban membuat Peraturan Desa Perdes dengan tetap berpedoman kepada Perda No. 9
Tahun 2008. Dengan dasar Perda Kab. OKI terbaru No. 9 Tahun 2008 berlaku untuk
tahun usaha penangkapan 2009, maka pemerintah desa Berkat membuat Perdes, yaitu Perdes No.1 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Sumber daya Perikanan PULL
di Wilayah Desa Berkat. Kemudian, hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi isi terlihat bahwa peraturan desa merupakan wadah pengaturan terkait
pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan PULL yang memenuhi prinsip keberlanjutan kelembagaan menurut kriteria yang dikemukakan Ostrom
1990; 2008. Dengan kata lain, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi isi, ternyata peraturan desa yang dirancang di salah satu desa yang memiliki areal
PULL sama efektifnya dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan “lelang lebak lebung” yang berlaku pada periode pemerintahan Marga.
VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN