Keadaan Pertanian Keadaan Umum Pertanian Organik

commit to user

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk menunjukkan struktur perekonomian yang ada pada wilayah tersebut, hal ini akan menentukan arah kebijakan pembangunan di daerah setempat. Kondisi penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Sambirejo dapat dilihat pada : Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sambirejo 2008. Lapangan Pekerjaan Jumlah Jiwa Prosentase Pertanian,perkebunan, perikanan, peternakan 11.232 71,57 Industri penggolahan 630 4,01 Perdagangan 1.840 11,72 Jasa 570 3,63 Transportasi,komunikasi 195 1,24 Perbankan dan real estate 9 0,05 pertambangan 499 3,18 konstruksi 709 4,52 Listrik, gas dan air minum 9 0,05 Jumlah 15.693 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kecamatan Sambirejo Tahun 2008. Tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah dari sektor pertanian yaitu sebanyak 11.232 jiwa 71,57. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memegang peranan utama bagi masyarakat untuk menggantungkan hidupnya. Dengan demikian kebijakan pembangunan yang perlu diambil adalah dengan menitikberatkan sektor pertanian yang didukung oleh sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah setempat.

C. Keadaan Pertanian

Pertanian merupakan satu-satunya bidang untuk menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Komoditas pertanian di Kecamatan Sambirejo antara lain yaitu: commit to user Tabel 4.6 Komoditas Pertanian di Kecamatan Sambirejo Tahun 2008. Jenis komoditas Luas panen ha Produksi Kw Rata-rataKwha Padi Jagung Ubi kayu Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Kacang panjang Cabe 2,55 90 535 416 695 37 5 4 153 3 8 9,6 7,6 234 75 60 60 32 18 23 11 6,3 15 15 Sumber : Statistik Kecamatan Sambirejo Tahun 2008. Tabel 4.6 dijelaskan produksi pertanian tertinggi dengan luas panen tertinggi adalah padi, dimana komoditas padi merupakan produk pertanian utama dari Kecamatan Sambirejo. Selain komoditas produksi dari tanaman pangan produksi pertanian, komoditas lainnya adalah dari sektor peternakan. Jenis ternak yang diusahakan adalah ternak sapi, kerbau, kambing domba dan unggas.

D. Keadaan Umum Pertanian Organik

Pertanian yang diterapkan di Kecamatan Sambirejo sebagian besar lebih mendekati sistem pertanian semi organik, dimana di dalam pelaksanaan budidayanya memanfaatkan pupuk organik dari kotoran hewan ternak, namun masih menggunakan pupuk kimia sebagai penunjang. Meskipun demikian, pertanian di daerah ini tergolong pertanian organik karena meminimalkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia Susanti, 2008. Pertanian padi organik di Kecamatan Sambirejo memang sebagian besar adalah dengan sistem pertanian semi organik, tetapi di sana juga ada desa yang sudah melaksanakan pertanian organik secara murni yaitu di Desa Sukorejo dan Desa Jetis. Kedua desa ini sudah mendapatkan sertifikat organik murni. Sejarah pertanian organik di Kecamatan Sambirejo diawali sejak tahun 2001. Hal yang serupa juga terjadi di Kabupaten Sragen yaitu dengan adanya pewacanaan isu back to nature kembali ke alam, namun secara resmi baru pada tahun 2003 dimana bupati Kabupaten Sragen mencanangkan program pertanian organik. commit to user Mulai tahun itulah mulai marak usaha-usaha yang dilakukan untuk membumikan program pertanian organik. Program pertanian organik diperkenalkan di desa-desa melalui pelatihan dan penyuluhan kepada kelompok tani untuk mengembangkan teknologi organik. Program pertanian organik yang dikembangkan adalah budidaya padi organik. Beberapa produk hasil padi organik antara lain beras menthik wangi organik, IR 64 organik, C-4 raja organik, beras merah unggul lokal organik, beras merah lokal organik, dan sereal bekatul organik. Kecamatan Sambirejo mempunyai sumber mata air yang belum tercemar oleh bahan kimia. Kecamatan Sambirejo mempunyai tujuh sumber mata air yang dapat memenuhi kebutuhan perairan sepanjang musim tanam dalam satu tahun. Pada tahun 2009, Kecamatan Sambirejo mempunyai lahansawah seluas 879 ha yang ditanami padi organik dan produksi padi organik sebanyak 5.685Ton. Pada tahun yang sama, Kecamatan Sambirejo mampu menghasilkan 1.238 ton pupuk organik dan 2.474 liter pestisida organik. Selain sebagai daerah penghasil padi organik dan pupuk organik, daerah ini juga digunakan sebagai daerah pengembangan dan pelatihan padi organik tingkat provinsi. Petani di Kecamatan Sambirejo ada yang sudah menggunakan pupuk organik seperti yang sudah digunakan dalam pertanian organik pada umumnya, yaitu pupuk kandangkompos yang diolah lebih lanjut sehingga menjadi pupuk organik siap tabur. Petani di Kecamatan Sambirejo sudah banyak yang menyadari kelebihan atau manfaat menggunakan pupuk organik, mereka sadar bahwa pupuk organik baik untuk kesuburan tanah, baik untuk kesehatan, dan lebih meminimalisir biaya produksi. commit to user

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Sosial Ekonomi Petani

1. Umur Petani

Umur, adalah usia petani responden pada saat dilakukan penelitian. Untuk mengetahui umur petani secara keseluruhan dapat diketahui pada tabel 5.1: Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Petani. No Keterangan Skor Jumlah orang Persentase Kategori Rata- rata 1 28-41 tahun 3 7 17,5 Tinggi 2 2 42-55 tahun 2 18 45 Sedang 3 55 tahun 1 15 37,5 rendah Jumlah 40 100,0 Sumber : Analisis data primer 2010. Table 5.1 menjelaskan bahwa mayoritas umur rosponden termasuk kategori sedang yaitu pada umur 42-55 tahun sebanyak 18 orang atau 45 persen. Umur terbanyak ke dua adalah umur lebih dari 55 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau 37,5 persen. Sedangkan umur 28-41 tahun adalah jumlah paling sedikit yaitu sebanyak 7 orang saja. Rata-rata umur petani berada pada kategori sedang. Umur petani padi organik di Sambirejo tergolong umur dengan kategori produktif, artinya pada umur tersebut responden masih mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan perekonomian keluarga dan mengembangkan usaha taninya. Petani yang berusia produktif memiliki kemampuan menerima informasi lebih mudah, sehingga peluang untuk memahami dan mengadopsi hal baru akan lebih mudah. Petani dengan usia 42-55 tahun berada dalam usia sedang dimana kemampuan secara fisik dan cara berpikir masih belum terlalu tua.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan menjadi sarana penting dalam membantu individu meningkatkan pengetahuannya. Tingkat pendidikan akan sangat

Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KELOMPOK TANI SRI MAKMUR DALAM BUDIDAYA PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KEBUPATAN SRAGEN

0 13 131

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR – FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI PETANI PADA BUDIDAYA TANAMAN JERUK BESAR DI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

0 4 79

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR DI KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO

0 10 109

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI BUDIDAYA PADI SINTANUR DI DESA PEENG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

0 5 74

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN

0 9 92

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 8 83

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DI KABUPATEN SRAGEN.

0 0 7

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS “PADI MULYA” DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN.

0 0 14

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 12

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 1