Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling karena tidak terdapat kelas unggulan dan sumber belajar yang digunakan sama. Sedangkan untuk
melakukan uji coba soal dilakukan pada kelas X H SMA N 8 Semarang, dengan alasan kelas tersebut sudah selesai mempelajari materi trigonometri lebih dulu.
Dalam pelaksanaan penelitian, waktu pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama yaitu 10 jam pelajaran. Untuk 8 jam
pelajaran digunakan untuk pembelajaran dan 2 jam pelajaran digunakan untuk evaluasi pembelajaran. Selain itu, kedua kelompok diberikan materi dengan
materi pokok yang sama serta urutan materinya juga sama, yaitu trigonometri dengan sub materi pokok nilai perbandingan trigonometri pada segitiga siku-
siku, nilai perbandingan trigonometri sudut-sudut khusus, nilai perbandingan trigonometri sudut di berbagai kuadran, rumus perbandingan trigonometri sudut-
sudut di semua kuadran dan aturan trigonometri pada segitiga dan metode pembelajaran yang sama yaitu metode penemuan, ceramah, tanya jawab, diskusi,
dan drill. Jadi perlakuan yang berbeda hanya terletak pada model dan media pembelajaran yang digunakan. Pada kelas eksperimen diberikan model
pembelajaran kooperatif dan media LKS, sedangkan kelas kontrol diberikan model pembelajaran konvensional dan media papan tulis.
Kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen diberi perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS
sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan berupa pembelajaran konvensional menggunakan metode ekspositori. Berdasarkan data pada analisis
akhir yaitu prestasi belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 8 Semarang pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa data masing-
masing kelompok berdistribusi normal dan kedua kelompok merupakan bagian dari populasi mempunyai varians yang sama atau kedua kelompok homogen. Hal
ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel mempunyai kondisi akhir yang sama. Data pada kondisi akhir yang dimaksud disini adalah prestasi belajar
matematika sub materi pokok trigonometri yang mencakup aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi. Untuk aspek pemecahan masalah, afektif dan
psikomotorik tidak diuji karena keadaan peneliti yang terbatas dan untuk materi pokok trigonometri yang sering muncul pada ujian semester kelas X adalah
aspek pemahaman konsep dan penalaran serta komunikasi. Keterbatasan peneliti meliputi keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya menjadikan terbatasnya
prestasi belajar yang diukur dalam penelitian ini. Bisa jadi hasil penelitian lain apabila prestasi belajar yang diukur adalah aspek afektif, aspek psikomotorik,
pemecahan masalah, gabungan beberapa aspek yang lain atau keseluruhan aspek. Hasil penelitian juga akan lain apabila materi yang digunakan untuk penelitian
bukan trigonometri. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian lanjut untuk melengkapi penelitian ini, dengan harapan diperoleh hasil yang lebih efektif dari
model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS. Untuk pengujian prestasi belajar matematika terhadap model
pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS dan model pembelajaran konvensional digunakan uji perbedaan dua rata-rata yaitu uji pihak
kanan. Uji pihak kanan dipilih karena rata-rata prestasi belajar kedua sampel pada kondisi awal yang sama dan diasumsikan setelah adanya perlakuan yang
berbeda diperoleh prestasi belajar di kelompok eksperimen yang lebih baik dari pada kelompok kontrol. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
prestasi belajar. Rata-rata prestasi belajar kelompok eksperimen sebesar 65,35
sedangkan kelompok kontrol sebesar 58,58. Dari hasil perhitungan diperoleh
t
hitung
= 2,433 t
tabel
= 1,668 maka disimpulkan bahwa rata-rata prestasi belajar peserta didik yang dikenakan model pembelajaran kooperatif dengan metode
penemuan berbantuan LKS lebih tinggi dari pada model pembelajaran konvensional menggunakan metode ekspositori. Sehingga dari data di atas dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS lebih efektif dari pada model pembelajaran konvensional
dengan metode ekspositori. Walaupun demikian, peserta didik yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan
LKS masih banyak yang belum mencapai KKM 15 peserta didik belum mencapai KKM, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 41 dan prestasi
belajar peserta didik masih kurang dari atau sama dengan KKM. Hal ini terlihat dari hasil uji penguasaan materi yaitu rata-rata prestasi belajar matematika
peserta didik pada sub materi pokok trigonometri kurang dari atau sama dengan 62. Perhitungan uji penguasaan materi dapat dilihat pada lampiran 42.
Masih banyaknya peserta didik yang belum tuntas disebabkan karena guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran, meteri pelajaran
trigonometri menurut peserta didik dipandang sebagai pelajaran yang sulit dan sikap peserta didik yang kurang baik terhadap pelajaran matematika. Sikap
peserta didik ini didukung dengan hasil angket sikap peserta didik yang rata-rata prosentasenya 56,75.
Berdasarkan hasil angket sikap peserta didik terhadap pembelajaran matematika yang dikenakan perlakuan model pembelajaran kooperatif dengan
metode penemuan berbantuan LKS adalah sebagai berikut: a.
Saat pelajaran matematika, bila peserta didik dapat mengerjakan latihan soal yang sulit maka ia merasa sangat senang. Hal ini terlihat dari hasil angket
sikap menunjukkan bahwa pada pembelajaran, banyak peserta didik yang menyatakan sangat senang adalah 20 orang peserta didik atau 56, peserta
didik yang menyatakan senang sebanyak 5 orang peserta didik atau 14, peserta didik yang menyatakan cukup senang sebanyak 1 orang peserta didik
atau 2,8, peserta didik yang menyatakan kurang senang sebanyak 10 orang peserta didik atau 28dan peserta didik tidak ada yang menyatakan tidak
senang atau 0. b.
Pada kegiatan belajar mengajar matematika di kelas, peserta didik menyatakan kadang membosankan. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik
yaitu peserta didik yang menyatakan kadang membosankan sebanyak 21 orang atau 58, yang menyatakan membosankan sebanyak 2 orang atau
5,6, yang menyatakan agak membosankan sebanyak 1 orang atau 2,8, yang menyatakan menyenangkan sebanyak 11 orang atau 31 dan yang
menyatakan sangat menyenangkan sebanyak 1 orang atau 2,8. c.
Peserta didik yang menyatakan bahwa kadang diperlukan penjelasan dari guru yang agak panjang sebanyak 12 orang atau 33 dari banyaknya peserta didik
yang mengisi angket. d.
Bila berhalangan hadir maka peserta didik pernah menanyakan materi pelajaran kepada teman. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik
yaitu peserta didik yang menyatakan pernah sebanyak 14 orang atau 39, yang menyatakan tidak pernah sebanyak 5 orang atau 14, yang menyatakan
kadang-kadang sebanyak 7 orang atau 19, yang menyatakan sering sebanyak 3 orang atau 8,3 dan yang menyatakan selalu sebanyak 7 orang
atau 19. e.
Peserta didik menyatakan perlu diadakan jam tambahan pelajaran matematika kaitannya dengan peningkatan pemahaman peserta didik. Hal ini terlihat dari
hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang menyatakan perlu sebanyak 16 orang atau 44, yang menyatakan perlu sekali sebanyak 14
orang atau 39, yang menyatakan kadang perlu sebanyak 5 orang atau 14, yang menyatakan kurang perlu sebanyak 1 orang atau 2,8 dan tidak ada
yang menyatakan tidak perlu. f.
Setiap akan ada pelajaran matematika, peserta didik kadang-kadang belajar. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang
menyatakan kadang-kadang belajar sebanyak 22 orang atau 61, yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2,8, yang menyatakan
kadang-kadang sebanyak 7 orang atau 19, yang menyatakan sering sebanyak 3 orang atau 8,3 dan yang menyatakan selalu sebanyak 7 orang
atau 19. g.
Peserta didik kadang-kadang membaca buku matematika lain selain buku paket. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 26 orang atau 72, yang menyatakan tidak pernah sebanyak 5 orang atau 14, yang menyatakan agak
sering sebanyak 1 orang atau 2,8, yang menyatakan sering sebanyak 3 orang atau 8,3 dan yang menyatakan selalu sebanyak 1 orang atau 2,8.
h. Peserta didik tidak pernah membaca buku matematika yang disediakan di
perpustakaan. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang menjawab tidak pernah sebanyak 24 orang atau 67, yang
menyatakan pernah sekali sebanyak 1 orang atau 2,8, yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 10 orang atau 28, yang menyatakan sering
sebanyak 1 orang atau 2,8 dan tidak ada yang menyatakan selalu membaca buku yang disediakan di perpustakaan.
i. Jika peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan guru matematika maka
kadang-kadang ia merasa jawabannya benar. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 26 orang atau 72, yang menyatakan selalu salah sebanyak 1 orang atau 2,8, yang menyatakan sering salah sebanyak 3 orang atau 8,3, yang
menyatakan sering benar sebanyak 5 orang atau 14 dan yang menyatakan selalu benar sebanyak 1 orang atau 2,8.
j. Peserta didik kadang-kadang merasa tegang atau gugup bila ditanya oleh guru
matematika. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang menjawab kadang-kadang sebanyak 19 orang atau 53, yang
menyatakan selalu sebanyak 2 orang atau 5,6, yang menyatakan sering sebanyak 9 orang atau 25, yang menyatakan jarang sebanyak 5 orang atau
14 dan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2,8. k.
Setiap ada ulangan matematika, peserta didik kadang-kadang merasa cemas atau tegang. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta
didik yang menjawab kadang-kadang sebanyak 19 orang atau 53, yang menyatakan selalu sebanyak 4 orang atau 11, yang menyatakan sering
sebanyak 5 orang atau 14, yang menyatakan jarang sebanyak 7 orang atau 19 dan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 1 orang atau 2,8.
l. Peserta didik kadang-kadang bertanya pada guru bila ada meteri pelajaran
yang disampaikan belum dipahami. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang menjawab kadang-kadang bertanya
sebanyak 20 orang atau 56, yang menyatakan tidak pernah sebanyak 5 orang atau 14, yang menyatakan cukup sering sebanyak 8 orang atau 22,
yang menyatakan sering sebanyak 1 orang atau 2,8 dan yang menyatakan selalu sebanyak 2 orang atau 5,6.
m. Peserta didik menilai cara penyampaian pelajaran matematika oleh guru
kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil angket sikap peserta didik yaitu peserta didik yang menjawab kurang memuaskan sebanyak 18 orang atau
50, yang menyatakan membosankan sebanyak 5 orang atau 14, yang menyatakan agak memuaskan sebanyak 8 orang atau 22, yang menyatakan
memuaskan sebanyak 4 orang atau 11 dan yang menyatakan sangat memuaskan sebanyak 1 orang atau 2,8.
n. Peserta didik kebanyakan menyatakan bahwa guru matematika selalu
memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat setelah materi disampaikan. Peserta didik yang menjawab angket paling banyak menjawab
sering yaitu sebanyak 11 orang atau 31. Untuk hasil jawaban angket sikap dan prosentase sikap peserta didik
selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 26.
Suatu proses pembelajaran juga dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya. Hal ini dapat
dilihat dari interaksi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS ataupun pembelajaran konvensional serta kerjasama
peserta didik dalam kelompoknya pada pembelajaran matematika. Dari hasil observasi keaktifan peserta didik selama pembelajaran yang dilakukan oleh
observer, terlihat bahwa prosentase keaktifan peserta didik sudah baik bahkan cenderung meningkat dari cukup baik sampai dengan sangat baik. Prosentase
keaktifan peserta didik kelompok eksperimen pada pertemuan pertama hingga pertemuan ke-empat berturut-turut adalah 62,5, 70, 90 dan 95. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa peserta didik kelompok eksperimen aktif dalam pembelajaran yang dilakukan, sehingga dapat mendukung keefektifan model
pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbanruan LKS. Hasil observasi keaktifan peserta didik dapat dilihat pada lampiran 23.
Hipotesis penelitian diterima bahwa model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS lebih efektif terhadap model
pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori. Hal ini disebabkan terdapat kelebihan pada model pembelajaran kooperatif dengan metode
penemuan berbantuan LKS. Kelebihan model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS antara lain:
1 Penyampaian pembelajaran dengan menggunakan media LKS yang diberikan
pada peserta didik. Dengan media LKS peserta didik dapat belajar dengan teman dalam kelompok tanpa diterangkan guru di depan kelas. Guru akan
mengulang bagian yang perlu dijelaskan kembali di depan kelas setelah peserta didik mempresentasikan pekerjaannya di depan kelas.
2 Pembelajaran kooperatif melatih kerjasama peserta didik dalam
menyelesaikan masalah. Masalahnya adalah peserta didik harus dapat menyimpulkan materi pembelajaran yang ada dalam LKS.
3 Pembelajaran kooperatif dapat membantu peserta didik yang sulit menemukan
konsep sendiri. Peserta didik dapat bertanya atau bekerjasama dengan teman dalam kelompok untuk memahami konsep atau materi pelajaran.
4 Metode penemuan menjadikan peserta didik aktif dalam kegiatan belajar dan
dapat memahami benar materi pelajaran. Peserta didik aktif dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, aktif berpikir dan mengerjakan LKS untuk
menemukan konsep sehingga materi pelajaran telah dipahami.
5 Model pembelajaran kooperatif dengan metode penemuan berbantuan LKS
dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari matematika. Dengan dorongan guru dan teman dalam kelompok, seorang individu peserta didik
dapat menjadi bersemangat untuk mempelajari materi pelajaran matematika.
55