commit to user
ketahanan pangan nasioanal, tidak efisien bahkan ada yang tanpa alasan yang jelas
Asosiasi Petani Organik Kabupaten Sragen, 2008.
5. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Adopsi Inovasi
Faktor-faktor sosial ekonomi adalah faktor-faktor yang berasal dari segi sosial dan ekonomi yang dimiliki petani sehingga dapat
mempengaruhi keputusan mereka mengenai suatu hal. Faktor-faktor sosial ekonomi yang dimiliki petani dapat mempengaruhi keputusan
mereka untuk menentukan apakah mereka perlu mengadopsi inovasi atau tidak. Faktor-faktor sosial ekonomi yang diteliti dalam penelitian
ini adalah umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas lahan penguasaan petani, dan lingkungan sosial
petani.
a. Umur
Menurut Lionberg yang dikutip dari Mardikanto 2003 menyatakan bahwa semakin tua lebih dari 50 tahun biasanya
semakin rendah partisipasinya dan cenderung
hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh
waraga masyarakat setempat. Petani muda biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui,
sehingga mereka lebih cepat dalam melakukan adopsi inovasi. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa petani-petani yang lebih
tua mempunyai problem-problem yang berbeda dari pada yang berusia setengah tua dan yang lebih muda Soekartawi, 1988.
Orang-orang yang berperan aktif di dalam masyarakat pedesaan saat ini adalah orang-orang yang lanjut usia atau yang
sudah berangkat menuju jenjang ketuaan. Orang-orang ini mempunyai dasar pendidikan formal yang rendah. Orang-orang
inilah yang menentukan “segala sesuatu” bagi desanya. Di samping itu, karena kurangnya berkomunikasi dengan masyarakat
commit to user
di luar desa karena daerah terisolir dsb orang-orang ini menjadi sangat kurang berpengalaman dan kurang mempunyai
ketrampilan untuk mengikuti perkembangan teknologi baru yang terus melaju diluar masyarakatnya. Keadaan demikian ini, jelas
akan sangat menghambat proses adopsi teknologi Mardikanto, 1994.
b. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang, lembaga pendidikan
mulai dari pra sekolah sampai perguruan tinggi Suhardiyono, 1992. Lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah
memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didiknya menuju sikap yang kita harapkan. Tujuan pendidikan
adalah merubah sikap anak didik kearah tujuan pendidikan. Peranan sekolah itu jauh lebih luas, didalamnya berlangsung
beberapa bentuk-bentuk dasar dari pada kelangsungan pendidikan pada umumnya ialah pembentukan sikap-sikap dan kebiasaan
yang wajar Azwar,1995.
c. Pendidikan non formal
Pendidikan non formal diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir yang berada diluar sistem
pendidikan sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang berlangsung berada dalam situasi interaksi belajar mengajar
yang terjontrol Mardikanto dan Sutarni, 1982. Menurut Azwar 1995 mengemukakan bahwa pendidikan
non formal merupakan pendidikan yang didapat diluar bangku sekolah. Penyuluh pertanian dan pelatihan merupakan pendidikan
non formal. Penyuluhan pertanian merupakan sistem pendidikan non formal yang tidak sekedar memberikan penerangan atau
menjelaskan tetapi berupaya untuk mengubah perilaku sasarannya agar memiliki pengetahuan pertanian dan berusaha tani yang luas,
commit to user
memiliki sikap progresif untuk melakukan perubahan dan inovatif terhadap inovasi sesuatu informasi baru, serta terampil
melaksanakan kegiatan.
d. Pendapatan