commit to user
malai 5-6 helai daun, batang bawah besar dan keras, bebas hama dan penyakit, serta jenisnya seragam.
Umur bibit berpengaruh terhadap produktivitas dan untuk setiap varietas memiliki umur yang ideal untuk setiap tanaman. Varietas genjah
100-115 umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 18-21 hari. Varietas sedang sekitar 130 umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah
21-25 hari. Sementara untuk varietas dalam sekitar 150 umur bibit terbaik untuk dipindahkan adalah 30-34 hari.
3. Tingkat Adopsi Pada Penyiapan Lahan Untuk Budidaya Padi
Organik
Lahan yang digunakan untuk produksi pertanian organik padi organik menurut Seta 2002 yang dikutib dari Wahyu 2004, harus
bebas dari bahan kimia sintetis pupuk dan pestisida non organik. Jika lahan yang akan digunakan untuk produksi pertanian organik berasal dari
lahan yang sebelumnya digunakan untuk produksi pertanian non organik, maka lahan tersebut harus dilkaukan konversi dengan ketentuan sebagai
berikut: a.
Tanaman semusim diperlukan masa konversi minimal dua tahun sedangkan untuk tanaman tahunan diperlukan masa konversi minimal
tiga tahun. Bergantung pada kondisi dan situasi yang ada, masa konversi bisa diperpanjang atau diperpendek namun masa konversinya
tidak boleh kurang dari 12 bulan. b.
Lahan yang telah dikonversi atau yang sedang dikonversi ke produksi organik tidak diperbolehkan untuk dirubah bolak balik antara organik
dan konvensional non organik. c.
Dalam suatu hamparan, konversi lahan tidak dilakukan pada saat yang bersamaan,maka perlu ada pemisahan yang jelas dan tegas antara lahan
organik dan lahan non organik untuk menghindari kontaminasi dari lahan non organik ke lahan organik.
commit to user
Data tingkat adopsi teknologi padi organik tahap penyiapan lahan dapat dilihat pada table 5.13.
Tabel 5.13. Tingkat Penerapan Teknologi Organik Pada Tahap Penyiapan Lahan Budidaya Padi Organik.
No Kategori Skor
Jumlah orang Persentase Rata-rata
1 Rendah 3-5
6 15
2 Sedang 6-7
16 40
2 3
Tinggi 8-9
18 45
Jumlah 40
100 Sumber : Analisis data primer 2010.
Dari tabel 5.13 diatas diperoleh data rata-rata tingkat adopsi petani pada tahap penyiapan lahan untuk budi daya padi organik berada pada
tingkat sedang. Penilaian tingkat adopsi teknologi penyiapan lahan menggunkan indikator yang meliputi lama lahan digunakan untuk
budidaya padi organik dan pupuk yang digunakan setelah pembajakan. Berdasarkan analisis data dilapangan diketahui bahwa mayoritas
lahan yang digunakan petani untuk budidaya padi organik di Kecamatan Sambirejo adalah selama tujuh sampai sembilan tahun yaitu sebanyak 45
persen. Penggunaan lahan untuk budidaya padi organik di Kecamatan Sambirejo sudah relatif lama dan sudah memenuhi standart waktu
penggunaan lahan untuk budidaya padi organik, namun baru ada dua desa yang sudah mendapatkan sertifikasi 100 persen organik yaitu desa
Sukorejo dan Jetis sedangkan desa yang lain masih bersetatus semi organik. Kondisi ini di akibatkan juga karena sumber daya alam yang ada,
terutama letak geografisnya. Letak geografis ini bisa mempengaruhi kemurnian air, air yang terbawa melalui pengairan air yang ada akan lebih
beresiko tercemari limbah pabrik atau limbah rumah tangga apabila ia semakin jauh dari sumber mata air. Dua desa yang sudah mendapatkan
sertifikasi 100 persen organik diatas letaknya ada di hulu sungai yang airnya masih murni belum tercemar limbah.
Setelah dilakukan pembajakan tanah kemudian diberi pupuk kandangkompos, dan pemberian pupuk kompos atau kandang ini
dijadikan sebagai pupuk dasar dalam budidaya padi organik. Kegiatan
commit to user
yang dilakukan setelah tanah diberi pupuk kandang atau kompos tanah kemudian digaru diratakan agar tanah menjadi rata dan membenamkan
rumput-rumput yang masih ada dipermukaan. Atau sebelum dibajak, tanah sudah terlebih dahulu disebari pupuk kandang atau kompos setelah itu
dibajak. Dari pengamatan dilapangan diperoleh juga tidak semua petani menggunakan pupuk kandang atau kompos saja setelah pemupukan,
namun ada yang mencampurkan pupuk organik dengan pupuk kimia. Para petani padi organik di Kecamatan Sambirejo sumber pengairan
sawahnya berasal dari sumber mata air. Di Kecamatan Sambirejo ada sekitar tujuh sumber air yang dikelola pemerintah Sambirejo untuk
pengairan pertanian, tujuh sumber air ini adalah bendungan gepuk, bendungan kedung gempol, bendungan nangsri, bendungan kedungsong,
bendungan gamping, bendungan sedayu, dan bendungan Serambang.
4. Tingkat Adopsi Pada Penanaman Padi Organik