Perumusan Masalah Model Optimum Budidaya Padi Intensif Dengan Pertimbangan Gas Metan Pada Sawah Irigasi Teknis

merupakan sumber penyumbang metan yang cukup signifikan karena kondisi tanah yang tergenang memudahkan terjadinya pembentukan metan. Luasnya areal tanah pertanian khususnya di negara-negara berkembang, diidentifikasi sebagai sumber dan penyumbang utama peningkatan konsentrasi metan di atmosfer. Emisi metan tahunan secara global diduga sebesar 420-620 Tg tahun -1 dan konsentrasinya meningkat 1 tiap tahunnya. Konsentrasi metan di atmosfer saat ini diperkirakan mencapai 1.7 ppmV IPCC 1992. Emisi metan dari lahan pertanian diperkirakan sebesar 100 Tg tahun -1 Yagi dan Minami 1990; Seiler et al., 1984. Indonesia dengan luas lahan pertanian sebesar 6,8 dari luas lahan pertanian di dunia, diduga memberi kontribusi sebesar 3.4-4.5 Tg CH 4 Pada skala nasional kontribusi lahan sawah terhadap total emisi GRK masih cukup tinggi. Peningkatan intensitas pertanaman dengan sistem budidaya padi sepanjang tahun merupakan salah satu upaya untuk peningkatan produksi namun disatu sisi dapat memicu emisi metan dari lahan sawah. Salah satu upaya penurunan emisi metan dari lahan sawah dapat dilakukan dengan cara mitigasi yang tidak mengorbankan aspek produksi dan diupayakan bersifat spesifik lokasi yaitu dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu PTT. tahun. Penelitian tentang perubahan kualitas lingkungan terutama kualitas tannah, kialitas air dan emisi metan di sentra produksi padi akibat peningkatan intensitas tanam menjadi Indeks Pertanaman Padi 400 IP Padi 400 dilakukan untuk mendukung produksi dan produktivitas padi berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah

Upaya pendukung swasembada dan swasembada berkelanjutan, sebagaimana empat sukses Kementerian Pertanian TA. 2010-2014, dilakukan Universitas Sumatera Utara melalui pembukaan lahan baru ekstensifikasi dan intensitas budidaya intensifikasi. Intensitas budidaya melalui usaha peningkatan indeks pertanaman yang diarahkan hingga indeks pertanaman IP 400. IP 400 dicirikan antara lain : benih berumur pendek, pupuk NPK sesuai dosis anjuran, pengendalian hama penyakit tanaman, dan pengaturan air. Sehingga IP 400 diarahkan dan hanya dimungkinkan pada lahan sawah berigasi teknis. Penggunaan varietas unggul baru VUB dan intensitas penanaman menyebabkan pemanfaatan unsur hara tanah meningkat sehingga ketersediaan unsur hara secara alamiah berkurang. Untuk mengoptimalisasi produksi padi diperlukan input pupuk anorganik secara komulatif tinggi sesuai kebutuhan tanaman. Disisi lain, penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus menyebabkan penurunan kualitas tanah, air dan peningkatan emisi Gas Rumah Kaca GRK terutama metan. Perubahan iklim dan tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan hidup menyebabkan dampak terhadap komponen fisik, kimia, biologi, ekonomi, sosial dan kesehatan lingkungan, baik dampak positif maupun dampak negatif. Penanaman padi dengan Intensitas Pertanaman IP Padi 400 akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan karena adanya pengaruh pemakaian pupuk, pestisida dan herbisida, Penjelasannya adalah residu bahan kimia tersebut mengakibatkan berubahnya kualitas lingkungan karena pemakaiannya dalam jumlah besar dan terus-menerus sepanjang tahun. Pada kondisi anaerob lahan sawah yang terus ditanami merupakan sumber penghasil metan CH 4 , nitrogen dioksida N 2 O dan karbon dioksida CO 2 , yang berarti menambah emisi gas- gas rumah kaca GRK terutama metan. Penggunaan lahan sepanjang tahun tanpa Universitas Sumatera Utara istirahat akan menghasilkan metan CH 4 dan nitrogen dioksida N 2 Perubahan kualitas lingkungan di sentra produksi padi akibat peningkatan intensitas tanam Padi IP Padi 400 meliputi perubahan kualitas tanah, kualitas dan ketersediaan air untuk kelangsungan 4 musim tanam, peningkatan emisi gas rumah kaca terutama metan, perubahan hama penyakit utama padi lahan sawah yang akan meningkat dan dominannya di tiap-tiap musim tanam selama 4 musim tanam. O yang tinggi. Hal-hal tersebut adalah dampak negative. Sejauh mana hal-hal tersebut berdampak terhadap lingkungan perlu penelitian lebih mendalam. Pemakaian air yang terus menerus sepanjang tahun juga akan mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan seperti daya dukung dan daya tampung, sumber daya air untuk kelangsungan pertumbuhan tanaman padi dan kualitas air akibat penggunaan pupuk dan pestisida yang terus-menerus. Disamping dampak negatif tentunya ada dampak positif dari Indeks Pertanaman IP Padi 400, yaitu peningkatan frekuensi panen menjadi 4 kali dan hasil produksi gabah menjadi lebih besar dibandingkan hanya 2-3 kali panen. Pendapatan petani akan meningkat dan penggunaan tenaga kerja juga tinggi, sehingga mampu menampung penyerapan tenaga kerja secara berkesinambungan. Oleh sebab itu, pola perubahan kualitas lingkungan di sentra produksi padi akibat peningkatan intensitas pertanaman padi 400 menuju Produksi Padi Berkelanjutan perlu diteliti secara komprehensif. Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Kebutuhan pangan meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk, sementara lahan untuk produksi cenderung berkurang. Perubahan iklim global sering mengakibatkan kekeringan dan banjir serta peningkatan kelembaban sehingga terjadi break OPT yang semuanya menyebabkan terjadinya gagal panen. 2. Akibat Intensitas Pertanaman yang tinggi dapat berdampak negatif terhadap perubahan kualitas lingkungan kualitas tanah, kualitas air, dan emisi metan di sentra produksi padi. 3. Peningkatan produksi secara komulatif melalui peningkatan intensitas pertanaman dapat meningkatkan pendapatan dan nilai tambah petani, tetapi dapat juga menurunkan kualitas lingkungan. Berusaha tani pada kondisi demikian memerlukan biaya produksi yang lebih tinggi sehingga marjin keuntungan secara ekonomi berkurang.

1.3. Kerangka Pemikiran