21 listen-create tergolong sedang dan ini lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang tergolong rendah. Peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa
dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate-share-listen-create lebih baik dari yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Selain itu,
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate-share-listen-create menunjukkan disposisi matematik yang
tergolong cukup baik dari disposisi matematik yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Gursel Guler and Alper Ciltas dalam
International Journal of Humanities and Social Science, Volume 1, Nomor 11, Agustus 2011
yang berjudul “The Visual Representation Usage Levels of Mathematics Teachers and Students in Solving Verbal Problems
”.
33
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkatan penggunaan representasi visual pada guru matematika dan siswanya pada pemecahan
masalah matematika verbal dimana tidak ada bilangan, gambar, grafik, dan diagram. Sampel yang digunakan 6 orang guru matematika dan 121 siswa
yang guru tersebut ajarkan. Hasil analisis data, ditemukan hubungan yang positif antara guru yang mengajarkan dengan menggunakan representasi
visual dengan representasi visual yang digunakan siswa yang diajarkannya dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini, semakin sering guru mengajarkan
memecahkan masalah dengan menggunakan representasi visual, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan representasi visual yang digunakan
siswa dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan representasi visual, acapkali sukses memecahkan masalah
sehingga dipercaya penggunaan representasi visual dapat memecahankan masalah matematika verbal dengan baik.
F. Kerangka Berpikir
Pencantuman representasi sebagai salah satu standar proses pembelajaran
33
Gursel Guler and Alper Ciltas, op. cit., p. 145-153
22 matematika membuat kemampuan representasi harus dimiliki siswa dikarenakan
dalam mengkomunikasikan ide-ide dalam matematika, diperlukan cara untuk merepresentasikannya dalam berbagai cara, diantaranya menggunakan simbol
tertulis, gambar ataupun kata-kata. Kemampuan representasi matematis yang digunakan dalam pembelajaran menunjukkan tingkat pemahaman dan mendukung
kemampuan pemecahan masalah matematika. Karena masalah yang rumit dan kompleks dapat lebih mudah dipahami jika dapat memanfaatkan representasi yang
sesuai dengan permasalahan tersebut. Representasi dibagi menjadi tiga, yaitu representasi visual, representasi
simbolik, dan representasi verbal. Representasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah representasi visual. Karena banyak siswa di Indonesia yang sudah cukup
baik prestasi belajar matematikanya tapi kemampuan representasi visualnya masih rendah. Dalam pelaksanaannya, untuk mengembangkan kemampuan representasi
visual matematis bukan merupakan hal yang mudah karena pembelajaran masih berpusat pada guru dan representasi visual hanya dijadikan sebagai pelengkap
materi. Akhirnya, Siswa sulit untuk merepresentasikan gagasan atau ide matematika yang mereka miliki dalam bentuk tabel, grafik, diagram, atau gambar.
Perlu adanya upaya meningkatkan kemampuan representasi visual matematis, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran Formulate-Share-Listen-Create
FSLC. Pembelajaran ini memberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok kecil dan memberikan keluasaan siswa untuk berpikir secara aktif. Sebelum
bekerja dengan kelompoknya, siswa diberikan kesempatan untuk memikirkan secara individu jawaban yang tepat untuk soal tersebut sehingga siswa dapat
mengembangkan kemampuan
representasi visual
matematisnya, lalu
menuliskannya formulate.
Dilanjutkan dengan
berbagi ide
bersama kelompoknya dan saling mendengarkan dilanjutkan dengan menyepakati jawaban
yang menurut semua anggota kelompok paling tepat, setelah waktu diskusi dianggap cukup, guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan jawaban
hasil diskusi kelompok mereka di depan kelas share dan listen. Kemudian, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi yang didiskusikan
sebelumnya secara berkelompok create.
23 Dalam proses pembelajarannnya, siswa diberi kebebasan dalam cara
menyelesaikan permasalahan yang diberikan asalkan masih berkaitan dengan materi yang diajarkan sehingga siswa dapat merepresentasikan gagasan atau ide
matematika yang dimilikinya. Hal ini membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan representasi visualnya. Jadi, dengan proses pembelajaran FSLC ini
diharapkan kemampuan representasi visual matematis siswa dapat meningkat. Secara sederhana kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian
Pembelajaran ekspositori
Representasi visual hanya dijadikan
pelengkap Siswa sulit
merepresentasikan gagasan matematikanya
dalam bentuk visual
Pembelajaran Formulate-Share- Listen-Create FSLC
1. Formulate
2. Share Listen
3. Create
Kemampuan representasi visual matematis rendah
Kemampuan representasi visual matematis
Menginterpretasikan tabel, diagram garis, diagram batang,
atau diagram lingkaran untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan ukuran pemusatan data untuk data
tunggal
Kemampuan representasi visual matematis siswa lebih tinggi
Menginterpretasikan tabel, diagram garis, diagram batang,
atau diagram lingkaran untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan ukuran pemusatan data untuk data
kelompok