Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional dalam menyelesaikan
masalah kontekstual untuk indikator representasi berupa gambar pictorial representation paling rendah dibandingkan dengan persentase indikator berupa
simbol symbolic representation dan representasi berupa kata-kata verbal representation.
7
Representasi berupa gambar dalam matematika merupakan bagian dari representasi visual matematis juga. Hudiono juga menyatakan bahwa
hanya sebagian kecil siswa dapat menjawab benar dalam mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan kemampuan representasi, sedangkan sebagian
besar lainnya lemah dalam memanfaatkan kemampuan representasi yang dimilikinya, khususnya representasi visual.
8
Berdasarkan observasi di SMK Negeri 7 Kabupaten Tangerang, peneliti memperoleh keterangan bahwa siswa kelas XI masih mengalami kesulitan dalam
menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah. Hal ini terlihat dari jawaban siswa saat ulangan harian pada materi program linear, siswa
kesulitan menyelesaikan soal yang meminta siswa untuk menemukan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linear dengan menggunakan metode grafik.
Bahkan siswa tidak membuat tabel atau grafik dari informasi yang disajikan pada soal untuk membantunya menemukan jawaban, sehingga mereka hanya menebak-
nebak jawabannya. Indikator-indikator tersebut yang menunjukan representasi visual matematis yang rendah. Kelemahan representasi visual dapat terjadi karena
pada proses pembelajaran mungkin guru hanya menyampaikan representasi visual sebagai pelengkap materi yang diajarkan dan tidak dilatihkan kepada siswa.
Menyadari bahwa salah satu penyebab rendahnya kemampuan representasi visual matematis siswa adalah pembelajaran yang didalamnya jarang terdapat
aktivitas untuk mengembangkan representasi visual, sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk menampilkan ide-ide matematis baik berupa tabel,
7
Erdy Poernomo, “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Strategi Think-Talk-Write Menggunakan Masalah Kontekstual Terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa”,
Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014, h. 68, tidak dipublikasikan
8
Bambang Hudiono, Peran Pembelajaran Diskursus Multi Representasi Terhadap Pengembangan Kemampuan Matematika dan Daya Representasi pada Siswa SLTP, Jurnal
Cakrawala Kependidikan, Vol. 8, No. 2, 2010, h. 106
5 grafik, diagram atau gambar yang mereka miliki. Maka betapa pentingnya suatu
pembelajaran yang mampu memberikan rangsangan agar siswa menjadi aktif, mampu dan berani mengemukakan ide atau gagasan matematisnya, menjelaskan
masalah, bertukar pikiran dengan teman dan mencari alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Hal tersebut terdapat pada pembelajaran
Formulate-Share-Listen-Create FSLC. Pembelajaran Formulate-Share-Listen-Create FSLC dikembangkan oleh
Johnson, Johnson, dan Smith pada tahun 1991 serta merupakan modifikasi dari pembelajaran Think-Pair-Share TPS.
9
Perbedaan pembelajaran FSLC dibanding pembelajaran TPS adalah dalam pembelajaran FSLC siswa secara individu tidak
sekedar memikirkan jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan oleh guru think, tetapi siswa juga harus merumuskan atau menuliskan jawaban atas
pertanyaan guru secara individu formulate. Pembelajaran FSLC memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja dalam
kelompok kecil beranggotakan 3-4 siswa. Sebelum bekerja dengan kelompoknya, siswa diberikan waktu beberapa saat untuk memformulasikan hasil pemikiran atau
gagasannya secara individu dari sebuah permasalahan yang diberikan oleh guru untuk dituangkan dalam sebuah jawaban. Selanjutnya, siswa bergabung dengan
teman sekelompoknya
untuk menyampaikan
hasil kerjanya.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, diharapkan siswa memiliki kesempatan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan siswa memiliki keluwesan dalam mengungkapkan ide atau gagasan matematis baik berupa tabel, grafik, diagram
atau gambar yang dimilikinya sehingga siswa terbiasa menggunakan representasi visual dalam menyelesaikan beberapa masalah matematika. Selain itu, dengan
mempertimbangkan hasil kerja individu dan pemilihan teman sekelompok, diharapkan setiap siswa mengikuti pembelajaran lebih aktif, lebih percaya diri,
merasa nyaman dan dapat saling berkoordinasi secara maksimal dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka peneliti
9
Susan Ledlow,
Using Think-Pair-Share
in the
College Classroom,
2001, http:www.hydroville.orgsystemfilesteam_thinkpairshare.pdf
6 merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh Pembelajaran Formulate-Share-Listen-Create FSLC Terhadap Kemampuan Representasi
Visual Matematis Siswa ”.