agar mudah diserap dan dimengerti oleh siswa yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda satu dengan lainnya.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru
dalam bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah
menyelesaikan studi. 4.
Bagi peneliti lain, sebagai bahan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan strategi peta konsep concept mapping khususnya untuk konsep tata
surya.
BAB II DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat Belajar Bermakna
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, seperti yang dinyatakan oleh gambar berikut:
1
Belajar hafalan Belajar bermakna 1. Materi disajikan 1. Materi disajikan
dalam bentuk final dalam bentuk final
2. Siswa menghafal 2. Siswa materi yang memasukkan
disajikan materi ke dalam struktur kognitif
1. Materi ditemukan 1. Siswa oleh siswa
menemukan materi
Secara penerimaan
Secara penemuan
Siswa dapat mengasimilasi
materi pelajaran
2. Siswa menghafal 2. Siswa materi
memasukkan materi ke dalam
struktur kognitif
Dimensi I Dimensi II
Gambar 2.1. Bentuk-bentuk Belajar Dahar, 1996
1
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, Jakarta : Erlangga, 1996, h.111.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan dan penemuan. Dimensi
kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-
konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan
pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final, maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan
siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada
pengetahuan berupa konsep-konsep atau lain-lain yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-
coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkannya pada konsep- konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar
hafalan. Kedua dimensi, yaitu penerimaanpenemuan dan hafalanbermakna tidak
menunjukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu kontinum. Kedua kontinum itu diperlihatkan pada gambar berikut:
2
2
Ibid., h.112.