Kegunaan Peta Konsep Hakikat Peta Konsep a. Pengertian Konsep

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan guu untuk maksud ini ialah dengan memilih satu konsep utama key concept dari pokok bahasan baru yang akan dibahas. Para siswa diminta untuk menyusun peta konsep yang memperlihatkan semua konsep yang dapat mereka kaitkan pada konsep utama itu, serta memperlihatkan pula hubungan-hubungan antara konsep-konsep yang mereka gambar itu. Dengan melihat hasil peta konsep yang telah disusun para siswa itu, guru dapat mengetahui sampai berapa jauh pengetahuan para siswa mengenai pokok bahasan yang akan diajarkan itu, dan inilah yang dijadikan titik tolak pengembangan selanjutnya. Pendekatan lain yang dapat digunakan guru ialah memilih beberapa konsep penting dari pokok bahasan yang akan diajarkan. Para siswa kemudian disuruh menyusun peta konsep dengan menghubungkan konsep-konsep itu. Lalu para siswa diminta untuk menambahkan konsep-konsep dan mengaitkan konsep- konsep itu hingga membentuk proposisi yang bermakna. Dari peta-peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa, guru dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan para siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan. 2 Mempelajari cara belajar Bila seorang siswa dihadapkan pada suatu bab dari buku pelajaran, ia tidak akan begitu saja memahami apa yang dibacanya. Dengan diminta untuk menyusun peta konsep dari isi bab itu, ia akan berusaha untuk mengeluarkan konsep-konsep dari apa yang dibacanya, menempatkan konsep yang paling inklusif pada puncak peta konsep yang dibuatnya, kemudian mengurutkan konsep-konsep yang lain yang kurang inklusif pada konsep yang paling inklusif, demikian seterusnya. Lalu ia mencari kata atau kata-kata penghubung untuk mengaitkan konsep-konsep itu menjadi proposisi-proposisi yang bermakna. Lebih dari itu ia akan berusaha mengingat konsep-konsep lain dari pelajaran yang lampau, atau menerapkan konsep-konsep yang sedang dihadapinya ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara demikian ia telah berusaha benar untuk memahami isi pelajaran itu. Belajar bermakna telah berlangsung pada siswa itu. Tetapi perlu disadari bahwa belajar bermakna baru terjadi bila pembuatan peta konsep itu bukan untuk memenuhi keinginan guru, jadi seakan-akan mau menyenangkan guru, melainkan harus timbul dari keinginan siswa untuk mau memahami isi pelajaran bagi dirinya sendiri. Siswa benar-benar harus mempunyai kesiapan dan minat untuk belajar bermakna, seperti dikatakan oleh Ausubel. Sikap ini harus dimiliki para siswa agar belajar bermakna dapat terjadi. Jadi, peta konsep berfungsi untuk menolong siswa mempelajari cara belajar. Oleh karena peta konsep itu mengungkapkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi yang dimiliki seseorang, maka guru dan siswa, demikian pula siswa dan siswa dapat mengadakan diskusi untuk saling mengemukakan mengapa suatu hubungan proposional itu baik atau sahih. Dengan cara ini dapat diketahui kekurangan-kekurangan dalam mengaitkan konsep-konsep, dan guru dapat menyarankan agar siswa bersangkutan lebih baik belajar. 3 Mengungkapkan konsepsi salah Selain kegunaan-kegunaan yang telah disebutkan di atas, peta konsep dapat pula mengungkapkan konsepsi salah misconception yang terjadi pada siswa. Konsepsi salah biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep- konsep yang mengakibatkan proposisi yang salah. Konsepsi salah yang biasa dijumpai pada siswa ialah bahwa mereka melihat zat padat atau zat cair terbentuk dari molekul-molekul yang padat atau molekul-molekul “berupa air”. Tetapi setelah mereka menyadari, bahwa molekul-molekul dikelilingi oleh ruang kosong, dan bahwa tingkat wujud dihubungkan dengan suhu dan pola ikatan antara molekul-molekul, maka mereka menyesuaikan pendapat lama mereka dengan pendapat baru mereka jadi terjadi penyesuaian integratif; es berubah menjadi cair bila dipanaskan, bukan karena molekul-molekulnya berubah, yaitu dari padat menjadi cair, melainkan karena ikatan-ikatan antara molekul-molekulnya putus. Dan bila banyak energi diberikan, molekul-molekul itu dapat “beterbangan”, membentuk gas yang akan memuai tak terhingga bila tempat molekul-molekul itu tidak tertutup. 4 Alat evaluasi Penerapan peta konsep dalam pendidikan salah satunya adalah sebagai alat evaluasi. Selama ini alat-alat evaluasi yang dikenal oleh guru dan siswa terutama berbentuk tes objektif atau tes essai. Walaupun cara evaluasi ini akan terus memegang peranan dalam dunia pendidikan. Menurut Dahar, peta konsep sebagai alat evaluasi didasarkan atas tiga prinsip dalam teori kognitif Ausubel, yaitu : a Struktur kognitif diatur secara hierarkis dengan konsep-konsep dan proposisi- proposisi yang lebih inklusif, lebih umum superordinat terhadap konsep- konsep dan proposisi-proposisi yang kurang inklusif dan lebih khusus. b Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif. Prinsip Ausubel ini menyatakan bahwa belajar bermakna merupakan proses yang kontinyu, dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak arti dengan dibentuknya lebih banyak kaitan-kaitan proporsional. Jadi konsep- konsep tidak pernah tuntas dipelajari, tetapi selalu dipelajari, dimodifikasi dan dibuat lebih inklusif. c Prinsip penyesuaian integratif menyatakan bahwa belajar bermakna akan meningkat apabila siswa menyadari akan perlunya kaitan-kaitan baru antara segmen-segmen konsep atau proposisi. Dalam peta konsep penyesuaian integratif ini diperlihatkan dengan kaitan-kaitan silang antara segmen-segmen konsep. Karena peta konsep bertujuan untuk memperjelas pemahaman suatu bacaan, sehingga dapat dipakai sebagai alat evaluasi dengan cara meminta siswa untuk membaca peta konsep dan menjelaskan hubungan antara konsep satu dengan konsep yang lain dalam satu peta konsep.

f. Cara Menyusun dan Menilai Peta Konsep yang dibuat Siswa

Untuk menyusun peta konsep tidaklah sulit. Guru dan siswa dapat belajar menyusunnya dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Arnaudin, et.al 1984 dalam Rusmansyah, lama waktu 3 x 20 menit diselingi dengan pekerjaan rumah sudah cukup bagi siswa untuk bisa membuat peta konsep. Beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep dengan benar adalah sebagai berikut: 17 1 Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan. Bahan bacaan dapat dipilih dari buku bacaan, seperti buku catatan dan LKS. 2 Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu dari yang paling umum ke yang paling khusus atau contoh-contoh. 3 Menyusunmenuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan konsep-konsep itu berdasarkan kriteria antara lain: konsep yang paling umum di puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan abstraksi yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus diletakkan di bawah konsep yang lebih umum. 4 Menghubungkan konsep-konsep dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi atau garis penghubung. 5 Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan perbaiki atau susun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti. Dalam memberi skor peta konsep secara sederhana dan ideal, pertama adalah konstruksisusunan konsep yang dibuat siswa pada saat dievaluasi. Secara sederhana pemberian skor terhadap peta konsep yang dibuat oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1. Pemberian skor terhadap peta konsep Menyatakan Skor Hubungan 11 Hirarki 3 Cabang 7 Dari umum ke khusus 3 Hubungan silang 2 Skor Total 26 17 Rusmansyah, Op cit., h. 353.

Dokumen yang terkait

"PENGARUH LINGKUNGAN SEKITAR SEOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR PESETA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS X-l SMA 2 MEI TANGERANG SELATAN",

6 103 116

Pengaruh model pembelajaran Tandur terhadap hasil belajar Fisika siswa (quasi eksperimen di SMP Nusantara Plus)

0 23 102

Pengaruh pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) terhadap hasil belajar fisika siswa (quasi eksperimen di SMP al-Fath Cirendeu)

0 22 234

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh Penggunaan Media Gambar Kartun Terhadap Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Viii Smp Al-Amanah, Setu Tangerang Selatan

2 23 191

Pengaruh penggunaan model ARCS terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar: penelitian quasi eksperimen di SMA N 86 Jakarta

1 5 148

Pengaruh Metode Eksperimen Verifikasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Konsep Benda Dan Sifatnya (Quasi Eksperimen)

0 11 193

“Pengaruh Metode Pembelajaran Demonstrasi terhadap Hasil Belajar Siswa” (Sebuah Penelitian Quasi Eksperimen di MTs Islamiyah Ciputat).

1 17 196

Perbedaan penguasaan konsep antara siswa yang menggunakan concept mapping dengan argument mapping pada konsep kingdom fungi (jamur) (kuasi eksperimen di SMAN 11 Tangerang Selatan)

2 29 236

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PENGORGANISASIAN PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING.

0 0 16