Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESA

Pada ko-manajemen pendampingan atau advokasi, peran masyarakat lebih besar daripada pemerintah, masyarakat memberikan masukan kepada pemerintah untuk merumuskan suatu kebijakan. Lebih dari itu, dalam bentuk ini masyarakat dapat mengajukan rancangan yang akan dilegalisasi atau disahkan oleh pemerintah. Artinya, peran pemerintah lebih banyak bersifat mendampingi atau memberikan advokasi tentang sesuatu yang sedang dikerjakan. Kemudian, pada ko-manajemen informatif merupakan manajemen dimana peran masyarakat lebih besar dari pemerintah dibanding keempat bentuk sebelumnya. Dalam hal ini pemerintah hanya memberikan informasi kepada masyarakat tentang apa seharusnya dikerjakan masyarakat. Artinya, setiap pembuatan kebijakan, mulai dari perumusan hingga pengambilan keputusan dilakukan oleh masyarakat.

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu

“Lelang Lebak Lebung” Penelitian ”lelang lebak lebung” yang ada hanya terdiri dari hasil penelitian yang terkait dengan masa pemerintahan kabupaten, yaitu kelembagaan yang bukan dibentuk oleh komunitas lokal. Pada prinsipnya Perda tentang lelang lebak lebung ini bertujuan mengatur nelayan dalam melaksanakan penangkapan ikan di perairan lebak lebung Nasution, 1990. Pertimbangan pengaturan ini antara lain adalah agar tidak terjadi konflik diantara nelayan dalam melaksanakan penangkapan ikan. Namun demikian, kepentingan atas desa yang antara lain terlihat dengan adanya tujuan mendapatkan Pendapatan Asli Daerah PAD, sehingga lebih berorientasi kepada pemilik modal. Beberapa unsur pokok yang terkait dengan alokasi hak usaha penangkapan ikan di PULL adalah kepengurusan pelelangan, hak dan kewajiban pemenang lelang. Dalam hal kepengurusan pelelangan misalnya lebih banyak diwakili oleh pejabat pemerintah daerah, dan tidak ada representasi dari masyarakat nelayan. Kemudian, terkait pula dengan pembagian hasil lelang dan penyidik tidak banyak diperuntukkan bagi upaya konservasi sumber daya perikanan PULL. Dalam pelaksanaannya, lelang hak usaha penangkapan ikan lebak lebung ditujukan untuk umum, tidak terbatas pada nelayan yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai nelayan yaitu mereka yang mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan full time fishermen Nasution et al., 1995. Implikasinya masyarakat nelayan bersaing dengan pemilik modal yang secara struktur ekonomi sudah jelas sangat timpang, sehingga ada unsur ketidak-adilan dalam hal ini. Oleh karena itu, sejak tahun 1972 masih masa pemerintahan Marga berlaku lisensi beberapa objek lelang di Kabupaten Ogan Komering Ilir juga didapatkan oleh para pedagang atau pemilik modal, yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali Arifin, 1972, begitu pula pada tahun 1990-an Nasution et al., 1992. Pemilik modal tidak pernah langsung melakukan penangkapan ikan, melainkan hanya mencari keuntungan dengan memperdagangkan hak pengusahaan sumber daya perikanan ini kepada para nelayan penggarap. Hak pengusahaan tersebut mereka jual kepada nelayan penggarap dengan harga yang relatif tinggi, kadang-kadang mencapai 50-100 lebih besar daripada harga yang ditetapkan dalam pelelangan Nasution et al., 1992a. Tambahan pula, penjualan hak pengusahaan sumber daya perikanan kepada nelayan penggarap sering disertai dengan perjanjian yang mengikat misalnya bahan makanan dan peralatan selama mengadakan penangkapan harus dibeli dari pemilik modal yang juga berfungsi sebagai pedagang sembilan bahan pokok dan pembeli ikan nelayan. Dalam hal ini pembayarannya dilakukan dengan cara diperhitungkan terhadap nilai ikan hasil tangkapan nelayan Nasution et al., 1992. Ikan hasil tangkapan yang harus dijual kepada pedagang tersebut disertai dengan penetapan harga dari pedagang yang lebih rendah daripada harga yang berlaku secara umum di pasar. Nasution et al., 1992a. Kepentingan Pemda adalah meningkatkan PAD yang berlawanan dengan nelayan yang menginginkan harga hak usaha penangkapan ikan murah. Berdasarkan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan yang berlaku saat ini, sebagian besar hak pengusahaan sumber daya perikanan di Kabupaten Ogan Komering Ilir diperoleh pedagangpemilik modal yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali Nasution et al, 1992. Oleh karena itu, nelayan memperoleh hak penangkapan ikan bukan lagi secara langsung dari pemerintah melainkan membayar sewa kepada pemilik modalpedagang. Lebih lanjut, diketahui bahwa walaupun nilai ikan hasil tangkapan nelayan cukup tinggi namun pendapatan nelayan masih tetap saja rendah sebagai akibat tingginya nilai harga sewa perairan. Disamping itu, karena objek lelang perairan sebagian besar dibeli oleh bukan nelayan secara langsung maka terjadi sistem penjualan areal penangkapan ikan secara terpisah-pisah oleh pemenang lelang.

2.8 Hipotesa