Pengukuran Variabel Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

commit to user 4 Pupuk yang digunakan untuk pemupukan susulan II saat tanaman berumur 25-60 HST dan dosis yang digunkan. b. Pengendalian hama dan penyakit yang diterapkan 1 Cara pengendalian hama 2 Cara pengendalian gulma 3 Cara pengendalian penyakit 4 Pestisidaherbisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit bahan-bahan yang digunakan 5 Dosis pestisidaherbisida yang digunakan Untuk mengukur tingkat adopsi teknologi perawatan tanaman, digunakan rumus lebar interval: Lebar interval = jumlah skor ter tinggi – jumlah skor ter rendah Jumlah kelas

2. Pengukuran Variabel

Tabel 2.1 Faktor Sosial Ekonomi Variabel kriteria Skor 1. Umur 28-41 tahun 42-55 tahun 55 tahun 3 2 1 2. Luas lahan 1,07 Ha 0,66-1,06 Ha 0,25-0,65 Ha 3 2 1 3. Pendidikan formal 18 Tahun 13-18 tahun 6-12 tahun 3 2 1 4. Pendidikan non formal 18 kalitahun 12-17 kali tahun 12 kali tahun 3 2 1 5. Pendapatan 10.000.000tahun 7.000.000-10.000.000tahun 3 2 commit to user 4.000.000-6.999.999tahun 1 6. Lingkungan sosial • Pengaruh dari elemen masyarakat dalam menerapkan budidaya padi organik, elemen masyarakat yang mempengaruhi meliputi: tetangga, kelompok tani, keluarga dan aparat desapemerintah. • Pengaruh dari elemen masyarakat dalam menerapkan budidaya padi organik, elemen masyarakat yang mempengaruhi meliputi: tetangga dan kelompok tani. • Pengaruh dari elemen masyarakat dalam menerapkan budidaya padi organik, elemen masyarakat yang mempengaruhi hanya kelompok tani saja 3 2 1 7. Pengalaman usaha tani padi organik 9 tahun 7-9 tahun 7 tahun 3 2 1 8. Tingkat kosmopolitan 18-23 kali tahun 12-17 kali tahun 6-11 kali tahun 3 2 1 Tabel 2.2 Tentang adopsi budidaya padi organik pada tahap pemilihan varietas, pembenihan, penyiapan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman mengunakan skor 1-3. Skor tersebut mempunyai arti sebagai berikut: skor 3 untuk menyatakan tinggi, skor 2 untuk menyatakan sedang, dan skor 1 untuk menyatakan rendah. commit to user Tabel 2.2 Adopsi budidaya padi organik pada tahap Pemilihan varietas, pembenihan, Penyiapan lahan, penanaman, dan Perawatan tanaman Indikator adopsi Standar Kriteria skor 1. Pemilihan varietas a. varietas padi yang digunakan oleh petani a. varietas lokal seperti mentik, beras merah, panda wangi b. varietas unggul seperti IR 64 dan C-4 raja c. bergantian antara varietas lokal dengan varietas produk unggul. Baik Sedang Buruk 3 2 1 b. asal varietas yang digunakan a. produk pertanian organik agen pertanian organik b. dari penyisihan panen yang terdahulu atau dari petani c. produk rekayasa genetika Baik Sedang Buruk 3 2 1 c. lama varietas tersebut dibudidayakan dalam budidaya organik a. 2 tahun b. 2 tahun c. 1 tahun Baik Sedang Buruk 3 2 1 2. Pembenihan a. Seleksi benih 1. kriteria benih yang digunakan dalam budidaya padi organik 1. syaratnya benih harus berasal dari varietas alami, dengan kriteria: jenisnya murni, bernas, kuning, bebas dari penyakit, bebas dari campuran biji rerumputan yang tidak di kehendaki dan daya kecambah tinggi 2. hanya sebagian kriteria yang diterapkan diantaranya adalah bernas, bebas dari penyakit, dan daya kecambah tingg 3.semua kriteria tidak diterapkan atau dipenuhi Baik Sedang Buruk 3 2 1 2. cara menyeleksi benih padi 1. dengan cara merendam benih kedalam air 2.diseleksi tanpa merendam dalam air Baik Sedang 3 2 commit to user 3. tanpa penyeleksian benih Buruk 1 b. Kebutuhan benih 1. cara mengetahui kebutuhan akan benih padi 1. dihitung berdasarkan jarak tanam dan luas lahan 2. berdasarkan perkiraan 3. tidak dihitung, asal membuat benih saja Baik Sedang Buruk 3 2 1 c. penyiapan tempat pembenihan 1. cara menentukan luas tempat untuk pembenihan 1. luas tempat pembenihan minimal adalah 120 dari luas lahan 2. luas tempat pembenihan minimal adalah 120 dari luas lahan 3. tidak punya dasar yang jelas Baik Sedang Buruk 3 2 1 2. ada atau tidaknya parit untuk pengaturan air di tempat pembenihan 1. parit dibuat diantara bedengan dengan jarak 30 cm 2. parit dibuat di sisi-sisi tertentu dari tempat pembenihan 3. tidak dibuat parit Baik Sedang Buruk 3 2 1 3. penggunaan pupuk pada tempat pembenihan 1. diberi pupuk organik matang dan abu tanpa pupuk kimia pada saat pengolahan tanah untuk pembenihan. 2. diberi campuran pupuk kandang dengan pupuk kimia 3. tidak diberi pupuk kandang ataupun pupuk kimia Baik Sedang Buruk 3 2 1 d. pengecambahan benih 1. cara mengecambah kan benih padi 1. direndam dalam air bersih selama kurang lebih 24 jam setelah itu benih diperam dengan karung kresek diatas lantai yang Baik 3 commit to user hangat dan bisa ditambah zat penangkal hama seperti dringo dan bawang putih, tunggu hingga keluar akar dengan panjang 1-2 mm. 2. seperti cara pada point a, tetapi tidak diberi zat penangkal hama atau penyakit 3. menggunakan cara yang tidak dianjurkan Sedang Buruk 2 1 2. lama mengecam- bahkan benih padi 1. 24 jam 2. 24 jam 3. 24 jam Baik Sedang Buruk 3 2 1 e. Menyebarkan benih 1. cara menyebarkan benih ke persemaian 1. Disebarkan secara merata dimulai dari pinggir 2. Disebarkan secara merata dari berbagai arah tidak teratur 3. Dibenamkan Baik Sedang Buruk 3 2 1 3. lama pembenihan sampai menjadi bibit 1. 18-21hari 2. 22-23 hari 3. 18 atau 24 hari Baik Sedang Buruk 3 2 1 3. Penyiapan lahan a. lama lahan digunakan untuk budidaya padi organik a. 5-7 tahun b. 2-4 tahun c. 2 tahun Baik Sedang Buruk 3 2 1 b. pupuk yang digunakan setelah pembajakan a. pupuk kandang atau kompos b. pupuk kandang dan pupuk kimia c. pupuk kimia Baik Sedang Buruk 3 2 1 c. asal atau sumber peng airan untuk sawah a. air tanah b. air tanah bercampur limbah rumah tangga air bekas penggunaan dari rumah Baik Sedang 3 2 commit to user tangga, contoh air cucian c. air pabrik atau industri Buruk 1 4. penanaman a. jarak tanam yang di gunakan a. 20 cm x 20 cm b. 25 cm x 25 cm c. 30 cm x 30 cm Baik Sedang Buruk 3 2 1 b. jumlah bibit yang dimasukan dalam setiap rumpun a. 2-3 bibit b. 1 bibit c. 4 bibit Baik Sedang Buruk 3 2 1 5. Perawatan tanaman a. Pemupukan 1. Pupuk dasar yang digunakan 1 Pupuk kandangkomposbokashi 2 Campuran antara pupuk organik dengan kimia 3 Pupuk kimia Baik Sedang Buruk 3 2 1 2. Frekuensi penggunaan pupuk 1 4x 1 pupuk dasar, 3x pupuk susulan 2 3x 1 pupuk dasar, 2x pupuk susulan 3 2 kali Baik Sedang Buruk 3 2 1 3. Pupuk yang diguna kan untuk pemupu- kan susulan I saat tanaman berumur 15 HST dan dosis yang digunakan 1 Pupuk kandang 1 ton Ha 0,5 ton kompos fermentasiHa 2 Campuran pupuk organik dan pupuk kimia 3 Pupuk kimia Baik Sedang Buruk 3 2 1 4. Pupuk yang diguna kan untuk pemupu kan susulan II 25-60 HST dan dosis yang digunakan 1 Pupuk organik cair dengan unsur N tinggi, 1 liter pupuk organik cair dengan 17 liter airHa 2 Campuran pupuk organik dan pupuk kimia 3 Pupuk kimia Baik Sedang Buruk 3 2 1 commit to user b. Pengendalian hama dan penyakit yang diterapkan 1. Cara pengendali-an hama 1 Teknik budidaya dengan rotasi tanaman, biologis dengan predator, menyemprotkan cendawan penginfeksi, fisik dengan perangkap, kimia pestisida organik 2 biologis dengan predator, menyemprotkan cendawan penginfeksi, fisik dengan perangkap, kimia pestisida organik dan pestisida non organik pestisida pabrikan 3 dengan pestisida non organik Baik Sedang Buruk 3 2 1 2. cara pengendalian gulma 1 secara fisik selain dibakar, penyiangandicabut, rotasi tanaman 2 secara fisik dan secara kimia non organikherbisida 3 dengan pestisida non organik pabrikan Baik Sedang Buruk 3 2 1 3. cara pengendalian penyakit 1 perbaikan kesuburan tanah menambah pupuk kandangkompos biologi dengan serangan Vektor, fisik pencabutan inang, kimia fungisida organik 2 biologi dengan serangan Vektor, fisik pencabutan inang, kimia herbisida organik dan herbisida non organik pabrik 3 dengan herbisida non organik Baik Sedang Buruk 3 2 1 4. pestisida atau herbisida yang digunakan untuk 1 tumbuhan dan binatang, mineral, mikro organisme 2 tumbuhan dan binatang Baik Sedang 3 2 commit to user pengendalian hama dan penyakit bahan yang digunakan 3 dari bahan kimia non organik Buruk 1 5. dosis pestisida atau herbisida yang digunakan 1 sesuai aturan yang ada dikemasan, luas lahan, dan jenis hama penyakit 2 kurang memperhatikan kebutuhan 3 tidak memperhatikan Baik Sedang Buruk 3 2 1 commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode yang memusatkan pada pengumpulan data kuantitatif yang berupa angka-angka kemudian dianalisis dengan menggunakan alat analisis kuantitatif yang berupa analisis statistika maupun dengan menggunakan perhitungan matematika Mardikanto,2001. Sedangkan, teknik penelitian yang digunakan adalah teknik survei. Menurut Singarimbun dan Effendi 1995, penelitian survei adalah penelitian dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuisoner sebagai alat pengumpul.

B. Penentuan Lokasi Penelitian

Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi dalam penelitian ini adalah metode Purposive. Metode Purposive merupakan metode pemilihan lokasi secara sengaja dengan alasan tertentu yang sesuai dengan penelitian. Hal ini sesuai dengan peryataan Wirartha 2006, yaitu sampel di tetapkan secara sengaja oleh peneliti di dasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Penelitian dilaksanakan di daerah tersebut, karena beberapa alasan yaitu: 1 Kecamatan Sambirejo merupakan satu-satunya Kecamatan yang memperoleh sertifikasi organik 100 persen di Kabupaten Sragen., 2 Kecamatan Sambirejo digunakan sebagai daerah pengembangan dan pelatihan padi organik tingkat propinsi., 3 Budidaya padi organik di Kecamatan Sambirejo juga berlangsung secara terus menerus dan diawasi setiap tahunnya oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Tanah Bogor BALITBANG Tanah sejak tahun 2006 sampai 2009., 4 Kecamatan

Dokumen yang terkait

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA KELOMPOK TANI SRI MAKMUR DALAM BUDIDAYA PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KEBUPATAN SRAGEN

0 13 131

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR – FAKTOR SOSIAL EKONOMI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI PETANI PADA BUDIDAYA TANAMAN JERUK BESAR DI KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

0 4 79

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR DI KECAMATAN LENDAH KABUPATEN KULON PROGO

0 10 109

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI PETANI DENGAN TINGKAT ADOPSI INOVASI BUDIDAYA PADI SINTANUR DI DESA PEENG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

0 5 74

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI DALAM PENERAPAN PERTANIAN PADI ORGANIK DI DESA SUKOREJO KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN

0 9 92

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 8 83

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DI KABUPATEN SRAGEN.

0 0 7

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI TERHADAP KEPUTUSAN PETANI PADI ORGANIK DALAM MENJALIN KEMITRAAN DENGAN PERUSAHAAN BERAS “PADI MULYA” DI KECAMATAN SAMBIREJO KABUPATEN SRAGEN.

0 0 14

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 12

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Padi Sawah dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi (Studi Kasus: Desa Percut, Kecamatan Percut Sei Tuan)

0 0 1