20 dituntut untuk menemukan sendiri konsep dari materi yang sedang dipelajari.
Pada dasarnya, tujuan pembelajaran bukan hanya sekedar akumulasi pengetahuan akan tetapi bagaimana pengetahuan yang telah diperoleh siswa dalam
pembelajaran tersebut mampu diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran ini tidak dapat mendorong siswa untuk
mengembangkan kemampuan representasi visual matematisnya.
E. Hasil Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Anggraeni dan Utari Sumarmo dalam
Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Volume 2, Nomor 1, Februari 2013
yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan
Kontekstual dan Strategi Formulate-Share-Listen-Create FSLC”.
32
Tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah formulate kegiatan mencatat informasi
yang berkaitan dengan tugas dan membuat rencana penyelesaian, share siswa berbagi pendapat dengan pasangannya, listen tiap pasangan saling
mendengar pendapat pasangan lainnya, dan mencatat perbedaan dan persamaan pendapat, dan create siswa berdiskusi untuk mencapai
kesimpulan. Hasil analisis data mengenai pretes, postes, dan normal gain diperoleh tidak ada perbedaan skor pretes kemampuan pemahaman
matematik dan komunikasi matematik siswa pada kedua kelas pembelajaran dan seluruhnya tergolong sangat rendah. Namun, setelah pembelajaran, siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate- share-listen-create, kemampuan pemahaman matematik siswanya tergolong
cukup baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang tergolong sedang.
Begitu juga dengan kemampuan komunikasi matematik pada siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate-share-
32
Dian Anggraeni dan Utari Sumarmo, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual dan Strategi Formulate-
Share-Listen-Create FSLC, Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol. 2, No. 1, 2013, h. 1-10
21 listen-create tergolong sedang dan ini lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional yang tergolong rendah. Peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa
dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate-share-listen-create lebih baik dari yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Selain itu,
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual dan strategi formulate-share-listen-create menunjukkan disposisi matematik yang
tergolong cukup baik dari disposisi matematik yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Gursel Guler and Alper Ciltas dalam
International Journal of Humanities and Social Science, Volume 1, Nomor 11, Agustus 2011
yang berjudul “The Visual Representation Usage Levels of Mathematics Teachers and Students in Solving Verbal Problems
”.
33
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkatan penggunaan representasi visual pada guru matematika dan siswanya pada pemecahan
masalah matematika verbal dimana tidak ada bilangan, gambar, grafik, dan diagram. Sampel yang digunakan 6 orang guru matematika dan 121 siswa
yang guru tersebut ajarkan. Hasil analisis data, ditemukan hubungan yang positif antara guru yang mengajarkan dengan menggunakan representasi
visual dengan representasi visual yang digunakan siswa yang diajarkannya dalam pemecahan masalah. Dalam hal ini, semakin sering guru mengajarkan
memecahkan masalah dengan menggunakan representasi visual, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan representasi visual yang digunakan
siswa dalam memecahkan masalah. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penggunaan representasi visual, acapkali sukses memecahkan masalah
sehingga dipercaya penggunaan representasi visual dapat memecahankan masalah matematika verbal dengan baik.
F. Kerangka Berpikir
Pencantuman representasi sebagai salah satu standar proses pembelajaran
33
Gursel Guler and Alper Ciltas, op. cit., p. 145-153