3.6.2 Identifikasi dan Formulasi Masalah
Berdasarkan analisis kebutuhan dan adanya perbedaan kepentingan antar stakeholder maka pokok-pokok permasalahan yang dapat diungkap. Secara
ringkas kebutuhan stakeholder disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4.
Kebutuhan stakeholder dalam model optimum budidaya padi intensif pada sawah irgasi teknis di Kabupaten Simalungun
Pihak Berkepentingan Kebutuhan
Pemerintah •
Pengelolaan yang tepat dan berkelanjutan •
Peningkatan kontribusi sektor pertanian •
Partisipasi semua stakeholder dalam peningkatan produksi dan minimalisasi gas metan
• Kerusakan lahan tidak bertambah
• Minimalisasi konflik
• Penataan ruang kawasan peruntukan lahan pertanian sesuai
dengan RTRW •
Basis data sumberdaya lahan Petani
• Kesejahteraan meningkat
• Terjaminnya harga dari hasil produksi
• Terjaganya kondisi lingkungan yang baik
• Penyuluhan pertanian
• Bantuan pengembangan modal usaha
• Pelayanan pemerintah
• Transparansi dan Sosialisasi Peraturan
Masyarakat •
Terjaganya kondisi lingkungan yang baik •
Pelayanan pemerintah •
Transparansi dan Sosialisasi Peraturan Lembaga Swadaya
Masyarakat LSM dan Peneliti
• Tingkatketersediaan SDA
• Transparansi dan Sosialisasi Peraturan
• Penyuluhan Pertanian
• Kejelasan RUTR
• Partisipasi masyarakat dalam optimalisasi budidaya
• Penerapan peraturan
Akademisi •
Adanya penyelesaian masalah terhadap permasalahan sosial, ekonomi dan lingkungan dari kegiatan pengelolaan
budidaya padi intensif •
Adanya tanggapan dari pemerintah dan swasta atas temuan- temuan ilmiah atau akademis yang ada untuk dapat
diupayakan sebagai alat bantu optimalisasi •
Keterlibatan dalam pengelolaan berbasis masyarakat
Universitas Sumatera Utara
3.6.2. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem dilakukan dalam tiga proses, yaitu: pembuatan diagram lingkar sebab-akibat, pembuatan diagram kotak gelap, dan pembuatan diagram
alir struktur model. Identifikasi sistem dilakukan untuk mengetahui komponen- komponen yang terlibat didalam sistem yang akan dikaji. Lingkungan budidaya
intensif IP 400 pada Sawah Irigasi Teknis di Kabupaten Simalungunmerupakan ekosistem terbuka oleh berbagai pengaruh dari luar. Peningkatan jumlah
penduduk dan ketergantungan dengan sumberdaya wilayah berpengaruh terhadap kondisi DTA, terutama alih fungsi hutan menjadi lahan usahatani dan
marginalisasi lahan yang berdampak terhadap sistem hidrologis. Terganggunya sistem hidrologis akan mengganggu stabilitas budidaya
padi intensif pada Sawah Irigasi Teknis di Kabupaten Simalungun sebagai akibat lanjutan dari fluktuasi debit air yang masuk ke bendungan sehingga terjadi kritis
air pada musim kemarau yang menyebabkan tidak berfungsinya turbin pembangkit listrik. Degredasi lahan akibat marginalisasi juga menyebabkan
tingginya tingkat erosi, sehingga kandungan sedimen yang terangkut masa air dan mengendap di perairan bendunganmenjadi lebih tinggi. Penurunan kualitas
lingkungan budidaya intensif IP 400 pada Sawah Irigasi Teknis dapat berakibat pada penurunan pendapatan pemerintah, perusahaan dan masyarakat. Pemerintah
selaku penanggungjawab akan fungsi vital kawasan dan infrastruktur budidaya intensif IP 400 pada Sawah Irigasi Teknis di Kabupaten Simalungun serta
stakeholder berkewajiban untuk menanamkan lebih besar investasi terhadap
Universitas Sumatera Utara
lingkungan dari pendapatan yang diperoleh untuk merehabilitasi kawasan yang terdegredasi.
3.6.3. Diagram Lingkar Sebab-Akibat Causal Loop