sawah terkait dengan nilai yang diperkirakan terkandung di dalam lebung, maka pihak yang membayar dapat saja mengalihkan hak penangkapan ikan tersebut.
Pada Desa Berkat terdapat satu orang pengemin yang mengatur hak penangkapan ikan yang dilakukan oleh seluruh nelayan penyewa pada seluruh
bagian perairan. Hak nelayan penyewa adalah menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap dan cara penangkapan ikan yang disetujui pada saat mengutarakan
maksud menyewa perairan terhadap pengemin. Pembayaran sewa perairan oleh nelayan penyewa dapat saja dibayar tunai atau dengan cara hutang yang
selanjutnya dibayar dengan cara memperhitungkan nilai ikan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang membayar secara tunai dan membeli alat tangkap dengan
modal sendiri, ikan hasil tangkapannya bebas untuk dijual kepada pedagang ikan manapun juga, tidak pada pengemin. Sebaliknya bagi penyewa yang berhutang,
maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada pengemin, dengan harga yang ditentukan pengemin.
Aktor yang terlibat dalam pemanfaatan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung pada masa pemerintahan kabupaten adalah masyarakat
nelayan, pedagang atau pemilik modal, dan petugas pemerintah kecamatan, desa, kabupaten dan perangkatnya. Keuntungan dengan adanya pemanfaatan dan
pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung didapatkan oleh keseluruhan aktor diatas. Masyarakat nelayan dalam hal ini tidak terbatas hanya
masyarakat nelayan yang bermukim dalam satu wilayah kecamatan kira-kira setara Marga saja, tetapi seluruh penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten
Ogan Komering Ilir OKI, sehingga terjadi dominasi pedagang trhadap masyarakat nelayan. Pedagang atau pemilik modal tersebut berada dalam wilayah
kabupaten dan jumlahnya banyak dan berhubungan dengan pedagang lainnya di luar kabupaten. Pemerintah kabupaten dalam hal ini bersifat mengatur
penggunaan dalam pemanfaatan nilai hasil lelang lebak lebung yang ada pada wilayah kabupaten ini.
6.3 Penyempitan Akses Masyarakat Nelayan
Berdasarkan uraian akses pada masa pemerintahan Marga dan masa pemerintahan kabupaten yang dikemukakan pada point 6.1 dan 6.2 serta masa
pemerintahan kabupaten selama tahun 2009 dan 2010 pada perairan lebak lebung yang tidak dilelang; berdasarkan materi Peraturan Desa Berkat No. 1 Tahun
2009, maka analisis proses akses masyarakat terhadap sumber daya perikanan PULL dipaparkan pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa telah
terjadi penyempitan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan pada masa pemerintahan kabupaten jika dibandingkan dengan masa pemerintahan
Marga. Hal ini berdampak terhadap perolehan keuntungan bagi masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten menjadi semakin kecil dan sulit untuk
didapatkan. Hal ini antara lain dapat diketahui dengan alasan bahwa meskipun pada prinsipnya sistem penguasaan perairan umum melalui sistem
“lelang lebak lebung
” dapat mengatur nelayan untuk menangkap ikan di perairan umum, tetapi akses yang didapatkan masyarakat nelayan adalah “illegal”. Nelayan hanya
mendapatkan akses untuk menangkap ikan dari para pengemin pemenang lelangdengan harga yang lebih tinggi daripada harga pelelangan.
Dengan demikian, “lelang lebak lebung” sebagai kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum yang ditujukan untuk umum,
tidak terbatas kepada nelayan yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai nelayan yaitu mereka yang mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan full
time fishermen , mengakibatkan nelayan mendapatkan akses yang “illegal”. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian Arifin 1972 yang mengemukakan bahwa sejak tahun 1972 lisensi pada beberapa perairan di Kabupaten Ogan Komering Ilir
termasuk masa pemerintahan Marga juga didapatkan oleh pedagang pemilik modal, yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali.
Tabel 14. Analisis Akses Masyarakat Nelayan Terhadap Sumber daya Perikanan Perairan Umum Lebak Lebung Berdasarkan 3 tiga Periode Pemerintahan.
Komponen Akses Masa Pemerintahan Marga
hingga tahun 1982 Masa Pemerintahan Kabupaten
1983-2008 Masa Pemerintahan Kabupaten
2009-2010
Pihak yang paling mendapatkan
keuntungan Masyarakat nelayan mendapatkan
keuntungan secara langsung dari hasil usaha penangkapan ikan yang
mereka lakukan, meskipun modal untuk membayar lelang perairan
berasal dari pedagang. Pedagang yang paling banyak
mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha
penangkapan ikan yang dilakukan nelayan, dan pedagang menguasai
akses hak usaha penangkapan ikan. Masyarakat nelayan yang paling
mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha
penangkapan ikan, meskipun modal untuk membeli alat tangkap berasal
dari pedagang.
Mekanisme perolehan hak usaha
penangkapan ikan; Hanya masyarakat nelayan
memiliki hak suara untuk mengikuti pelelangan sumber daya
perikanan yang diadakan pada setiap Marga.
Seluruh anggota masyarakat dalam wilayah kabupaten memiliki hak
yang sama untuk mengikuti dan memenangkan pelelangan hak usaha
penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung.
Masyarakat memiliki hak untuk mendaftarkan diri sebagai pihak
yang akan melaksanakan usaha penangkapan ikan di perairan umum
lebak lebung.
Mekanisme pengendalian
perolehan hak usaha penangkapan ikan
Masyarakat nelayan dibatasi hanya dapat menjadi pengemin pada 3
objek lelang. Masyarakat tidak dibatasi hanya
dapat menjadi pengemin pada 3 objek lelang.
Setiap anggota masyarakat dapat melakukan usaha penangkapan ikan
asalkan mendaftarkan diri di Kantor Desa.
Distribusi keuntungan;
Masyarakat nelayan yang utama mendapatkan keuntungan,
kemudian pemerintah Marga. Pedagang yang utama mendapatkan
keuntungan, kemudian Pemerintah Daerah;
Masyarakat nelayan yang paling utama mendapatkan keuntungan;
Hubungan kekuasaan terkait
mekanisme akses; Didominasi oleh masyarakat
nelayan dalam hubungannya dengan kekuasaan Pasirah.
Didominasi oleh pedagang dalam hubungannya dengan proses
pelelangan perlu modal dan biaya transaksi yang tinggi, sehingga
nelayan sulit mendapatkan akses. Didominasi oleh masyarakat nelayan
dalam hubungannya dengan Pemerintah Desa.
Sumber: Data Primer Diolah 2009.
Salah satu penyebab terjadinya perolehan hak usaha penangkapan ikan oleh pemilik modal adalah adanya syarat bahwa penawar lelang harus mempunyai
uang tunai, sedangkan nelayan sebagian besar tidak mempunyai modal. Padahal, pemilik modal ini tidak pernah langsung mengadakan penangkapan ikan,
melainkan hanya mencari keuntungan dengan memperdagangkan surat lelang ini kepada para nelayan penggarap. Surat lelang ini mereka jual kepada nelayan
penggarap dengan harga yang relatif tinggi, kadang-kadang mencapai 50 – 100
lebih tinggi dari harga yang tercantum dalam surat lelang tersebut. Penjualan lisensi hak penangkapan ikan kepada nelayan penggarap sering disertai dengan
perjanjian yang mengikat misalnya bahan makanan dan peralatan selama mengadakan penangkapan harus dibeli dari penjual surat lelang yang
pembayarannya berupa hasil tangkapan.
6.4 Ikhtisar