Pengertian Kaligrafi Fungsi Kaligrafi

29 pengulangan unsur-unsur rupa dalam sebuah tatanan dan akan menimbulkan kesan gerak bagi orang yang melihatnya. Dari beberapa definisi di atas, peneliti merumuskan definisi irama sebagai berikut. Irama merupakan pengulangan unsur-unsur rupa dengan penataan tertentu.

e. Harmoni Keselarasan

Menurut Susanto 2012: 175, Harmoni merupakan tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian. Juga merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal.

f. Dominasi Penekanan

Menurut Susanto 2012: 109, merupakan bagian dari satu komposisi yang ditekankan, telah menjadi beban visual terbesar, paling utama, tangguh, atau mempunyai banyak pengaruh. Sebuah warna tertentu dapat menjadi dominan dan demikian juga suatu objek, garis, bentuk, atau tekstur.

C. Tinjauan Tentang Kaligrafi Al-Qur’an

1. Pengertian Kaligrafi

Menurut Susanto 2012: 210 Kaligrafi dari kalios “Indah” dan graph “tulisan” yang berarti seni tulis indah. Bahasa Arab sendiri menyebutnya dengan khat. Jadi kaligrafi adalah tulisan yang indah, atau aksara yang sudah dibentuk dan dimasuki unsur keindahan. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa 30 Indonesia. Kaligrafi berarti seni menulis indah dengan pena. Definisi kaligrafi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Syeikh Syamsuddin Al-Akfani dalam Syaharuddin 2001: 8 memberikan penjelasan mengenai ini. Khatkaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak- letaknya, dan cara-cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis; bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya. Kaligrafi memiliki dua aspek pokok, yaitu tulisan dan seni. Substansi materi kaligrafi adalah tulisan, yang mengarah pada pengungkapan bahasa secara visual dalam menyampaikan pesan dan informasi. Sementara aspek seni dalam kaligrafi memberi pemaknaan dalam tingkat ekspresi, yakni bisa berupa konsep mengenai keseimbangan, komposisi, proporsi, pencahayaan, dan warna. Dengan demikian, kaligrafi adalah tulisan yang dirangkai dengan nilai estetika yang bersumber pada pikiranide dan diwujudkan dengan benda materi alat tulis yang diikat aturan tertentu.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Kaligrafi Arab

Huruf-huruf yang lazim digunakan menulis naskah-naskah, visualisasi ide diberbagai Negara dewasa ini, seperti huruf Latin, India, Tiongkok, dan lain-lain. Pada mulanya merupakan tanda-tanda yang sangat sederhana, yang telah ditemukan, disepakati dan digunakan generasi yang paling tua. Kemudian oleh generasi seterusnya disempurnakan dengan proses penambahan dan pengurangan sesuai kebutuhan hingga terwujud bentuk tulisan seperti yang terlihat sekarang. 31 Demikian pula tulisan Arab sampai dengan yang sekarang kerap disebut kaligrafi Al-Qur’an, telah melalui proses yang panjang dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya hingga mencapai puncak keindahannya. Selanjutnya, mengenai awal kelahiran tulisan Arab timbul silang pendapat di antara para ahli. Sebagian mereka menganggap tulisan Arab merupakan pecahan dari akar tulisan Suryani. Berdasarkan pada adanya kemiripan bentuk huruf-huruf Arab dengan Suryani. Mereka semua telah menulis banyak inskripsi, mushaf Al-Qur’an dan dekorasi-dekorasi yang mengesankan. Dalam perkembangannya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan kedalam konteks kesenirupaan atau Visual Art. Dalam Susanto 2012: 210 menjelaskan bahwa Perkembangan kaligrafi Arab khat tidak bisa lepas dari pengaruh ornamen. Kaligrafi “lukisan” atau lukisan kaligrafi model kaligrafi yang digoreskan sebagai hasil karya lukis, atau coretan kaligrafi yang “dilukis-lukis” sedemikian rupa, biasanya dengan kombinasi warna beragam, bebas dan umumnya tanpa mau terkait rumus-rumus baku yang ditentukan. 1 Kaligrafi lukisan sering lebih mengetengahkan gairah individu seniman, karena dirasa lebih bebas untuk diolah. Pada titik akhir, dalam seni jenis ini kadang wujud kaligrafi justru tidak lagi memiliki makna atau arti sebagaimana aturannya, lihat saja seni kaligrafi abstrak, dimana tulisan difungsikan sebagai bentuk bukan artinya. 2 Kaligrafi murni, kaligrafi yang mengikuti pola-pola kaidah yang sudah ditentukan dengan ketat, yakni bentuk yang tetap pada rumus-rumus dasar kaligrafi khat yang baku. Dalam kaligrafi Arab, dapat dibedakan dengan jelas aliran-aliran seperti Naskhi, 32 Tsulust, Raihani, Diwani, Diwani Jali, Khufi, Riq’ah dan Farisi. 3 kaligrafi kontemporer, merupakan karya-karya seni kaligrafi baru yang sifatnya melakukan “pemberontakan” atas kaidah-kaidah murni kaligrafi klasik. Perkembangan sangat pesat menjejali aneka media dalam bentuk-bentuk kategori. Perkembangan lain dalam dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkan seni kaligrafi ini menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam event MTQ. Pada event MTQ, terdiri dari beberapa pembagian cabang bidang perlombaan. Salah satunya adalah cabang Musabaqah Khaththil Qur’an MKQ. Pembagian golongan Musabaqah Khaththil Qur’an MKQ, sebagai berikut.

a. Khaththil Golongan Naskah

Gambar 1: Kaligrafi Naskah Sumber : MTQ Tingkat Provinsi di Riau Tahun 2014 33

b. Khaththil Golongan Hiasan Mushaf

Gambar 2: Kaligrafi Hiasan Mushaf Sumber : Karya Purwanto, Dokumentasi Pesantren PSKQ

c. Khaththil Golongan Dekorasi

Gambar 3: Kaligrafi Dekorasi Sumber : Karya Sakban Yadi , MTQ Mahasiswa Tingkat Nasional di Padang, Sumatra Barat Tahun 2013

d. Kaligrafi Kontemporer

34 Gambar 4: Kaligrafi Kontemporer Sumber : Karya Ambar Maisaroh, MTQ Tingkat Provinsi di Riau Tahun 2014

3. Kaidah Penulisan Kaligrafi

Penulisan kaligrafi Al-Qur’an terikat aturan-aturan tertentu atau kaidah baku. Yang dimaksud kaidah baku di sini adalah ketentuan-ketentuan yang mengarahkan peneliti dalam berusaha menyelenggarakan penyampaian pengertian melalui tulisan, agar supaya mencapai efektivitas yang optimal baik dilihat dari segi keindahan maupun keterbacaannya. Kedua segi ini keterbacaan dan keindahan selalu dikontrol dengan kaidah imla’iyah dan kaidah khattiyah.

a. Kaidah Imla’iyah

Kaidah imla’iyah adalah tatacara menulis huruf Arab yang betul, tekanannya adalah untuk menjaga, supaya tulisan dalam posisinya tepat sesuai dengan makna-makna yang dikandungnya. Dalam penelitian sin, misalnya dibutuhkan tidak kurang dan tidak lebih dari tiga gigi atau nibrah. Suatu kesalahan fatal, bahkan mencapai ekses dosa, misalnya jika tertulis rajim pada 35 kalimat yang seharusnya ditulis rahim dalam Bismillah al-rahman al-rahim. Sebaliknya, akibat kealpaan menorehkan titik, kata rajim pada ta’awudz sehingga tertulis rahim. Dengan demikian, mungkin sebagai alat control khattat dan pelukis kaligrafi dianjurkan menguasai bahasa Arab dan “diwajibkan” berhati-hati ketika akan dan sedang menulis ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi garapan tulisannya agar terhindar dari kesalahan fatal yang mengakibatkan perubahan makna.

b. Kaidah Khattiyah

Kaidah khattiyah adalah tatacara penulisan indah sesuai rumus-rumus menurut ketetapan-ketetapan yang berlaku pada jenis-jenis khat. Hal ini sangat berkaitan dengan pengertian khat atau kaligrafi itu sendiri seperti yang telah dikemukakan Syeikh Syamsuddin Al-Akfani pada pengertian kaligrafi. Disini ditekankan pada kesempurnaan anatomi huruf, tata letak atau lay out, struktur atau komposisi garis dan ruang, etika penelitian dan pengolahan abjad. Kaidah-kaidah baku penulisan kaligrafi Al-Qur’an yang dijadikan pedoman untuk menghasilkan tulisan yang mengandung nilai estetis yang tinggi dan terlepas dari kesalahan fatal terutama ketika akan menulis ayat-ayat Al-Qur’an.

4. Fungsi Kaligrafi

Keindahan huruf dan struktur kaligrafi menjadikannya sangat berfungsi dalam kehidupan individu maupun sosial. Diantara fungsinya dalam kehidupan individu adalah sebagai berikut: 36 a. Kaligrafi merupakan salah satu sarana komunikasi dan pendekatan antar manusia, karena besar hubungan tulis-menulis antar mereka dalam segala lapangan kehidupan. b. Kaligrafi merupakan sarana mencari rezeki, mengingat bahwa ia adalah seni yang berbobot nilai tinggi dengan kedudukan puncak yang pernah dicapai para ahlinya seperti jabatan Perdana Menteri. Bagi seorang fakir, kaligrafi adalah uang, bagi seorang hartawan, kaligrafi adalah keindahan. c. Kaligrafi memiliki fungsi khusus bgai para pencintanya yang merasakan kenikmatan ruhani saat mengolah dan menciptakan tulisannya yang diibaratkan dengan telaga dalam. d. Sebagian apresiator merasakan kenikmatan memandang dan menelaahnya karena adanya unsur-unsur estetis pada huruf-huruf dan harakatnya. Kaligrafi menarik ekspresi, dicintai kalangan tertentu dan umum. Untuk itulah, sebuah karya selalu mendampingi mereka di rumah dan tempat-tempat mereka bekerja, bahkan kemanapun mereka pergi. Sementara, dalam kehidupan sosial berfungsi sebagai informasi, penghubung masyarakat yang merupakan bagian dari sarana peralihan kebudayaan dan peradaban, digunakan untuk penelitian mushaf Al-Qur’an, buku- buku pelajaran, majalah dan sebagainya.

5. Jenis-Jenis Kaligrafi

Dokumen yang terkait

Strategi Lembaga Kaligrafi Al-Qur’an (Lemka) dalam mempertahankan eksistensi seni kaligrafi islam sebagai media dakwah

6 46 100

MOTIVASI MENGHAFAL AL QUR’AN PADA MAHASANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIZHUL QUR’AN DI SURAKARTA Motivasi Menghafal Al Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Di Surakarta.

0 3 15

MOTIVASI MENGHAFAL AL QUR’AN PADA MAHASANTRI PONDOK PESANTREN TAHFIZHUL QUR’AN DI SURAKARTA Motivasi Menghafal Al Qur’an Pada Mahasantri Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an Di Surakarta.

0 3 17

PEMBELAJARAN SENI BACA AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN AL-QUR’ANIYAH KECAMATAN BAROS KOTA SUKABUMI.

3 21 33

SISTEM PONDOK PESANTREN TAHFIZH AL-QUR’AN ANAK-ANAK YANBU’ AL- QUR’AN KUDUS JAWA TENGAH | Falah | ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal 1285 4499 1 PB

0 4 29

STUDI PEMBELAJARAN SENI MEMBACA AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN MUROTTALUL QUR’AN AL-MUBAAROK CIBEUREUM TASIKMALAYA - repository UPI S SM 1001566 Title

0 0 3

MODERNISASI POLA PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN YANBU’UL QUR’AN MENAWAN KUDUS) - STAIN Kudus Repository

0 1 17

MODERNISASI POLA PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN YANBU’UL QUR’AN MENAWAN KUDUS) - STAIN Kudus Repository

1 60 46

BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN DAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN A. Deskripsi Pustaka - SEJARAH PERKEMBANGAN DAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAT LASEM JAWA TENGAH - STAIN Kudus Repository

1 3 40

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAT LASEM JAWA TENGAH - STAIN Kudus Repository

1 11 35