Pemilihan varietas Pembenihan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Adopsi Inovasi

commit to user

a. Pemilihan varietas

Varietas padi yang cocok dibudidayakan dengan cara organik adalah padi non hibrida. Handoko 2002 menyatakan bahwa tidak semua varietas padi cocok untuk dibudidayakan secara organik. Padi hibrida kurang cocok ditanam secara organik karena diperoleh melalui proses pemuliaan di laboratorium. Walaupun merupakan varietas unggul tahan hama dan tahan penyakit tertentu, tetapi umumnya padi hibrida hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah banyak. Tanpa pupuk kimia, padi tersebut tidak akan tumbuh subur dan berproduksi optimal. Padi dikatakan bervarietas unggul apabila mempunyai salah satu sifat keunggulan terhadap varietas sebelumnya. Keunggulan tersebut dapat tercermin pada sifat pembawanya yang dapat menghasilkan buah yang produksinya tinggi, pada satu satuan luas lahan dan pada satu satuan waktu. Produksi yang tinggi ini dapat terjadi karena perpaduan antara beberapa sifat yang ada pada tanaman. Sifat-sifat tanaman padi varietas unggul antara lain: 1 Mempunyai banyak anakan, 2 Jumlah malai tiap anakan banyak, 3 Banyaknya buah padi tiap-tiap malai 250 butir keatas, 4 Respon terhadap pemupukan, 5 Tahan terhadap hama dan penyakit, termasuk virus, 6 Umur pendek 110-140 hari setelah menyebar. Disamping itu masih ada sifat-sifat tambahn yang diinginkan sesuai selera petani antara lain: 1 Rasa nasi enak, 2 Tahan rontok, 3 Perawatannya mudah AAK, 1990. Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat: - Kebersihan benih terhadap gabah hampa, setengah hampa, potongan jerami, kerikil dan tanah, kotoran dan benda lain serta hama gudang. - Warna gabah hendaklah sesuai dengan aslinya, yaitu cerah dan bersih. Ada kemungkinan terdapat warna yang berbeda, commit to user misalnya hijau, hitam. Hal ini dapat terjadi pada benih yang kemasannya tidak seragam, ganguan lingkungan atau berbeda varietas. Terjadinya warna lain juga bisa disebabkan penanaman jatuh pada musim hujan, terutama PB 26 dan PB 39 AAK, 1990.

b. Pembenihan

Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Bila pembenihan benih tidak baik, hasilnya tidak akan baik walaupun perawatan seperti pemberian pupuk dan pemberantasan hama penyakit sudah dilakukan dengan benar. Handoko 2002 lebih lanjut mengatakan benih dikatakan bermutu bila jenisnya murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak dikehendaki. Benih yang baik pun harus tinggi daya kecambahnya, paling tidak harus mencapai 90. Lahan harus dipersiapkan sebaik-baiknya, agar diperoleh bibit yang baik. Dalam persiapan lahan untuk persemaian yang perlu diperhatikan adalah: - Tanah harus subur Tanah yang subur mengandung bunga tanah atau humus dalam lapisan yang dalam dan gembur. Tanah yang berstruktur gembur akan mempermudah penyediaan air. - Cahaya matahari Sinar matahari dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit agar tetap sehat dan kuat. Bibit harus diupayakan jangan sampai terlindung dari cahaya matahari, untuk menjaga terhadap penyakit etiolasi bibit memanjang dan lemah. - Pengairan Air dalam persemaian sangat diperlukan terutama untuk perkembangan semai bibit. Keadaan air pada persemaian commit to user harus diperhatikan; apabila mengalami kekeringan, harus segera diairi. Sebaliknya, apabila air terlalu tinggi, harus dikurangidialirkan, agar bibit tetap sehat. - pengawasan untuk memudahkan pengawasan, sebaiknya dipilih tempat persemaian yang strategis, misalnya dekat dengan rumah atau tempat lain yang mudah di awasi AAK, 1990. Persiapan lahan persemaian ini dilakukan 50 hari sebelum penanaman; bedeng semai harus sudah siap pada saat itu. Bibit memerlukan pemeliharaan, agar selama dalam persemaian atau sebelum bibit itu ditanam di lahan pertanaman, tetap dalam keadaan sehat. Ada berbagai cara untuk melakukan pengolahan tanah persemaian, yaitu persemaian kering, persemaian basah dan persemaian sistem Dapog AAK, 1990. Menurut AAK 1990 menyatakan bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih adalah : 1 Benih telah berkecambah dengan panjang 1 mm, 2 Benih tersebar merata, 3 Kerapatan benih harus sama.

c. Penyiapan lahan

Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KELOMPOK TANI SRI MAKMUR DALAM BUDIDAYA PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KEBUPATAN SRAGEN

0 13 131

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR – FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI PETANI PADA BUDIDAYA TANAMAN JERUK BESAR DI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

0 4 79

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR DI KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO

0 10 109

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI BUDIDAYA PADI SINTANUR DI DESA PEENG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

0 5 74

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN

0 9 92

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 8 83

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DI KABUPATEN SRAGEN.

0 0 7

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS “PADI MULYA” DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN.

0 0 14

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 12

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 1