18 2.
Menginterpretasikan tabel, diagram garis, diagram batang, atau diagram lingkaran untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ukuran
pemusatan data untuk data kelompok. Pada penelitian ini, ada sedikit modifikasi pada beberapa tahapan
pembelajaran Formulate-Share-Listen-Create FSLC, sebagai berikut: 1
Formulate, pada tahap ini siswa diminta untuk memikirkan secara individu jawaban yang tepat untuk soal tersebut sehingga siswa dapat mengembangkan
kemampuan representasi visual matematisnya, lalu menuliskannya. 2
Share dan Listen, pada tahap ini siswa diminta untuk berkelompok dan saling berbagi serta aktif mendengarkan jawaban dari masing-masing anggota
kelompok yang diperoleh pada tahap formulate. Kemudian siswa diminta agar menyepakati jawaban yang menurut semua anggota kelompok paling
tepat. Setelah waktu diskusi dianggap cukup, guru meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka di depan
kelas. 3
Create, siswa diminta untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi yang didiskusikan sebelumnya secara berkelompok. Pada tahap ini siswa
dapat lebih memahami tentang materi yang sedang dipelajari.
D. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di sekolah dalam proses pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang
dilaksanakan di sekolah tempat dilaksanakan penelitian ini adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik scientific. Pendekatan saintifik digunakan sebagai
mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang didasarkan pada struktur logis. Dalam pendekatan tersebut siswa melakukan kegiatan belajar mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis.
30
Dengan pendekatan ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan pengetahuan,
30
Lampiran Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran, h. 5
19 kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung
dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat terjadi bila didukung dengan strategi atau metode pembelajaran yang tepat.
Namun, pada kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran ekspositori, biarpun sudah menggunakan metode diskusi kelompok.
Dalam pembelajaran ini para siswa dianggap mempunyai minat dan kecepatan belajar yang relatif sama. Posisi guru lebih dominan dalam kegiatan pembelajaran,
semua kegiatan pembelajaran berpusat pada guru dan kurang adanya interaksi antara guru dan siswa sehingga siswa menjadi pasif. Guru membiarkan bakat
siswa tertutup dengan cara-cara penyelesaian harus mengikuti yang guru contohkan tanpa mencoba untuk mengeksplorasi kreativitas penyelesaian soal
yang mungkin dimiliki siswa. Pembelajaran ini dapat dikatakan lebih menekankan siswa untuk mengingat atau menghafal, dan kurang menekankan siswa untuk
bernalar, memahami konsep serta memecahkan masalah. Langkah-langkah pembelajaran ekspositori dapat dirinci sebagai berikut:
31
a Persiapan, dalam tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk
menerima pelajaran. b
Penyajian, dalam tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru berusaha semaksimal mungkin
agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
c Korelasi, dalam tahap ini guru menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman siswa untuk memberikan makna terhadap materi pembelajaran. d
Menyimpulkan adalah tahapan memahami inti dari materi pembelajaran yang disajikan.
e Mengaplikasikan merupakan tahapan unjuk kemampuan siswa setelah
menyimak penjelasan guru. Pembelajaran ekspositori memiliki peran guru yang sangat dominan dalam
pembelajaran. Materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru. Siswa tidak
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, h. 183-188
20 dituntut untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang sedang dipelajari.
Pada dasarnya, tujuan pembelajaran bukan hanya sekedar akumulasi pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan yang telah diperoleh siswa dalam
pembelajaran tersebut mampu diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran ini tidak dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan representasi visual matematisnya.
E. Hasil Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Anggraeni dan Utari Sumarmo dalam
Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Volume 2, Nomor 1, Februari 2013
yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan
Kontekstual dan Strategi Formulate-Share-Listen-Create FSLC”.
32
Tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah formulate kegiatan mencatat informasi
yang berkaitan dengan tugas dan membuat rencana penyelesaian, share siswa berbagi pendapat dengan pasangannya, listen tiap pasangan saling
mendengar pendapat pasangan lainnya, dan mencatat perbedaan dan persamaan pendapat, dan create siswa berdiskusi untuk mencapai
kesimpulan. Hasil analisis data mengenai pretes, postes, dan normal gain diperoleh tidak ada perbedaan skor pretes kemampuan pemahaman
matematik dan komunikasi matematik siswa pada kedua kelas pembelajaran dan seluruhnya tergolong sangat rendah. Namun, setelah pembelajaran, siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate- share-listen-create, kemampuan pemahaman matematik siswanya tergolong
cukup baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang tergolong sedang.
Begitu juga dengan kemampuan komunikasi matematik pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate-share-
32
Dian Anggraeni dan Utari Sumarmo, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual dan Strategi Formulate-
Share-Listen-Create FSLC, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 2, No. 1, 2013, h. 1-10